Tika Bisono: Ospek ITN, bukti degradasi nilai kemanusiaan
A
A
A
Sindonews.com - Filosofi orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) kembali tercoreng setelah kasus kekerasan di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, mencuat ke permukaan publik.
Kegiatan yang dirancang untuk mensosialisasikan dunia kampus agar kegiatan civitas akademika diketahui oleh mahasiswa baru itu, tergadaikan setelah satu dari mahasiswa baru mereka, Fikri Dolamanstya Surya, meninggal.
Hal ini pun disayangkan Psikolog, Tika Bisono. Tedeng aling-aling yang dilakukan para panitia kemah bakti desa (KBD) itu dinilai sebagai bukti tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan di antara kaum terpelajar. Ia bahkan meminta agar kampus yang menerapkan cara ospek dengan balutan kekerasan itu untuk segera ditutup.
"Ini bukti nilai-nilai kemanusiaan yang menumpul. Artinya ada degradasi nilai yang begitu besar. Tentu menjadi suatu hal yang amat disayangkan," jelas Tika Bisono kepada SINDOnews, Kamis (19/12/2013).
Sebenarnya, lanjut Tika, kegiatan ospek sangat diperlukan bagi para mahasiswa baru. Dengan mengikuti ospek, setiap peserta dapat mempersiapkan mental mereka, dan pemberdayaan sebelum menginjak dunia kampus yang sesungguhnya.
"Itu merupakan salah satu perubahan fase anak ke dewasa, dan tujuan ospek sejatinya untuk itu, persiapan mental mereka. Penting juga untuk membangun kepribadian, karakter, dan solidaritas senasib sepenanggunangan sesama mahasiswa baru. Tapi tentu bukan dengan cara kekerasan seperti yang terjadi di ITN. Inilah salah kaprah para seniornya," urainya.
Ketika ditanya apakah ada beban psikis yang diterima para peserta ospek di ITN, Tika menampiknya. Menurutnya, trauma itu hanya akan bertahan sebentar saja.
"Saya kira tidak, hanya sebentar saja mereka syok, setelah itu mereka akan kembali beraktivitas seperti biasa. Akan berlalu begitu saja," jelasnya.
Diketahui, masyarakat saat ini dihebohkan dengan kasus kematian Mahasiswa Baru Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Fikri Dolamanstya Surya, saat kegiatan kemah bakti desa (KBD) di Kawasan Pantai Goa Cina, Sumbermanjing Wetan, Malang, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan keterangan yang tertuang dalam visum yang dikeluarkan kedokteran forensik RSSA Malang, Fikri meninggal dengan lidah menjulur dan tergigit, serta kelaminnya mengeluarkan sperma.
Seorang peserta KBD ITN, Joko dan Dodo (bukan nama sebenarnya) memberikan keterangan kepada wartawan perihal kegiatan yang di luar batas kewajaran itu.
Mereka mengakui jika perlakuan kasar para senior juga dialaminya seperti diinjak saat push up, dipukul pakai sandal, dan lain-lain. Bahkan, Joko mengakui jika melihat temannya disuruh berhubungan seperti suami sitri. "Tapi laki-laki sama laki-laki," katanya.
Tak hanya itu, ada peserta perempuan juga disiram air bawang hingga matanya kesakitan. Mereka juga dipaksa untuk meminum air laut. Perlakuan lainnya adalah para peserta dipaksa menyentuh tanah hingga kotor sebelum akhirnya disuruh untuk makan. "Setelah makan tiga kali dijatah air mineral 1-2 botol saja untuk satu angkatan," ujarnya.
Baca juga: Ini bentuk kekejaman ospek di ITN Malang
Kegiatan yang dirancang untuk mensosialisasikan dunia kampus agar kegiatan civitas akademika diketahui oleh mahasiswa baru itu, tergadaikan setelah satu dari mahasiswa baru mereka, Fikri Dolamanstya Surya, meninggal.
Hal ini pun disayangkan Psikolog, Tika Bisono. Tedeng aling-aling yang dilakukan para panitia kemah bakti desa (KBD) itu dinilai sebagai bukti tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan di antara kaum terpelajar. Ia bahkan meminta agar kampus yang menerapkan cara ospek dengan balutan kekerasan itu untuk segera ditutup.
"Ini bukti nilai-nilai kemanusiaan yang menumpul. Artinya ada degradasi nilai yang begitu besar. Tentu menjadi suatu hal yang amat disayangkan," jelas Tika Bisono kepada SINDOnews, Kamis (19/12/2013).
Sebenarnya, lanjut Tika, kegiatan ospek sangat diperlukan bagi para mahasiswa baru. Dengan mengikuti ospek, setiap peserta dapat mempersiapkan mental mereka, dan pemberdayaan sebelum menginjak dunia kampus yang sesungguhnya.
"Itu merupakan salah satu perubahan fase anak ke dewasa, dan tujuan ospek sejatinya untuk itu, persiapan mental mereka. Penting juga untuk membangun kepribadian, karakter, dan solidaritas senasib sepenanggunangan sesama mahasiswa baru. Tapi tentu bukan dengan cara kekerasan seperti yang terjadi di ITN. Inilah salah kaprah para seniornya," urainya.
Ketika ditanya apakah ada beban psikis yang diterima para peserta ospek di ITN, Tika menampiknya. Menurutnya, trauma itu hanya akan bertahan sebentar saja.
"Saya kira tidak, hanya sebentar saja mereka syok, setelah itu mereka akan kembali beraktivitas seperti biasa. Akan berlalu begitu saja," jelasnya.
Diketahui, masyarakat saat ini dihebohkan dengan kasus kematian Mahasiswa Baru Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Fikri Dolamanstya Surya, saat kegiatan kemah bakti desa (KBD) di Kawasan Pantai Goa Cina, Sumbermanjing Wetan, Malang, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan keterangan yang tertuang dalam visum yang dikeluarkan kedokteran forensik RSSA Malang, Fikri meninggal dengan lidah menjulur dan tergigit, serta kelaminnya mengeluarkan sperma.
Seorang peserta KBD ITN, Joko dan Dodo (bukan nama sebenarnya) memberikan keterangan kepada wartawan perihal kegiatan yang di luar batas kewajaran itu.
Mereka mengakui jika perlakuan kasar para senior juga dialaminya seperti diinjak saat push up, dipukul pakai sandal, dan lain-lain. Bahkan, Joko mengakui jika melihat temannya disuruh berhubungan seperti suami sitri. "Tapi laki-laki sama laki-laki," katanya.
Tak hanya itu, ada peserta perempuan juga disiram air bawang hingga matanya kesakitan. Mereka juga dipaksa untuk meminum air laut. Perlakuan lainnya adalah para peserta dipaksa menyentuh tanah hingga kotor sebelum akhirnya disuruh untuk makan. "Setelah makan tiga kali dijatah air mineral 1-2 botol saja untuk satu angkatan," ujarnya.
Baca juga: Ini bentuk kekejaman ospek di ITN Malang
(rsa)