Dokter RSUD Gunung Jati kenakan pita hitam
A
A
A
Sindonews.com - Mogok praktik massal yang dilakukan dokter di Cirebon, dikeluhkan warga karena dinilai merugikan masyarakat. Sementara aksi mogok praktik yang dilakukan puluhan dokter di RSUD Gunung Jati Cirebon menyebabkan rumah sakit itu pun tampak lengang.
Seorang warga Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Imam (26) mengeluhkan aksi mogok dokter hingga menyebabkan istrinya yang tengah hamil tak bisa memeriksakan diri. Padahal, istrinya Deasy telah sengaja meminta izin dari tempat kerjanya untuk memeriksakan kandungannya.
“Kandungan istri saya sudah masuk usia enam minggu. Tapi ketika ke klinik, dokter langganan kami tidak praktik, katanya libur,” ungkap dia, kepada wartawan, Rabu (27/11/2013).
Belakangan dia mengetahui para dokter tengah melakukan aksi mogok praktik, sebagai bentuk solidaritas kepara dokter ke tiga dokter di Manado, yakni Dewa Ayu, Hendry, dan Hendy. Aksi itu sendiri dikeluhkan Imam, karena dinilai merugikan.
Dia mengaku rutin memeriksakan kandungan istrinya, mengingat calon bayi tersebut merupakan anak pertama mereka. Seluruh dokter di rumah sakit milik Pemkot Cirebon tersebut tidak berpraktik seperti biasa.
Hanya Unit Gawat Darurat (UGD) yang tampak beroperasi dan petugas rawat inap masih tampak bertugas. Padahal, pada hari biasa, RSUD Gunung Jati cukup ramai dipadati pasien asal Kota Cirebon maupun rujukan dari luar daerah.
Aksi sendiri diawali apel pagi di halaman rumah sakit, para dokter mengikatkan pita berwarna hitam pada lengan kiri masing-masing. Mereka pun membacakan kembali sumpah dokter, serta sempat membacakan puisi Permintaan Maaf Dokter Indonesia karya Dokter Wimpie Pakahila, dan doa bersama.
Direktur Utama RSUD Gunung Jati Heru Purwanto, membenarkan aksi solidaritas para dokter yang berpraktik di rumah sakit tersebut. Namun dia menjamin aksi itu tidak mengganggu pelayanan, apalagi sampai menelantarkan pasien.
“Tidak akan menelantarkan pasien, lihat saja mereka bertugas seperti biasa kok. Ini hanya keprihatinan saat melakukan tugas, dokter justru berurusan dengan pengadilan hingga vonis dijatuhkan,” cetusnya.
Heru sendiri mengaku mendukung aksi solidaritas tersebut, bahkan dirinya termasuk yang mengenakan pita hitam pada lengan kirinya sebagai simbol keprihatinan. Hal itu didasarkan semangat menolak kriminalisasi hukum terhadap dokter.
Dia membantah aksi yang mereka lakukan merupakan demonstrasi. Menurut dia, aksi keprihatinan yang ditandai mogok praktik itu merupakan cuti bersama. “Cuti bersama boleh kan,” terangnya.
Aksi hari itu disebutnya sebagai hari berkabung karena vonis hukuman kepada ketiga dokter yang dituding melakukan malapraktik, padahal telah melakukan tugas sesuai prosedur.
Lebih jauh, dia meyakinkan, RSUD Gunung Jati sendiri tetap mengutamakan pelayanan kepada pasiennya karena semua dokter masuk kerja dan pelayanan lainnya berjalan biasa.
Baca juga: "Maaf, kami tidak buka praktik sehari"
Seorang warga Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Imam (26) mengeluhkan aksi mogok dokter hingga menyebabkan istrinya yang tengah hamil tak bisa memeriksakan diri. Padahal, istrinya Deasy telah sengaja meminta izin dari tempat kerjanya untuk memeriksakan kandungannya.
“Kandungan istri saya sudah masuk usia enam minggu. Tapi ketika ke klinik, dokter langganan kami tidak praktik, katanya libur,” ungkap dia, kepada wartawan, Rabu (27/11/2013).
Belakangan dia mengetahui para dokter tengah melakukan aksi mogok praktik, sebagai bentuk solidaritas kepara dokter ke tiga dokter di Manado, yakni Dewa Ayu, Hendry, dan Hendy. Aksi itu sendiri dikeluhkan Imam, karena dinilai merugikan.
Dia mengaku rutin memeriksakan kandungan istrinya, mengingat calon bayi tersebut merupakan anak pertama mereka. Seluruh dokter di rumah sakit milik Pemkot Cirebon tersebut tidak berpraktik seperti biasa.
Hanya Unit Gawat Darurat (UGD) yang tampak beroperasi dan petugas rawat inap masih tampak bertugas. Padahal, pada hari biasa, RSUD Gunung Jati cukup ramai dipadati pasien asal Kota Cirebon maupun rujukan dari luar daerah.
Aksi sendiri diawali apel pagi di halaman rumah sakit, para dokter mengikatkan pita berwarna hitam pada lengan kiri masing-masing. Mereka pun membacakan kembali sumpah dokter, serta sempat membacakan puisi Permintaan Maaf Dokter Indonesia karya Dokter Wimpie Pakahila, dan doa bersama.
Direktur Utama RSUD Gunung Jati Heru Purwanto, membenarkan aksi solidaritas para dokter yang berpraktik di rumah sakit tersebut. Namun dia menjamin aksi itu tidak mengganggu pelayanan, apalagi sampai menelantarkan pasien.
“Tidak akan menelantarkan pasien, lihat saja mereka bertugas seperti biasa kok. Ini hanya keprihatinan saat melakukan tugas, dokter justru berurusan dengan pengadilan hingga vonis dijatuhkan,” cetusnya.
Heru sendiri mengaku mendukung aksi solidaritas tersebut, bahkan dirinya termasuk yang mengenakan pita hitam pada lengan kirinya sebagai simbol keprihatinan. Hal itu didasarkan semangat menolak kriminalisasi hukum terhadap dokter.
Dia membantah aksi yang mereka lakukan merupakan demonstrasi. Menurut dia, aksi keprihatinan yang ditandai mogok praktik itu merupakan cuti bersama. “Cuti bersama boleh kan,” terangnya.
Aksi hari itu disebutnya sebagai hari berkabung karena vonis hukuman kepada ketiga dokter yang dituding melakukan malapraktik, padahal telah melakukan tugas sesuai prosedur.
Lebih jauh, dia meyakinkan, RSUD Gunung Jati sendiri tetap mengutamakan pelayanan kepada pasiennya karena semua dokter masuk kerja dan pelayanan lainnya berjalan biasa.
Baca juga: "Maaf, kami tidak buka praktik sehari"
(san)