Mahasiswa UMI bentrok, 1 ditikam
A
A
A
Sindonews.com - Aksi bentrokan mahasiswa pecah di Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Jalan Urip Sumohardjo, Kec Panakkukan.
Ratusan mahasiswa dari dua kelompok ini terlibat saling serang di sekitar Pintu II Kampus Hijau tersebut. Mereka bersenjatakan tombak, anak panah, samurai, serta senjata api rakitan jenis papporo.
Sebanyak lima sepeda motor yang berada di depan kampus dirusak oleh mahasiswa. Satu dia ntaranya dibakar, tepat di depan eks SPBU Panaikang.
Insiden tersebut merupakan imbas penikaman terhadap Tri Saputra alias Radit (19) mahasiswa Fakultas Hukum, yang juga anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UMI.
Korban terkena tikaman pada pagian punggung bawah menggunakan senjata tajam jenis badik. Penikaman ini terjadi sekitar pukul 14.00 Wita.
Pasca insiden ini, ratusan mahasiswa dari Fak Hukum dan Mapala melakukan penyisiran di sejumlah fakultas untuk mencari penikam rekannya.
Namun sekitar pukul 16.30 Wita, tiba-tiba dari arah pintu II, muncul sekelompok mahasiswa yang menggunakan penutup wajah menyerang ke sekretariat Mapala UMI.
Tak pelak, aksi mereka dibalas oleh kelompok mahasiswa lainnya menggunakan berbagai jenis senjata tajam dan papporo.
Aksi saling serang tersebut bahkan berlanjut hingga di depan kampus, yang mengakibatkan Jalan Urip Sumohardjo sempat tertutup sekitar 30 menit.
Bahkan, beberapa wartawan yang mencoba mengambil gambar bentrokan tersebut, nyaris menjadi bulan-bulanan oknum mahasiswa.
Sepanjang aksi tersebut, tak satu pun aparat kepolisian berseragam lengkap mencoba melerai atau memisahkan kedua kubu yang bertikai.
Dari pantauan KORAN SINDO, Wakil Rektor III UMI Abd Gani yang turun langsung, bahkan beberapa kali berteriak-teriak meminta aparat kepolisian turun tangan memisahkan kedua kelompok mahasiswanya itu.
"Mana polisi? Mana polisi?. Tolong pak, pisahkan cepat," teriak Abd Gani mencari petugas polisi.
Aksi ini mereda sendirinya, setelah kelompok penyerang memilih mundur hingga ke depan Rumah Sakit (RS) Ibnu Sina.
Saat dikonfirmasi, Abd Gani menyebutkan, bentrokan ini dimulai dari masalah sepele. Beberapa hari sebelumnya, kelompok mahasiswa dibubarkan karena sedang berpesta minuman keras.
Entah kenapa, pada siang kemarin, seorang anggota Mapala diserang di dalam kampus yang menyebabkan satu orang mahasiswa ditikam.
"Kami sudah temui beberapa senior mereka untuk meredam ini. Kita juga minta polisi mengusut pelaku penikaman mahasiswa," akunya kepada wartawan.
Hingga kemarin, korban Tri Saputra masih menjalani pemeriksaan intensif di RS Wahidin Sudirohusodo. Sebelumnya, mahasiswa Fak Hukum ini dirawat di RS Ibnu Sina.
Pihak rektorat memilih meliburkan seluruh aktivitas mahasiswa UMI hingga waktu tak ditentukan, untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan susulan.
Sementara itu, Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polrestabes Makassar AKBP M Ridwan yang ditemui membantah pihaknya melakukan pembiaran dalam bentrokan di UMI.
Menurut dia, sejak awal, puluhan personel ditempatkan di dalam kampus. Namun karena kondisi aman, personil Sabhara memilih melakukan penjagaan di sekitar Pintu I UMI dan RS Ibnu Sina.
"Saat itulah tiba-tiba ada saling serang di dalam kampus, saat petugas berada di depan. Tidak benar kalau tidak ada polisi di UMI," pungkasnya.
Hingga tadi malam, seratusan personel Polrestabes diback-up Polda Sulselbar masih disiagakan di sekitar Kampus UMI, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
Ratusan mahasiswa dari dua kelompok ini terlibat saling serang di sekitar Pintu II Kampus Hijau tersebut. Mereka bersenjatakan tombak, anak panah, samurai, serta senjata api rakitan jenis papporo.
Sebanyak lima sepeda motor yang berada di depan kampus dirusak oleh mahasiswa. Satu dia ntaranya dibakar, tepat di depan eks SPBU Panaikang.
Insiden tersebut merupakan imbas penikaman terhadap Tri Saputra alias Radit (19) mahasiswa Fakultas Hukum, yang juga anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UMI.
Korban terkena tikaman pada pagian punggung bawah menggunakan senjata tajam jenis badik. Penikaman ini terjadi sekitar pukul 14.00 Wita.
Pasca insiden ini, ratusan mahasiswa dari Fak Hukum dan Mapala melakukan penyisiran di sejumlah fakultas untuk mencari penikam rekannya.
Namun sekitar pukul 16.30 Wita, tiba-tiba dari arah pintu II, muncul sekelompok mahasiswa yang menggunakan penutup wajah menyerang ke sekretariat Mapala UMI.
Tak pelak, aksi mereka dibalas oleh kelompok mahasiswa lainnya menggunakan berbagai jenis senjata tajam dan papporo.
Aksi saling serang tersebut bahkan berlanjut hingga di depan kampus, yang mengakibatkan Jalan Urip Sumohardjo sempat tertutup sekitar 30 menit.
Bahkan, beberapa wartawan yang mencoba mengambil gambar bentrokan tersebut, nyaris menjadi bulan-bulanan oknum mahasiswa.
Sepanjang aksi tersebut, tak satu pun aparat kepolisian berseragam lengkap mencoba melerai atau memisahkan kedua kubu yang bertikai.
Dari pantauan KORAN SINDO, Wakil Rektor III UMI Abd Gani yang turun langsung, bahkan beberapa kali berteriak-teriak meminta aparat kepolisian turun tangan memisahkan kedua kelompok mahasiswanya itu.
"Mana polisi? Mana polisi?. Tolong pak, pisahkan cepat," teriak Abd Gani mencari petugas polisi.
Aksi ini mereda sendirinya, setelah kelompok penyerang memilih mundur hingga ke depan Rumah Sakit (RS) Ibnu Sina.
Saat dikonfirmasi, Abd Gani menyebutkan, bentrokan ini dimulai dari masalah sepele. Beberapa hari sebelumnya, kelompok mahasiswa dibubarkan karena sedang berpesta minuman keras.
Entah kenapa, pada siang kemarin, seorang anggota Mapala diserang di dalam kampus yang menyebabkan satu orang mahasiswa ditikam.
"Kami sudah temui beberapa senior mereka untuk meredam ini. Kita juga minta polisi mengusut pelaku penikaman mahasiswa," akunya kepada wartawan.
Hingga kemarin, korban Tri Saputra masih menjalani pemeriksaan intensif di RS Wahidin Sudirohusodo. Sebelumnya, mahasiswa Fak Hukum ini dirawat di RS Ibnu Sina.
Pihak rektorat memilih meliburkan seluruh aktivitas mahasiswa UMI hingga waktu tak ditentukan, untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan susulan.
Sementara itu, Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polrestabes Makassar AKBP M Ridwan yang ditemui membantah pihaknya melakukan pembiaran dalam bentrokan di UMI.
Menurut dia, sejak awal, puluhan personel ditempatkan di dalam kampus. Namun karena kondisi aman, personil Sabhara memilih melakukan penjagaan di sekitar Pintu I UMI dan RS Ibnu Sina.
"Saat itulah tiba-tiba ada saling serang di dalam kampus, saat petugas berada di depan. Tidak benar kalau tidak ada polisi di UMI," pungkasnya.
Hingga tadi malam, seratusan personel Polrestabes diback-up Polda Sulselbar masih disiagakan di sekitar Kampus UMI, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
(lns)