Dibius petugas, gajah Sumatera ini malah mati
A
A
A
Sindonews.com - Seekor gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) mati saat direlokasi dari daerah kawasan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) ke Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Minas, di Kabupaten Siak, Riau.
Hewan bertubuh bongsor ini mati setelah ditembak obat bius oleh tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) pada 30 Desember 2013 lalu. Setelah terkena bius, gajah betina berusia 20 tahun ini tak kunjung sadarkan hingga dua hari.
Saat direlokasi, sebenarnya gajah tersebut ada tiga ekor yang terdiri dari dua induk dan seekor anak. Sementara dua ekor gajah lainnya berhasil dievakuasi. Kini bangkai gajah tersebut berada di PLG Minas.
"Iya gajah betina yang direlokasi ke PLG mati. Penyebab kita belum mengetahuinya. Tapi biasanya, kalau dibius paling lama 15 jam sudah sadar, tapi ini memang tidak sadarkan diri terus," kata Humas BBKSDA Riau Zanir saat dihubungi, Kamis (2/1/2014).
Menurut dia, relokasi itu dilakukan lantaran keberadaan gajah tersebut menuai protes dari para warga. Atas dasar itulah kemudian pihak BBKSDA memindahkan gajah itu ke lokasi yang lebih aman.
"Masyarakat menganggap gajah tersebut sebagai hama. Karena menurut masyarakat banyak tanaman pertanian mereka yang dirusak gajah. Padahal lokasi yang dirusak itu sebelumnya adalah wilayah jelajah gajah yang kini telah beralih fungsi," ucapnya lagi.
Terkait kepastian penyebab kematian gajah, BBKSDA akan melakukan autopsi. Hasil laboratorium itu nantinya akan dibawa ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat (Sumbar).
Berdasarkan catatan, konflik antara masyarakat dan gajah memang kerap terjadi di Riau. Hal ini terjadi lantaran hutan lindung tempat habitat gajah sudah dibalak liar besar-besaran oleh warga. Termasuk kawasan Hutan Lindung Mahato, Kabupaten Rohul. Akibatnya habitat gajah semakin menyempit.
Hewan bertubuh bongsor ini mati setelah ditembak obat bius oleh tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) pada 30 Desember 2013 lalu. Setelah terkena bius, gajah betina berusia 20 tahun ini tak kunjung sadarkan hingga dua hari.
Saat direlokasi, sebenarnya gajah tersebut ada tiga ekor yang terdiri dari dua induk dan seekor anak. Sementara dua ekor gajah lainnya berhasil dievakuasi. Kini bangkai gajah tersebut berada di PLG Minas.
"Iya gajah betina yang direlokasi ke PLG mati. Penyebab kita belum mengetahuinya. Tapi biasanya, kalau dibius paling lama 15 jam sudah sadar, tapi ini memang tidak sadarkan diri terus," kata Humas BBKSDA Riau Zanir saat dihubungi, Kamis (2/1/2014).
Menurut dia, relokasi itu dilakukan lantaran keberadaan gajah tersebut menuai protes dari para warga. Atas dasar itulah kemudian pihak BBKSDA memindahkan gajah itu ke lokasi yang lebih aman.
"Masyarakat menganggap gajah tersebut sebagai hama. Karena menurut masyarakat banyak tanaman pertanian mereka yang dirusak gajah. Padahal lokasi yang dirusak itu sebelumnya adalah wilayah jelajah gajah yang kini telah beralih fungsi," ucapnya lagi.
Terkait kepastian penyebab kematian gajah, BBKSDA akan melakukan autopsi. Hasil laboratorium itu nantinya akan dibawa ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat (Sumbar).
Berdasarkan catatan, konflik antara masyarakat dan gajah memang kerap terjadi di Riau. Hal ini terjadi lantaran hutan lindung tempat habitat gajah sudah dibalak liar besar-besaran oleh warga. Termasuk kawasan Hutan Lindung Mahato, Kabupaten Rohul. Akibatnya habitat gajah semakin menyempit.
(rsa)