UGM kehilangan Prof Dr Damardjati Supardjan

Selasa, 18 Februari 2014 - 17:19 WIB
UGM kehilangan Prof Dr Damardjati Supardjan
UGM kehilangan Prof Dr Damardjati Supardjan
A A A
Sindonews.com - Universitas Gajah mada (UGM) kembali berduka atas meninggalnya Guru Besar Prof Dr Damardjati Supardjan. Ahli filsafat Jawa dan Indonesia ini berpulang karena sakit stroke yang dideritanya tiga bulan terakhir.

Prof Dr Damardjati meninggal Senin 17 Februari 2014 kemarin sekira pukul 17.00 WIB. Jenazah Damardjati sempat disemayamkan di Balairung UGM, hari ini.

Segenap civitas akademika dan seluruh orang dekat serta kenalan menghadiri acara penghormatan terakhir tersebut. Usai penghormatan, jenazah kemudian dibawa ke pemakaman keluarga di Losari, Grabag, Magelang, Jawa Tengah.

Rektor UGM Prof Dr Pratikno mengatakan, sepanjang hidupnya, Damardjati memiliki komitmen pada UGM dan Indonesia. Sebagai seorang akademisi, Damardjati merupakan ilmuan yang handal, pendidik inspiratif dengan kesedarhanaannya.

"Dengan segala keunikan dan kekhasannya, beliau mampu menginspirasi kita. Sebagai seorang akademisi, beliau bahkan menginisiasi dan memperkenalkan metodologi analisis filsafat yang tidak biasa dari yang dikenal dari ilmu filsafat dunia. Dalam berfilsafat, kekhasan beliau tidak hanya logika tapi juga rasa berperan dalam analisis tersebut," ungkapnya dalam acara penghormatan di Balairung UGM, Selasa (18/2/2014).

Pratikno menuturkan, sosok Damardjati juga berjasa karena kembali mengingatkan bangsa Indonesia, khususnya bagi UGM untuk kembali pada ideologi negara yakni Pancasila.

Di kala Pancasila mengalami krisis bahkan tidak lagi menarik bagi kalangan akademisi, Damardjati bersama rekan-rekannya justru membidangi lahirnya Pusat Studi Pariwisata (PSP) UGM pada Tahun 1996 lalu.

"Semoga sepak terjang beliau semasa hidupnya bisa menjadi contoh bagi kita semua," imbuhnya.

MH Ainun Najib yang merupakan sahabat karib almarhum juga tampak menghadiri acara penghormatan di UGM. Cak Nun sapaan akrabnya menuturkan, almarhum tampaknya dianugerahkan penglihatan dan pendengaran yang tidak biasa. Almarhum mampu melihat yang tidak bisa dilihat mata awam dan bisa mendengar yang tidak bisa didengar orang lain.

"Karenanya, begitu beliau tidak ada, kita harus belajar melihat dan mendengar apa yang tidak bisa dilakukan orang lain. Beliau pun memakai Islam sebagai mata pandang meneropong Jawa dan Indonesia. Meski dalam banyak hal kami mengalami ketidakcocokan, namun kami sangat dekat. Saya pribadi hanya menyayangkan beberapa bulan terakhir ini saya tidak terlalu intens bertemu beliau karena kesibukan saya," tuturnya.

Damardjati sendiri merupakan pria kelahiran Magelang, 30 Maret 1940. Damardjati meninggalkan satu orang istri Sri Winarni dan empat orang anak.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4815 seconds (0.1#10.140)