Stres, Caleg PPP pagar halaman sekolah
A
A
A
Sindonews.com - Gagal memperoleh suara, Caleg PPP daerah pemilihan Mamuju II, ABP, menyegel SD Negeri Kabuloang, di Kecamatan Kalukku. Sebagian lokasi sekolah tersebut diklaim sebagai miliknya. Menurutnya, hal itu wajar dia lakukan, sebab tanah tersebut merupakan warisannya.
"Tidak benar tudingan Kades Kabuloang Syarifudin. Gara-gara tak mendapatkan suara, saya menyegel sekolah. Tanah yang ditempati bangunan sekolah itu milik saya sendiri. Kalau Pak Desa mengatakan tanah itu dihibahkan, mana bukti surat-suratnya?" katanya, Selasa (15/4/2014).
ABP juga menempelkan kertas di halaman sekolah yang berisi niatnya yang tidak ingin menghalangi proses pendidikan. Sikapnya itu merupakan bentuk kekecewaan pada beberapa warga. Protes warga setempat diakuinya justru dia harapkan. Pemagaran halaman sekolah itu, diklaim sudah seizin bupati, kades dan kancam.
"Kalau belum ada izin mereka, saya juga tidak berani melakukan pemagaran. Memang saya akui momennya ini kurang tepat, tapi saya sudah sangat kecewa dengan kepala desa," tegasnya.
Rencananya, tanah tersebut akan dijadikan kebun pisang. Tidak diperjualbelikan, apalagi dihibahkan. Kepala SD Negeri Kabuloang Nur Asyarasyid Rahman mengatakan, pemagaran mengakibatkan siswa tidak bisa masuk ke perpustakaan. Dia pun melarang siswa mendekati areal lahan yang dipagar.
"Bahaya. Apalagi menggunakan kawat berduri. Staff yang bertugas di perpustakaan, untuk sementara berkantor di musala sekolah," terangnya.
Kalau dalam satu minggu ini pemilik tanah tidak membongkar pagarnya, dia akan mengangkut buku-buku di perpustakaan ke musala dan meminta para siswa masuk sekolah melalui pintu belakang.
"Tidak benar tudingan Kades Kabuloang Syarifudin. Gara-gara tak mendapatkan suara, saya menyegel sekolah. Tanah yang ditempati bangunan sekolah itu milik saya sendiri. Kalau Pak Desa mengatakan tanah itu dihibahkan, mana bukti surat-suratnya?" katanya, Selasa (15/4/2014).
ABP juga menempelkan kertas di halaman sekolah yang berisi niatnya yang tidak ingin menghalangi proses pendidikan. Sikapnya itu merupakan bentuk kekecewaan pada beberapa warga. Protes warga setempat diakuinya justru dia harapkan. Pemagaran halaman sekolah itu, diklaim sudah seizin bupati, kades dan kancam.
"Kalau belum ada izin mereka, saya juga tidak berani melakukan pemagaran. Memang saya akui momennya ini kurang tepat, tapi saya sudah sangat kecewa dengan kepala desa," tegasnya.
Rencananya, tanah tersebut akan dijadikan kebun pisang. Tidak diperjualbelikan, apalagi dihibahkan. Kepala SD Negeri Kabuloang Nur Asyarasyid Rahman mengatakan, pemagaran mengakibatkan siswa tidak bisa masuk ke perpustakaan. Dia pun melarang siswa mendekati areal lahan yang dipagar.
"Bahaya. Apalagi menggunakan kawat berduri. Staff yang bertugas di perpustakaan, untuk sementara berkantor di musala sekolah," terangnya.
Kalau dalam satu minggu ini pemilik tanah tidak membongkar pagarnya, dia akan mengangkut buku-buku di perpustakaan ke musala dan meminta para siswa masuk sekolah melalui pintu belakang.
(san)