Warga Solo butuh underpass Purwosari
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Solo, masih menunggu kepastian proyek underpass Purwosari. Proyek tersebut dinilai sangat mendesak untuk dilakukan mengingat tingginya lalu lintas kereta yang melintas di kawasan tersebut.
Kepala Dishubkominfo Solo, Yosca Herman Soedrajad, menyebutkan jumlah kereta yang melintas di jalur rel Kota Solo saat ini sekitar 80 rangkaian setiap harinya. Sehingga dengan kondisi tersebut setiap beberapa menit, perlintasan sebidang tersebut harus ditutup dan membuat lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi tersendat.
Padahal jumlah kendaraan yang melintas di Kota Solo setiap haruintya mencapai 2-2,5 juta unit. Jumlah tersebut masih bisa bertamabah, saat akhir pekan ataupun libur panjang.
“Kalau tidak dilakukan dibangun sesegera mungkin, kita nantinya malah terlambat dan jalanan bisa menjadi macet trotal seperti ibukota Jakarta,” ucapnya saat ditemui SINDO, Jumat (13/12/2013) siang.
Pria yang akrab disapa Herman tersebut, mengatakan saat ini pihaknya terus berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan terkait proyek underpass tersebut. Menurutnya, usulan underpass itu sampai saat ini masih dikaji oleh Kemenhub. Hasil kajian tersebut bakal diumumkan pada akhir Desember mendatang.
Akan tetapi dengan kondisi lalu lintas yang ada, ia berharap agar pembangunan underpass tersebut mulai dikerjakan pada tahun 2014 mendatang. Sehingga akhir 2014 underpass tersebut sudah bisa digunakan untuk mengurai kepadatan lalu lintas yang ada di Kota Solo.
“Ya harapannya segera saja dibangun, saat ini kita juga sudah mempersiapkan jalur-jalur alternatif yang nantinya dipakai oleh pengguna jalan saat proyek underpass mulai dikerjakan,” sambungnya.
Ia menegaskan, untuk membangun underpass tersebut setidaknya dibutuhkan dana sekira Rp60 miliar. Dana tersebut nantinya bakal dikucurkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dibantu dengan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD) Kota Solo.
Wali kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyebutkan pihaknya saat ini masih menunggu keputusan dari Kementerian Perhubungan tersebut.
Rudi menegaskan secara umum, pembangunan tersebut memang perlu dilakukan secepantya, apalagi saat ini Detailed Engginering Design (DED) untuk underpass tersebut sudah selesai dibuat.
Selain itu jika pembangunan bisa dipercepat maka nantinya pembangunan underpass lainnya segera bisa dilakukan seperti di Manahan, Pasar Nongko dan Viaduk Gilingan.
Kepala Dishubkominfo Solo, Yosca Herman Soedrajad, menyebutkan jumlah kereta yang melintas di jalur rel Kota Solo saat ini sekitar 80 rangkaian setiap harinya. Sehingga dengan kondisi tersebut setiap beberapa menit, perlintasan sebidang tersebut harus ditutup dan membuat lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi tersendat.
Padahal jumlah kendaraan yang melintas di Kota Solo setiap haruintya mencapai 2-2,5 juta unit. Jumlah tersebut masih bisa bertamabah, saat akhir pekan ataupun libur panjang.
“Kalau tidak dilakukan dibangun sesegera mungkin, kita nantinya malah terlambat dan jalanan bisa menjadi macet trotal seperti ibukota Jakarta,” ucapnya saat ditemui SINDO, Jumat (13/12/2013) siang.
Pria yang akrab disapa Herman tersebut, mengatakan saat ini pihaknya terus berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan terkait proyek underpass tersebut. Menurutnya, usulan underpass itu sampai saat ini masih dikaji oleh Kemenhub. Hasil kajian tersebut bakal diumumkan pada akhir Desember mendatang.
Akan tetapi dengan kondisi lalu lintas yang ada, ia berharap agar pembangunan underpass tersebut mulai dikerjakan pada tahun 2014 mendatang. Sehingga akhir 2014 underpass tersebut sudah bisa digunakan untuk mengurai kepadatan lalu lintas yang ada di Kota Solo.
“Ya harapannya segera saja dibangun, saat ini kita juga sudah mempersiapkan jalur-jalur alternatif yang nantinya dipakai oleh pengguna jalan saat proyek underpass mulai dikerjakan,” sambungnya.
Ia menegaskan, untuk membangun underpass tersebut setidaknya dibutuhkan dana sekira Rp60 miliar. Dana tersebut nantinya bakal dikucurkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dibantu dengan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD) Kota Solo.
Wali kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyebutkan pihaknya saat ini masih menunggu keputusan dari Kementerian Perhubungan tersebut.
Rudi menegaskan secara umum, pembangunan tersebut memang perlu dilakukan secepantya, apalagi saat ini Detailed Engginering Design (DED) untuk underpass tersebut sudah selesai dibuat.
Selain itu jika pembangunan bisa dipercepat maka nantinya pembangunan underpass lainnya segera bisa dilakukan seperti di Manahan, Pasar Nongko dan Viaduk Gilingan.
(rsa)