96 kantong darah PMI tercemar virus HIV/AIDS
A
A
A
Sindonews.com - Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Kota Semarang menemukan 96 kantong darah tercemar virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
"Setiap tahun kami memang selalu menemukan darah yang diduga mengandung virus berbahaya seperti HIV/AIDS. Sejak Januari hingga awal Desember tahun ini, kami menemukan 96 kantong darah donor yang teridentifikasi mengandung virus itu,” ujar Kepala PMI Kota Semarang Surachman, saat ditemui wartawan, di kawasan Tugumuda, Senin (2/12/2013).
Jumlah tersebut, imbuh Surachman, dipastikan akan bertambah hingga akhir Desember 2013. Sebab, hampir dipastikan setiap bulan pihaknya menemukan kasus serupa dari para pendonor.
“Hampir setiap bulan ada darah yang mengandung penyakit HIV/AIDS. Kalau dirata-rata, jumlahnya bisa dua hingga tiga kantong perbulan,” imbuhnya.
Data dari PMI Kota Semarang menunjukkan, setiap tahun angka kasus darah donor yang mengadung HIV/AIDS di Kota Semarang terus saja terjadi. Tahun 2008, sebanyak 96 kantong darah ditemukan positive mengandung virus mematikan itu.
“Selanjutnya tahun 2009 meningkat menjadi 134 kasus. Kemudian tahun selanjutnya menjadi 159 kasus. Pada 2011, kami menemukan 78 kasus dan tahun 2012 sebanyak 110 darah yang positive mengandung penyakit itu. Dan sekarang, kami menemukan 96 kasus,” sambung Humas PMI Kota Semarang Vindra.
Darah-darah yang mengandung virus tersebut, kemudian dimusnahkan oleh pihak PMI Kota Semarang. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi agar darah tidak digunakan oleh masyarakat.
Sementara bagi pendonor yang diketahui darahnya mengandung virus, pihak PMI Kota Semarang segera memanggil mereka. Tujuannya untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut.
“Mereka biasanya langsung kami panggil untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kami. Kami juga mengarahkan mereka untuk melakukan cek lanjutan di rumah sakit, untuk memastikan hal itu dan melaporkan temuan ini kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk ditindaklanjuti,” imbuhnya.
Sementara itu, masih ditemukannya darah donor yang mengandung virus HIV/AIDS menurut Ari Andani selaku Program Officer Proyek Global Fund HIV/AIDS PKBI Provinsi Jateng, disebabkan karena kurangnya kesadaran dari masyarakat.
Selama ini, masyarakat meyakini bahwa penyakit HIV/AIDS hanya terjadi pada orang-orang yang berisiko tinggi seperti Wanita Tuna Susila (WTS). “Jadi mereka yang merasa bersih tenang-tenang saja dan dengan percaya diri mendonorkan darahnya ke PMI. Padahal setelah di cek, ternyata mereka mengidap penyakit berbahaya itu,” kata dia.
Selain belum adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengecekan, sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah juga dinilai belum tepat sasaran. Selama ini, fokus sosialisasi hanya pada orang-orang beresiko tinggi saja.
“Sampai sekarang proyek sosialisasi dari Dinas Kesehatan pun baru mengarah kepada orang yang beresiko tinggi saja, belum secara menyeluruh kepada masyarakat luas. Seharusnya dirubah karena semua kalangan saat ini memiliki resiko yang sama,” pungkasnya.
"Setiap tahun kami memang selalu menemukan darah yang diduga mengandung virus berbahaya seperti HIV/AIDS. Sejak Januari hingga awal Desember tahun ini, kami menemukan 96 kantong darah donor yang teridentifikasi mengandung virus itu,” ujar Kepala PMI Kota Semarang Surachman, saat ditemui wartawan, di kawasan Tugumuda, Senin (2/12/2013).
Jumlah tersebut, imbuh Surachman, dipastikan akan bertambah hingga akhir Desember 2013. Sebab, hampir dipastikan setiap bulan pihaknya menemukan kasus serupa dari para pendonor.
“Hampir setiap bulan ada darah yang mengandung penyakit HIV/AIDS. Kalau dirata-rata, jumlahnya bisa dua hingga tiga kantong perbulan,” imbuhnya.
Data dari PMI Kota Semarang menunjukkan, setiap tahun angka kasus darah donor yang mengadung HIV/AIDS di Kota Semarang terus saja terjadi. Tahun 2008, sebanyak 96 kantong darah ditemukan positive mengandung virus mematikan itu.
“Selanjutnya tahun 2009 meningkat menjadi 134 kasus. Kemudian tahun selanjutnya menjadi 159 kasus. Pada 2011, kami menemukan 78 kasus dan tahun 2012 sebanyak 110 darah yang positive mengandung penyakit itu. Dan sekarang, kami menemukan 96 kasus,” sambung Humas PMI Kota Semarang Vindra.
Darah-darah yang mengandung virus tersebut, kemudian dimusnahkan oleh pihak PMI Kota Semarang. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi agar darah tidak digunakan oleh masyarakat.
Sementara bagi pendonor yang diketahui darahnya mengandung virus, pihak PMI Kota Semarang segera memanggil mereka. Tujuannya untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut.
“Mereka biasanya langsung kami panggil untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kami. Kami juga mengarahkan mereka untuk melakukan cek lanjutan di rumah sakit, untuk memastikan hal itu dan melaporkan temuan ini kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk ditindaklanjuti,” imbuhnya.
Sementara itu, masih ditemukannya darah donor yang mengandung virus HIV/AIDS menurut Ari Andani selaku Program Officer Proyek Global Fund HIV/AIDS PKBI Provinsi Jateng, disebabkan karena kurangnya kesadaran dari masyarakat.
Selama ini, masyarakat meyakini bahwa penyakit HIV/AIDS hanya terjadi pada orang-orang yang berisiko tinggi seperti Wanita Tuna Susila (WTS). “Jadi mereka yang merasa bersih tenang-tenang saja dan dengan percaya diri mendonorkan darahnya ke PMI. Padahal setelah di cek, ternyata mereka mengidap penyakit berbahaya itu,” kata dia.
Selain belum adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengecekan, sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah juga dinilai belum tepat sasaran. Selama ini, fokus sosialisasi hanya pada orang-orang beresiko tinggi saja.
“Sampai sekarang proyek sosialisasi dari Dinas Kesehatan pun baru mengarah kepada orang yang beresiko tinggi saja, belum secara menyeluruh kepada masyarakat luas. Seharusnya dirubah karena semua kalangan saat ini memiliki resiko yang sama,” pungkasnya.
(san)