Seleksi komisioner KPU Jatim dituding tak transparan
A
A
A
Sindonews.com - Seleksi Komisioner KPU Jawa Timur berujung polemik. Panitia Tim seleksi (Timsel) Calon Komisoner KPU Jawa Timur dituding tidak transparan ketika meloloskan 20 nama calon.
Bahkan, untuk menentukan ranking juga tidak didasari dengan parameter yang jelas dan juga tidak ada pengumuman hasil tes kepada publik.
Komisioner KPU Jawa Timur Sayekti Suindiyah menilai, proses seleksi tahun ini jauh lebih buruk dibanding seleksi tahun 2008.
Sayekti yang juga peserta seleksi menjelaskan, tahun 2008 lalu, para peserta mengisi lembar soal dengan standar komputerisasi. Sehingga, hasilnya, jauh lebih bisa dipertanggungjawabkan. Nah, tahun ini peserta mengisi lembar soal dengan cara menyilang atau melingkari secara manual.
Sayekti yang terpental dari 20 nama calon Komisioner KPU ini juga mengatakan, Timsel seharusnya mengumumkan hasil tes tersebut kepada publik. Sehingga, 20 nama calon komisioner itu diketahui oleh publik kredibilitasnya. Hal itu tentu sesuai dengan amanat Peraturan KPU (P-KPU) nomor 2 tahun 2013.
"Mengacu pada aturan itu ada keterbukaan dan transparan. Tapi itu tidak dilakukan oleh Timsel. Termasuk, Parameter penentuan rangking juga tidak ada standarnya," jelas mantan Anggota KPU Kabupaten Jombang ini saat dikonfirmasi, Rabu (22/1/2014).
Kata Sayekti, dari 20 nama yang lolos itu seperti ada ketimpangan dalam keterwakilan perempuan. Menurutnya, dalam proses seleksi itu ada 23 perempuan yang turut serta termasuk dirinya. Namun, dalam perjalannya hanya ada satu yang lolos.
"Masak sih, perempuan-perempuan itu enggak ada yang pinter, kalah dengan laki-laki. Padahal, syarat utama menjadi komisoner KPU Jatim itu dalah memiliki pengalaman di bidang kepemiluan. Sayang jika yang masuk tidak paham sama sekali terkait Pemilu," ujarnya.
Sayekti juga enggan memberikan komentar terkiat lolosnya empat komisioner KPU Jatim yang memiliki track record pernah mendapatkan sanksi dari Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sewaktu perhelatan Pilgub Jawa Timur. "Yang jelas, seleksi kali ini unsur subyektifitasnya sangat tinggi," tandasnya.
Bahkan, untuk menentukan ranking juga tidak didasari dengan parameter yang jelas dan juga tidak ada pengumuman hasil tes kepada publik.
Komisioner KPU Jawa Timur Sayekti Suindiyah menilai, proses seleksi tahun ini jauh lebih buruk dibanding seleksi tahun 2008.
Sayekti yang juga peserta seleksi menjelaskan, tahun 2008 lalu, para peserta mengisi lembar soal dengan standar komputerisasi. Sehingga, hasilnya, jauh lebih bisa dipertanggungjawabkan. Nah, tahun ini peserta mengisi lembar soal dengan cara menyilang atau melingkari secara manual.
Sayekti yang terpental dari 20 nama calon Komisioner KPU ini juga mengatakan, Timsel seharusnya mengumumkan hasil tes tersebut kepada publik. Sehingga, 20 nama calon komisioner itu diketahui oleh publik kredibilitasnya. Hal itu tentu sesuai dengan amanat Peraturan KPU (P-KPU) nomor 2 tahun 2013.
"Mengacu pada aturan itu ada keterbukaan dan transparan. Tapi itu tidak dilakukan oleh Timsel. Termasuk, Parameter penentuan rangking juga tidak ada standarnya," jelas mantan Anggota KPU Kabupaten Jombang ini saat dikonfirmasi, Rabu (22/1/2014).
Kata Sayekti, dari 20 nama yang lolos itu seperti ada ketimpangan dalam keterwakilan perempuan. Menurutnya, dalam proses seleksi itu ada 23 perempuan yang turut serta termasuk dirinya. Namun, dalam perjalannya hanya ada satu yang lolos.
"Masak sih, perempuan-perempuan itu enggak ada yang pinter, kalah dengan laki-laki. Padahal, syarat utama menjadi komisoner KPU Jatim itu dalah memiliki pengalaman di bidang kepemiluan. Sayang jika yang masuk tidak paham sama sekali terkait Pemilu," ujarnya.
Sayekti juga enggan memberikan komentar terkiat lolosnya empat komisioner KPU Jatim yang memiliki track record pernah mendapatkan sanksi dari Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sewaktu perhelatan Pilgub Jawa Timur. "Yang jelas, seleksi kali ini unsur subyektifitasnya sangat tinggi," tandasnya.
(hyk)