Pentas sirkus lumba-lumba dikecam aktivis
A
A
A
Sindonews.com - Aktivis penyayang binatang yang tergabung dalam Welfarian Solo, Jawa Tengah, meminta penyelenggara pementasan sirkus lumba-lumba menghentikan kegiatannya. Permintaan itu disampaikan dalam unjuk rasa di gelar di depan kantor Tiga Serangkai di Jalan Dr Soepomo, Rabu (27/11/2013).
Koordinator Aksi, Jonathan mengatakan, pementasan sirkus lumba-lumba akan digelar di Assalam Hypermarket 9 Desember -12 Januari 2014.
Pemerintah seakan tidak serius mengawasi praktik penyiksaan binatang dilindungi. Terbukti, adanya sirkus lumba-lumba yang jelas-jelas dilarang pemerintah.
“Kementrian Kehutanan menerbitkan aturan agar pentas lumba-lumba dihentikan. Tapi ini masih saja terjadi di sejumlah tempat. Pak Menteri seharusnya bisa melihat hal ini,” kata dia di sela aksi, Rabu (27/11/2013).
Para aktivis peduli binatang ini sengaja melakukan unjuk rasa di depan kantor penerbit Tiga Serangkai, mengingat penyelenggara sirkus berada di manajemen yang sama.
Di lokasi, para pengunjuk rasa membawa poster berisi tulisan dan gambar bernada kecaman. Satu di antaranya gambar pinokio berhidung panjang yang berwajah mirip Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.
Mereka menganggap sang menteri membohongi publik karena membiarkan lumba-lumba dianiaya. Para pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan guna memancing perhatian pengguna jalan.
Lebih lanjut dikatakan dia, bentuk penganiayaan lumba-lumba sirkus terlihat sejak hewan mamalia ini diangkut dalam kotak bernuansa lembab. Bahkan saat beratraksi, hewan ini terpapar media beracun di kolam berisi air larutan garam bercampur klorin.
“Padahal klorin dapat membutakan mata lumba-lumba,” kata dia.
Meski sebagian pertunjukan sirkus berizin, namun ia meragukan kesejahteraan hewan dilindungi ini terjamin.
Sementara sejumlah aktivis berdemonstrasi, sebagian di antaranya beraudiensi dengan manajemen PT Tiga Serangkai. Pertemuan yang berlangsung selama sejam tersebut tak membuahkan hasil menggembirakan.
“Kami kecewa dengan hasil pertemuan tadi karena mereka tetap ingin pentas itu digelar,” sambung Koordinator Welfare Solo, Bagas Dwi Nugrahanto.
Bagas menjelaskan, pihak penyelenggara tetap ngotot menggelar pentas karena memegang izin usaha sampai 12 Juli 2014 di lokasi tersebut. Dalam negosiasi tersebut, Welfare Solo mengacu SK Menhut tentang penghentian pentas lumba-lumba.
“Belum tidak ada titik temu. Tapi kami tetap akan terus berjuang,” tandas Bagas.
Koordinator Aksi, Jonathan mengatakan, pementasan sirkus lumba-lumba akan digelar di Assalam Hypermarket 9 Desember -12 Januari 2014.
Pemerintah seakan tidak serius mengawasi praktik penyiksaan binatang dilindungi. Terbukti, adanya sirkus lumba-lumba yang jelas-jelas dilarang pemerintah.
“Kementrian Kehutanan menerbitkan aturan agar pentas lumba-lumba dihentikan. Tapi ini masih saja terjadi di sejumlah tempat. Pak Menteri seharusnya bisa melihat hal ini,” kata dia di sela aksi, Rabu (27/11/2013).
Para aktivis peduli binatang ini sengaja melakukan unjuk rasa di depan kantor penerbit Tiga Serangkai, mengingat penyelenggara sirkus berada di manajemen yang sama.
Di lokasi, para pengunjuk rasa membawa poster berisi tulisan dan gambar bernada kecaman. Satu di antaranya gambar pinokio berhidung panjang yang berwajah mirip Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.
Mereka menganggap sang menteri membohongi publik karena membiarkan lumba-lumba dianiaya. Para pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan guna memancing perhatian pengguna jalan.
Lebih lanjut dikatakan dia, bentuk penganiayaan lumba-lumba sirkus terlihat sejak hewan mamalia ini diangkut dalam kotak bernuansa lembab. Bahkan saat beratraksi, hewan ini terpapar media beracun di kolam berisi air larutan garam bercampur klorin.
“Padahal klorin dapat membutakan mata lumba-lumba,” kata dia.
Meski sebagian pertunjukan sirkus berizin, namun ia meragukan kesejahteraan hewan dilindungi ini terjamin.
Sementara sejumlah aktivis berdemonstrasi, sebagian di antaranya beraudiensi dengan manajemen PT Tiga Serangkai. Pertemuan yang berlangsung selama sejam tersebut tak membuahkan hasil menggembirakan.
“Kami kecewa dengan hasil pertemuan tadi karena mereka tetap ingin pentas itu digelar,” sambung Koordinator Welfare Solo, Bagas Dwi Nugrahanto.
Bagas menjelaskan, pihak penyelenggara tetap ngotot menggelar pentas karena memegang izin usaha sampai 12 Juli 2014 di lokasi tersebut. Dalam negosiasi tersebut, Welfare Solo mengacu SK Menhut tentang penghentian pentas lumba-lumba.
“Belum tidak ada titik temu. Tapi kami tetap akan terus berjuang,” tandas Bagas.
(lns)