Pelajar Indonesia menang lomba biologi di Brazil
A
A
A
Sindonews.com - Prestasi membanggakan berhasil ditorehkan oleh Aprillyani Sofa Marwaning Tyaz, salah seorang siswi SMA PGRI 2 Kayen Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Siswi yang masih duduk di bangku kelas XII IPA ini, berhasil menyabet juara I dunia dalam bidang biologi molukuler yang digelar di negara Brazil pada 20-25 Oktober 2013.
Hasil penelitian Aprillyani tentang kulit (klotokan) kapuk randu yang diubah menjadi Biofungisida (pembunuh jamur pada tanaman) berhasil mengalahkan 500 peserta dari 40 negara besar di dunia, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan lain sebagainya.
Tak tanggung-tanggung, hasil penelitian Aprillyani itu, berhasil menyabet dua medali sekaligus, yakni Best Project dan Juara I dari 13 kategori Biologia Celular e Molucular Micro Biologia.
”Rasanya bangga sekali. Ini berkat dukungan berbagai pihak, terlebih SMA PGRI 2 Kayen,” kata Aprillyani, kepada wartawan, Senin (4/11/2013).
Penelitian Aprillyani berawal dari keprihatinannya saat melihat sejumlah tanaman, seperti cabai milik petani di daerahnya yang produktifitasnya menurun, karena diserang jamur berupa serbuk-serbuk putih.
Dia pun akhirnya mencari berbagai informasi terkait persoalan itu. Salah satu informasi yang diterimanya adalah, klotokan kapuk randu ternyata bisa digunakan untuk menangkal jamur pada tanaman.
Aprillyani pun melakukan serangkaian percobaan. Klotokan kapuk randu itu dibakar, lalu diambil abunya. Setelah itu, abu tersebut diambil ekstraknya. Lantas, ekstrak tersebut dicampur dengan sejumlah bahan lain, salah satunya sabun colek.
Setelah berbagai bahan tersebut siap, dia pun lantas melakukan percobaan untuk menguji efektifitas formula yang dibuatnya.
“Pertama saya uji coba ke irisan tempe. Biasanya tempe kalau dibiarkan akan dipenuhi oleh jamur. Dan ternyata setelah saya beri formula itu, ternyata jamur tersebut tidak muncul,” terangnya.
Karena belum yakin, Aprillyani pun lantas mengujicobakan penelitiannya ke sejumlah tanaman seperti cabai. Dan ternyata jamur yang menyerang cabai juga tidak muncul setelah diberi formula tersebut.
“Padahal pada saat yang sama, tanaman yang tidak diberi formula itu muncul banyak jamur,” jelasnya.
Dengan prestasi yang diraihnya ini, Aprillyani berharap generasi muda Indonesia tidak perlu pesimis dengan pemuda atau pemudi dari negara lain. Sebab ternyata, generasi muda Indonesia juga mampu berjaya di bidang ilmu pengetahuan.
“Semoga ini bisa jadi semangat bagi rekan saya lainnya,” harapnya.
Dalam lomba tersebut, ada tiga sekolah dari Indonesia yang juga ikut berkompetisi di Brazil. Yakni SMA PGRI I2 Kayen, Pati, SMA Karisma Bangsa Banten, dan SMAN Sumatera Selatan Sampurna Akademi. Dari ketiga sekolah ini, SMA PGRI 2 Kayen medapat predikat terbaik dari tiga tim asal Indonesia tersebut.
“Ini sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi Kabupaten Pati. Ternyata, meski berada di kawasan pinggiran, kita memiliki aset di bidang pendidikan yang mampu bersaing di kancah dunia,” papar Kepala SMA PGRI 2 Kayen Surata.
Surata berharap, hasil penelitian Aprillyani bisa dibuat secara massal. Sebab hasil penelitian tersebut sangat bermanfaat untuk menggenjot produktifitas berbagai tanaman sayuran. Tentu saja, langkah ini bisa dilakukan jika ada pihak yang mau mensponsori hasil penelitian tersebut menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Semoga SMA PGRI 2 Kayen bisa menjadi objek percontohan sekolah lain yang ada di Pati, maupun daerah lainnya,” tandasnya.
Siswi yang masih duduk di bangku kelas XII IPA ini, berhasil menyabet juara I dunia dalam bidang biologi molukuler yang digelar di negara Brazil pada 20-25 Oktober 2013.
Hasil penelitian Aprillyani tentang kulit (klotokan) kapuk randu yang diubah menjadi Biofungisida (pembunuh jamur pada tanaman) berhasil mengalahkan 500 peserta dari 40 negara besar di dunia, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan lain sebagainya.
Tak tanggung-tanggung, hasil penelitian Aprillyani itu, berhasil menyabet dua medali sekaligus, yakni Best Project dan Juara I dari 13 kategori Biologia Celular e Molucular Micro Biologia.
”Rasanya bangga sekali. Ini berkat dukungan berbagai pihak, terlebih SMA PGRI 2 Kayen,” kata Aprillyani, kepada wartawan, Senin (4/11/2013).
Penelitian Aprillyani berawal dari keprihatinannya saat melihat sejumlah tanaman, seperti cabai milik petani di daerahnya yang produktifitasnya menurun, karena diserang jamur berupa serbuk-serbuk putih.
Dia pun akhirnya mencari berbagai informasi terkait persoalan itu. Salah satu informasi yang diterimanya adalah, klotokan kapuk randu ternyata bisa digunakan untuk menangkal jamur pada tanaman.
Aprillyani pun melakukan serangkaian percobaan. Klotokan kapuk randu itu dibakar, lalu diambil abunya. Setelah itu, abu tersebut diambil ekstraknya. Lantas, ekstrak tersebut dicampur dengan sejumlah bahan lain, salah satunya sabun colek.
Setelah berbagai bahan tersebut siap, dia pun lantas melakukan percobaan untuk menguji efektifitas formula yang dibuatnya.
“Pertama saya uji coba ke irisan tempe. Biasanya tempe kalau dibiarkan akan dipenuhi oleh jamur. Dan ternyata setelah saya beri formula itu, ternyata jamur tersebut tidak muncul,” terangnya.
Karena belum yakin, Aprillyani pun lantas mengujicobakan penelitiannya ke sejumlah tanaman seperti cabai. Dan ternyata jamur yang menyerang cabai juga tidak muncul setelah diberi formula tersebut.
“Padahal pada saat yang sama, tanaman yang tidak diberi formula itu muncul banyak jamur,” jelasnya.
Dengan prestasi yang diraihnya ini, Aprillyani berharap generasi muda Indonesia tidak perlu pesimis dengan pemuda atau pemudi dari negara lain. Sebab ternyata, generasi muda Indonesia juga mampu berjaya di bidang ilmu pengetahuan.
“Semoga ini bisa jadi semangat bagi rekan saya lainnya,” harapnya.
Dalam lomba tersebut, ada tiga sekolah dari Indonesia yang juga ikut berkompetisi di Brazil. Yakni SMA PGRI I2 Kayen, Pati, SMA Karisma Bangsa Banten, dan SMAN Sumatera Selatan Sampurna Akademi. Dari ketiga sekolah ini, SMA PGRI 2 Kayen medapat predikat terbaik dari tiga tim asal Indonesia tersebut.
“Ini sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi Kabupaten Pati. Ternyata, meski berada di kawasan pinggiran, kita memiliki aset di bidang pendidikan yang mampu bersaing di kancah dunia,” papar Kepala SMA PGRI 2 Kayen Surata.
Surata berharap, hasil penelitian Aprillyani bisa dibuat secara massal. Sebab hasil penelitian tersebut sangat bermanfaat untuk menggenjot produktifitas berbagai tanaman sayuran. Tentu saja, langkah ini bisa dilakukan jika ada pihak yang mau mensponsori hasil penelitian tersebut menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Semoga SMA PGRI 2 Kayen bisa menjadi objek percontohan sekolah lain yang ada di Pati, maupun daerah lainnya,” tandasnya.
(san)