Benda diduga bom teror warga Tegalsari
A
A
A
Sindonews.com - Benda mencurigakan diduga bom mengegerkan warga Tegalsari, Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Benda berbentuk bulat seperti pipa alumunium berdiameter 5 Cm dengan panjang 25 Cm itu dijatuhkan ke rumah warga pada Minggu 12 Januari 2014 malam.
Warlan (67), pemilik rumah mengatakan, benda tersebut dijatuhkan di lantai dua rumahnya, di Gang 10, Rt03/7, Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari, Semarang, sekira pukul 18.30 WIB. Saat kejadian, dirinya sedang melakukan ibadah di kamar yang berada tidak jauh dari jatuhnya benda itu.
"Saya sedang salat, tiba-tiba saya dengar ada suara mendesis seperti suara pompa air. Tidak lama kemudian, terdengar suara ledakan," ujar Warlan, kepada wartawan, Senin (13/1/2014).
Curiga dengan suara itu, Warlan bergegas menuju tempat suara berasal. Awalnya, dia tidak menduga akan menemukan pipa paralon itu di rumahnya.
"Saya kira anak-anak mainan petasan, kemudian saya melihat di sana dan tidak ada anak-anak. Ketika saya mau berbalik, saya menemukan pipa itu tergeletak di lantai dengan reruntuhan genting rumah saya," imbuhnya.
Saat ditemukan, pipa tersebut sudah dalam kondisi mati. Dia melihat ada kain yang menyumpal ujung pipa itu. Takut jika benda tersebut bom, dia bergegas melaporkan kejadian tersebut kepada ketua RW.
"Saya khawatir itu bom untuk meneror saya. Kemudian saya laporkan kepada Pak RW untuk dicek. Karena takut benda itu bom beneran, kami membawanya ke Mapolsek Gajahmungkur Semarang," paparnya.
Tidak ada kerusakan parah yang ditimbulkan akibat ledakan tersebut. "Ndak ada yang rusak, hanya dua genting saya saja yang rusak. Meski begitu saya syok dan takut kalau itu aksi teror kepada saya," pungkasnya.
Kabar tersebut sempat mengegerkan warga dan membuat mereka berdatangan untuk melihat langsung benda yang diduga bom itu. "Karena takut terjadi apa-apa, makanya saya usulkan agar benda itu dibawa ke Mapolsek Gajahmungkur. Kami takut jika terjadi apa-apa," sambung Ketua RW Muchaya.
Setelah itu, Tim Gegana Polda Jateng dan jajaran Polrestabes Semarang mendatangi lokasi kejadian. Mereka kemudian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengamankan benda tersebut.
Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono mengatakan, dari hasil pemeriksaan terhadap benda tersebut diketahui bahwa itu bukanlah bom seperti yang ditakutkan warga. Benda tersebut diyakini sebagai suar yang biasa digunakan untuk meminta pertolongan. "Itu bukan bom, tapi sejenis suar. Kami sudah pastikan itu," kata dia.
Meski begitu, pihaknya akan tetap menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut. Dari mana datangnya, siapa yang melakukan, dan sebagainya.
"Kami akan terus lakukan penyelidikan dari mana benda tersebut berasal, apa motifnya di belakang itu. Apakah itu aksi teror atau bukan? Meski tidak menimbulkan korban jiwa, peristiwa itu sudah meresahkan warga, terutama korban (Warlan)," pungkasnya.
Senada, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Allosius Liliek Darmanto mengatakan, pipa tersebut adalah suar yang biasa digunakan untuk keadaan darurat. "Benda itu bukan bom rakitan, itu adalah alat pemancar sinyal yang biasanya digunakan untuk meminta bantuan. Ditemukan juga parasutnya di dalam pipa itu," kata Liliek.
Warlan (67), pemilik rumah mengatakan, benda tersebut dijatuhkan di lantai dua rumahnya, di Gang 10, Rt03/7, Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari, Semarang, sekira pukul 18.30 WIB. Saat kejadian, dirinya sedang melakukan ibadah di kamar yang berada tidak jauh dari jatuhnya benda itu.
"Saya sedang salat, tiba-tiba saya dengar ada suara mendesis seperti suara pompa air. Tidak lama kemudian, terdengar suara ledakan," ujar Warlan, kepada wartawan, Senin (13/1/2014).
Curiga dengan suara itu, Warlan bergegas menuju tempat suara berasal. Awalnya, dia tidak menduga akan menemukan pipa paralon itu di rumahnya.
"Saya kira anak-anak mainan petasan, kemudian saya melihat di sana dan tidak ada anak-anak. Ketika saya mau berbalik, saya menemukan pipa itu tergeletak di lantai dengan reruntuhan genting rumah saya," imbuhnya.
Saat ditemukan, pipa tersebut sudah dalam kondisi mati. Dia melihat ada kain yang menyumpal ujung pipa itu. Takut jika benda tersebut bom, dia bergegas melaporkan kejadian tersebut kepada ketua RW.
"Saya khawatir itu bom untuk meneror saya. Kemudian saya laporkan kepada Pak RW untuk dicek. Karena takut benda itu bom beneran, kami membawanya ke Mapolsek Gajahmungkur Semarang," paparnya.
Tidak ada kerusakan parah yang ditimbulkan akibat ledakan tersebut. "Ndak ada yang rusak, hanya dua genting saya saja yang rusak. Meski begitu saya syok dan takut kalau itu aksi teror kepada saya," pungkasnya.
Kabar tersebut sempat mengegerkan warga dan membuat mereka berdatangan untuk melihat langsung benda yang diduga bom itu. "Karena takut terjadi apa-apa, makanya saya usulkan agar benda itu dibawa ke Mapolsek Gajahmungkur. Kami takut jika terjadi apa-apa," sambung Ketua RW Muchaya.
Setelah itu, Tim Gegana Polda Jateng dan jajaran Polrestabes Semarang mendatangi lokasi kejadian. Mereka kemudian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengamankan benda tersebut.
Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono mengatakan, dari hasil pemeriksaan terhadap benda tersebut diketahui bahwa itu bukanlah bom seperti yang ditakutkan warga. Benda tersebut diyakini sebagai suar yang biasa digunakan untuk meminta pertolongan. "Itu bukan bom, tapi sejenis suar. Kami sudah pastikan itu," kata dia.
Meski begitu, pihaknya akan tetap menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut. Dari mana datangnya, siapa yang melakukan, dan sebagainya.
"Kami akan terus lakukan penyelidikan dari mana benda tersebut berasal, apa motifnya di belakang itu. Apakah itu aksi teror atau bukan? Meski tidak menimbulkan korban jiwa, peristiwa itu sudah meresahkan warga, terutama korban (Warlan)," pungkasnya.
Senada, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Allosius Liliek Darmanto mengatakan, pipa tersebut adalah suar yang biasa digunakan untuk keadaan darurat. "Benda itu bukan bom rakitan, itu adalah alat pemancar sinyal yang biasanya digunakan untuk meminta bantuan. Ditemukan juga parasutnya di dalam pipa itu," kata Liliek.
(san)