Azzahra, balita yang memiliki dua alat kelamin
A
A
A
Sindonews.com - Usianya kini menginjak 10 bulan. Tubuhnya sehat seperti balita lain yang seumur dengannya. Dia bernama Azzahra Nurul Aeni, seorang balita perempuan putri pasangan Tarsian (35) dan Leni (29).
Azzahra tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah rumah panggung yang terletak di daerah pelosok, Kampung Lembak Sari RT07 RW12, Desa Sirnajaya, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut.
Meski memiliki tubuh yang sehat, Azzahra berbeda dengan bayi lain. Dia memiliki kelainan dengan kondisi berkelamin ganda. Hal itu terjadi sejak dirinya menginjak usia tiga bulan.
“Waktu dilahirkan itu normal. Azzahra terbilang bayi yang sehat sewaktu masih baru lahir. Berat badannya 3 kg ketika itu. Namun, saat putri kami ini menginjak usia 3 bulan, ada kelainan pada kelaminnya,” tutur Tarsian di rumahnya, Rabu (19/2/2014).
Tarsian sendiri mengaku tidak menyangka dengan kondisi dari putri semata wayangnya tersebut. Buruh cangkul ini baru mengetahui kondisi kelainan pada putrinya berusia tiga bulan lebih.
“Sebab tidak ada tanda-tanda apapun. Apakah mimpi atau apa, itu sama sekali tidak ada. Saat di usia tiga bulan itu, saya kaget ketika isteri mengatakan ada kelainan di kelamin anak kami. Ada semacam benjolan tumbuh di atas alat kelamin wanitanya. Bentuknya seperti alat kelamin anak laki-laki,” ujarnya.
Tarsian sendiri awalnya tidak berani untuk memeriksakan keanehan pada kelamin putrinya tersebut. Alasannya, dia tidak memiliki cukup uang.
“Penghasilan saya sebagai buruh cangkul dalam sehari hanya Rp20 ribu. Saya khawatir uangnya tidak cukup kalau dibawa ke rumah sakit. Selain itu, saya juga belum memiliki KTP yang baru. Sehingga untuk menggunakan layanan kesehatan dari pemerintah tidak mungkin karena pasti harus memiliki KTP,” ungkapnya.
Sejak diketahui memiliki kelainan pada kelaminnya, Azzahra mudah terserang penyakit. Dia akan rewel jika sedang mengalami demam.
“Sebelum ditemukan kelainan itu, anak saya sehat seperti bayi pada umumnya. Namun setelah ditemukan kelainan, jadi sering sakit-sakitan. Tapi sakitnya tidak parah. Hanya demam biasa saja. Tapi setelah berobat, sakitnya sembuh,” imbuhnya.
Tarsian pun berharap agar Azzahra dapat kembali normal seperti anak-anak lain yang seusianya. Dia sendiri mengaku tidak memilih apa jenis kelamin mana yang mesti dimiliki anaknya.
“Nantinya, apakah anak saya ini mau perempuan atau laki-laki, kami tidak terlalu memikirkannya. Yang saya inginkan adalah agar Azzahra dapat kembali normal dan sehat. Kalau nanti ditakdirkan tetap menjadi anak perempuan, akan tetap saya terima. Begitu pula sebaliknya. Ini sudah menjadi kekuasaan Yang Maha Kuasa,” tandasnya.
Azzahra tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah rumah panggung yang terletak di daerah pelosok, Kampung Lembak Sari RT07 RW12, Desa Sirnajaya, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut.
Meski memiliki tubuh yang sehat, Azzahra berbeda dengan bayi lain. Dia memiliki kelainan dengan kondisi berkelamin ganda. Hal itu terjadi sejak dirinya menginjak usia tiga bulan.
“Waktu dilahirkan itu normal. Azzahra terbilang bayi yang sehat sewaktu masih baru lahir. Berat badannya 3 kg ketika itu. Namun, saat putri kami ini menginjak usia 3 bulan, ada kelainan pada kelaminnya,” tutur Tarsian di rumahnya, Rabu (19/2/2014).
Tarsian sendiri mengaku tidak menyangka dengan kondisi dari putri semata wayangnya tersebut. Buruh cangkul ini baru mengetahui kondisi kelainan pada putrinya berusia tiga bulan lebih.
“Sebab tidak ada tanda-tanda apapun. Apakah mimpi atau apa, itu sama sekali tidak ada. Saat di usia tiga bulan itu, saya kaget ketika isteri mengatakan ada kelainan di kelamin anak kami. Ada semacam benjolan tumbuh di atas alat kelamin wanitanya. Bentuknya seperti alat kelamin anak laki-laki,” ujarnya.
Tarsian sendiri awalnya tidak berani untuk memeriksakan keanehan pada kelamin putrinya tersebut. Alasannya, dia tidak memiliki cukup uang.
“Penghasilan saya sebagai buruh cangkul dalam sehari hanya Rp20 ribu. Saya khawatir uangnya tidak cukup kalau dibawa ke rumah sakit. Selain itu, saya juga belum memiliki KTP yang baru. Sehingga untuk menggunakan layanan kesehatan dari pemerintah tidak mungkin karena pasti harus memiliki KTP,” ungkapnya.
Sejak diketahui memiliki kelainan pada kelaminnya, Azzahra mudah terserang penyakit. Dia akan rewel jika sedang mengalami demam.
“Sebelum ditemukan kelainan itu, anak saya sehat seperti bayi pada umumnya. Namun setelah ditemukan kelainan, jadi sering sakit-sakitan. Tapi sakitnya tidak parah. Hanya demam biasa saja. Tapi setelah berobat, sakitnya sembuh,” imbuhnya.
Tarsian pun berharap agar Azzahra dapat kembali normal seperti anak-anak lain yang seusianya. Dia sendiri mengaku tidak memilih apa jenis kelamin mana yang mesti dimiliki anaknya.
“Nantinya, apakah anak saya ini mau perempuan atau laki-laki, kami tidak terlalu memikirkannya. Yang saya inginkan adalah agar Azzahra dapat kembali normal dan sehat. Kalau nanti ditakdirkan tetap menjadi anak perempuan, akan tetap saya terima. Begitu pula sebaliknya. Ini sudah menjadi kekuasaan Yang Maha Kuasa,” tandasnya.
(rsa)