Fikri tewas, dosen ITN siap bertanggung jawab
A
A
A
Sindonews.com - Penanggung jawab Kemah Bakti Desa (KBD), yang juga dosen planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Hutomo Moestajab, menyatakan siap bertanggung jawab dan menerima sanksi mulai penurunan pangkat hingga pemecatan. Ia juga siap mengambil tanggung jawab penuh dan siap diadili.
Menurutnya, kelalaian ini merupakan kesalahannya yang tidak mengawasi secara ketat. Meski sudah mengirim dosen setiap hari ke lokasi, namun tidak dialkukan pengawasan selama 24 jam.
Ia juga mengakui jika sebanyak 110 panitia melakukan tindakan di luar batas. Di antaranya memberi air minum 1-2 botol untuk semua peserta sehingga banyak peserta mengalami dehidrasi. Namun, Hutomo menyangkal terjadi kekerasan, apalagi, pelecehan seksual yang dilakukan terhadap mahasiswi.
"Tak ada kekerasan yang menyebabkan kematian dan mengancam jiwa," katanya, Selasa (10/12/2013).
Hutomo menegaskan, aturan yang telah disepakati kegiatan yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Planologi ITN Malang ini adalah dilarang menyentuh, memegang peserta KBD. "Tidaka da kekerasan," tegasnya lagi.
Pihak ITN, katanya, juga sudah memberikan sanksi kepada 54 mahasiswa dari 110 panitia KBD. Rinciannya 20 mahasiswa diskorsing dua semester, lima mahasiswa diskrosing satu semester dan 29 mahasiswa yang dihukum pengurangan mata kuliah.
Hutomo juga telah melakukan investigasi atas kasus ini. Di antaranya meminta keterangan peserta maupun panitia. Dari hasil investigasi yang dilakukannya, pelanggaran yang ditemukan karena kegiatan dilakukan melebihi batas kewajaran. Namun, ia menyangkal sejumlah foto soal kekerasan yang beredar di media sosial sebagai bentuk kekerasan.
Alasannya, Hutomo menilai itu adalah pose bukan diinjak seperti yang terlihat di gambar. Bahkan, Hutomo juga bersedia menampilkan seluruh foto dokumentasi kegiatan yang direkam panitia BKD.
Saat ini, pihaknya telah membekukan seluruh kegiatan kegiatan himpunan mahasiswa planologi. "Saya jamin tak ada lagi kegiatan serupa yang akan diterapkan tahun mendatang," ujarnya.
Menurutnya, kelalaian ini merupakan kesalahannya yang tidak mengawasi secara ketat. Meski sudah mengirim dosen setiap hari ke lokasi, namun tidak dialkukan pengawasan selama 24 jam.
Ia juga mengakui jika sebanyak 110 panitia melakukan tindakan di luar batas. Di antaranya memberi air minum 1-2 botol untuk semua peserta sehingga banyak peserta mengalami dehidrasi. Namun, Hutomo menyangkal terjadi kekerasan, apalagi, pelecehan seksual yang dilakukan terhadap mahasiswi.
"Tak ada kekerasan yang menyebabkan kematian dan mengancam jiwa," katanya, Selasa (10/12/2013).
Hutomo menegaskan, aturan yang telah disepakati kegiatan yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Planologi ITN Malang ini adalah dilarang menyentuh, memegang peserta KBD. "Tidaka da kekerasan," tegasnya lagi.
Pihak ITN, katanya, juga sudah memberikan sanksi kepada 54 mahasiswa dari 110 panitia KBD. Rinciannya 20 mahasiswa diskorsing dua semester, lima mahasiswa diskrosing satu semester dan 29 mahasiswa yang dihukum pengurangan mata kuliah.
Hutomo juga telah melakukan investigasi atas kasus ini. Di antaranya meminta keterangan peserta maupun panitia. Dari hasil investigasi yang dilakukannya, pelanggaran yang ditemukan karena kegiatan dilakukan melebihi batas kewajaran. Namun, ia menyangkal sejumlah foto soal kekerasan yang beredar di media sosial sebagai bentuk kekerasan.
Alasannya, Hutomo menilai itu adalah pose bukan diinjak seperti yang terlihat di gambar. Bahkan, Hutomo juga bersedia menampilkan seluruh foto dokumentasi kegiatan yang direkam panitia BKD.
Saat ini, pihaknya telah membekukan seluruh kegiatan kegiatan himpunan mahasiswa planologi. "Saya jamin tak ada lagi kegiatan serupa yang akan diterapkan tahun mendatang," ujarnya.
(rsa)