Februari, curah hujan di Kuningan diprediksi tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Kabupaten Kuningan akan mengalami curah hujan di atas normal, pada Februari 2014 mendatang. Kondisi itu, memungkinkan bencana banjir di wilayah tersebut.
Prakirawan Cuaca BMKG wilayah Cirebon Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Achmad Faa Iziyn menyebutkan, saat ini curah hujan di wilayah Cirebon masih berkisar 200 hingga 400 milimeter/bulan. “Cuaca hujan ini masih tergolong normal,” kata dia, Rabu (8/1/2014).
Namun, pada Februari mendatang, pihaknya meminta warga yang berada di Kabupaten Kuningan untuk waspada. Penyebabnya, karena pada bulan itu diprediksi curah hujan yang turun di wilayah Kabupaten Kuningan akan berada di atas normal.
"Volume hujan di Kabupaten Kuningan mencapai 200-500 milimeter/bulan. Volume itu lebih tinggi dari wilayah Kota Cirebon maupun Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka," terangnya.
Letak Kabupaten Kuningan, sambungnya, berada di daerah pegunungan. Hal itu mempercepat terjadinya pertumbuhan awan hujan. Sehingga, curah hujan akan lebih sering turun di daerah tersebut. Karenanya, masyarakat Kuningan diminta waspada bencana longsor yang bisa terjadi setiap saat.
Bukan hanya di Kuningan, warga di daerah sekitarnya, termasuk Kota Cirebon, dan Kabupaten Cirebon, pun harus berhati-hati. Sekalipun di Cirebon tidak terjadi hujan, banjir bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Ini akibat terjadinya limpahan air dari Kabupaten Kuningan. Sebagaimana kita tahu, sifat air mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah, dari hulu ke hilir,” tambah dia.
Hujan disertai angin kencang juga masih dimungkinkan terjadi di wilayah Cirebon. Kemungkinan puting beliung juga ada.
Terpisah, Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno tak menampik bahaya banjir masih menghantui Kota Cirebon. Namun dia meyakinkan, banjir merupakan salah satu bencana yang menjadi persoalan seluruh daerah. “Masalah yang utama ketika musim hujan ya banjir,” ungkapnya.
Untuk itu, Ano meminta warga menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak menjadikan selokan sebagai tempat membuang sampah. Karena, penyebab utama terjadinya banjir adalah sampah.
“Upaya pencegahan tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja, tetapi menjadi tanggung jawab bersama,” tegas dia.
Prakirawan Cuaca BMKG wilayah Cirebon Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Achmad Faa Iziyn menyebutkan, saat ini curah hujan di wilayah Cirebon masih berkisar 200 hingga 400 milimeter/bulan. “Cuaca hujan ini masih tergolong normal,” kata dia, Rabu (8/1/2014).
Namun, pada Februari mendatang, pihaknya meminta warga yang berada di Kabupaten Kuningan untuk waspada. Penyebabnya, karena pada bulan itu diprediksi curah hujan yang turun di wilayah Kabupaten Kuningan akan berada di atas normal.
"Volume hujan di Kabupaten Kuningan mencapai 200-500 milimeter/bulan. Volume itu lebih tinggi dari wilayah Kota Cirebon maupun Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka," terangnya.
Letak Kabupaten Kuningan, sambungnya, berada di daerah pegunungan. Hal itu mempercepat terjadinya pertumbuhan awan hujan. Sehingga, curah hujan akan lebih sering turun di daerah tersebut. Karenanya, masyarakat Kuningan diminta waspada bencana longsor yang bisa terjadi setiap saat.
Bukan hanya di Kuningan, warga di daerah sekitarnya, termasuk Kota Cirebon, dan Kabupaten Cirebon, pun harus berhati-hati. Sekalipun di Cirebon tidak terjadi hujan, banjir bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Ini akibat terjadinya limpahan air dari Kabupaten Kuningan. Sebagaimana kita tahu, sifat air mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah, dari hulu ke hilir,” tambah dia.
Hujan disertai angin kencang juga masih dimungkinkan terjadi di wilayah Cirebon. Kemungkinan puting beliung juga ada.
Terpisah, Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno tak menampik bahaya banjir masih menghantui Kota Cirebon. Namun dia meyakinkan, banjir merupakan salah satu bencana yang menjadi persoalan seluruh daerah. “Masalah yang utama ketika musim hujan ya banjir,” ungkapnya.
Untuk itu, Ano meminta warga menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak menjadikan selokan sebagai tempat membuang sampah. Karena, penyebab utama terjadinya banjir adalah sampah.
“Upaya pencegahan tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja, tetapi menjadi tanggung jawab bersama,” tegas dia.
(san)