Kisah pria bersorban yang mengamuk ketika ditilang

Kamis, 05 Desember 2013 - 18:19 WIB
Kisah pria bersorban yang mengamuk ketika ditilang
Kisah pria bersorban yang mengamuk ketika ditilang
A A A
Sindonews.com - Merasa nyaman berkendara menggunakan sorban dan peci, seorang pengendara mengamuk dan mengancam polisi lantaran tidak terima ditilang karena tidak menggunakan helm.

Suasana berubah mencekam ketika seseorang pengendara, sebut saja Salim (50) (nama samaran), mengamuk kepada Polisi Satlantas Karawang yang tengah melaksankan Operasi Zebra Lodaya di Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Karawang.

Pria paruh baya tersebut mengamuk dan sempat menggebrak meja saat petugas tilang hendak menuliskan namanya pada kertas tilang. Tak hanya itu, ia pun langsung merebut kertas tersebut.

Tak hanya sampai disitu, ketika petugas Satlantas mencoba menenangkannya, Salim malah berontak dan semakin naik pitam. Bahkan, ia menunjuk-nunjukkan jarinya kepada petugas kepolisian setempat.

"Anda anggap saya teroris, saya tidak terima," katanya gusar, Kamis (5/12/2013).

Saat itu, petugas hanya dapat berdiam dan mencoba menenangkan Salim yang tengah dilanda emosi. Namun, Salim justru malah semakin marah, bahkan dirinya mengatakan momen tersebut pas baginya untuk memarahi para polisi.

"Ini kesempatan saya marah. Kalau saya mau, saya bisa keliling Indonesia enggak pakai helm, saya lebih aman pakai ini (peci dan sorban)," ujarnya.

Lebih lanjut, Salim bahkan menuding kepolisian menjual SIM (Surat Izin Mengemudi) ke orang-orang. "Kalian pikir saya tidak tahu, kalian menjual SIM ke orang-orang, saya kecewa," ujarnya.

Hingga akhirnya, kepolisian pun membiarkan Salim pergi, namun salim tetap berteriak lantang memaki dan memarahi kepolisian.

"Kalau kalian bukan orang Islam sudah saya bom-in," umpatnya sekali lagi sembari pergi.

Menanggapi hal tersebut, Kanit Laka Polres Karawang, Heri Nurcahyo, menyayangkan dengan sikap Salim yang merupakan seorang sarjana apalagi telah memiliki title Drs.

"Beliau itu sarjana, drs. Pola pikir sarjana itu harus paham dan kalau tindakan berteriak itu tidak baik. Apalagi dia ngomong lebih aman pakai sorban daripada helm. Itu kan menentang undang-undang lalu lintas," katanya.

Namun mengingat hal tersebut, pihaknya mencoba memahami bahwa mungkin orang tersebut memiliki masalah di intern keluarganya.

"Tapi itu kan perlu kita pahamin. Mungkin dia punya masalah," katanya.

Kita, lanjutnya, tidak ada yang bilang teroris kepada pengendara tersebut, kita hanya menindak. "Asumsi beliau tadi bahwa seakan-akan menganggap seperti itu (teroris), padahal tidak ada seorang pun yang menganggap seperti itu," katanya

Kendati begitu pihaknya menganggap hal tersebut biasa terjadi dalam penindakan atau razia yang dilakukan Satlantas. "Setiap diadakan penindakan selalu ada saja yang tidak senang hal seperti ini biasa," katanya.

Padahal, lanjutnya, helm itu penting dalam berkendara. Karena banyak pengendara yang meninggal karena tidak menggunakan helm.

Sementara itu, dalam operasi Zebra Lodaya 2013 tersebut pengendara yang melanggar langsung dilakukan sidang di tempat. Dari keseluruhan, Satlantas menjaring sekira 105 pelanggar. Sementara yang disidang di tempat hanya sekira 45 pelanggar saja. Kebanyakan dari pelanggar R2 tersebut tidak memiliki SIM dan tidak menggunakan helm.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0806 seconds (0.1#10.140)