Ribuan warga Bumiaji desak pencabutan izin The Rayja
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan warga Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, mendatangi Gedung Balai Kota Batu, Jawa Timur. Mereka menagih janji Wali Kota Batu untuk menghentikan pembangunan Hotel The Rayja di dekat Sumber Mata Air Gemulo yang menjadi sumber penghidupan rakyat Bumiaji.
Massa yang berjumlah sekira 5.000 orang ini menuntut supaya Wali Kota Batu Eddy Rumpoko menepati janji melaksanakan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Ombudsman Republik Indonesia.
“Rekomendasi KLH dan Ombudsman supaya pihak The Rayja menghentikan sementara pembangunan hingga mengantongi amdal (analisis mengenai dampak lingkungan),” kata Juru Bicara Aksi Imam, Kamis (23/1/2014).
Aksi ini juga dilakukan dengan orasi bergantian dari beberapa lembaga yang mendukung aksi warga, seperti Walhi Nasional dan Jawa Timur, MCW, dan mahasiswa Malang.
Warga menggelar aksi lagi setelah melihat dalam beberapa hari terakhir ada aktivitas pembangunan pondasi dan pengecatan rangka besi di dalam lokasi.
Salah seorang orator dari Dewan Daerah Walhi Jawa Timur Purnawan D Negara menyatakan, Wali Kota Batu harus melaksanakan rekomendasi Ombudsman RI terhadap konflik The Rayja. "Wali kota harus menepati janjinya," kata Purnawan.
Sementara itu, aksi warga memanas saat ribuan demonstran dilarang melaksanakan salat di masjid yang berada di halaman balai kota. Namun, setelah bernegosiasi, warga akhirnya diizinkan salat secara bergantian.
Selang beberapa saat, pengunjuk rasa ditemui Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, karena Wali Kota Batu sedang umrah. Warga kemudian mendengar surat pernyataan dari Pemerintah Kota Batu setelah menerima perwakilan dan bertemu secara tertutup selama kurang lebih tiga jam.
Dalam surat pernyataan itu, Pemerintah Kota Batu tidak bisa serta merta mencabut izin The Rayja yang telah dikeluarkan. Pemkot Batu beralasan, aktivitas kegiatan pembangunan The Rayja adalah untuk mengantisipasi tanah longsor.
Namun, warga memaksa Pemkot Batu berani mencabut izin The Rayja. "Kita akan menunggu di sini sampai Pemkot Batu mencabut izin The Rayja," kata Rudi, tokoh perwakilan warga.
Aksi warga ini juga menyebabkan jalan utama Batu-Kediri ditutup total. Karena ribuan warga hingga kini masih menjalankan aksinya dengan duduk-duduk di tengah jalan.
Massa yang berjumlah sekira 5.000 orang ini menuntut supaya Wali Kota Batu Eddy Rumpoko menepati janji melaksanakan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Ombudsman Republik Indonesia.
“Rekomendasi KLH dan Ombudsman supaya pihak The Rayja menghentikan sementara pembangunan hingga mengantongi amdal (analisis mengenai dampak lingkungan),” kata Juru Bicara Aksi Imam, Kamis (23/1/2014).
Aksi ini juga dilakukan dengan orasi bergantian dari beberapa lembaga yang mendukung aksi warga, seperti Walhi Nasional dan Jawa Timur, MCW, dan mahasiswa Malang.
Warga menggelar aksi lagi setelah melihat dalam beberapa hari terakhir ada aktivitas pembangunan pondasi dan pengecatan rangka besi di dalam lokasi.
Salah seorang orator dari Dewan Daerah Walhi Jawa Timur Purnawan D Negara menyatakan, Wali Kota Batu harus melaksanakan rekomendasi Ombudsman RI terhadap konflik The Rayja. "Wali kota harus menepati janjinya," kata Purnawan.
Sementara itu, aksi warga memanas saat ribuan demonstran dilarang melaksanakan salat di masjid yang berada di halaman balai kota. Namun, setelah bernegosiasi, warga akhirnya diizinkan salat secara bergantian.
Selang beberapa saat, pengunjuk rasa ditemui Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, karena Wali Kota Batu sedang umrah. Warga kemudian mendengar surat pernyataan dari Pemerintah Kota Batu setelah menerima perwakilan dan bertemu secara tertutup selama kurang lebih tiga jam.
Dalam surat pernyataan itu, Pemerintah Kota Batu tidak bisa serta merta mencabut izin The Rayja yang telah dikeluarkan. Pemkot Batu beralasan, aktivitas kegiatan pembangunan The Rayja adalah untuk mengantisipasi tanah longsor.
Namun, warga memaksa Pemkot Batu berani mencabut izin The Rayja. "Kita akan menunggu di sini sampai Pemkot Batu mencabut izin The Rayja," kata Rudi, tokoh perwakilan warga.
Aksi warga ini juga menyebabkan jalan utama Batu-Kediri ditutup total. Karena ribuan warga hingga kini masih menjalankan aksinya dengan duduk-duduk di tengah jalan.
(san)