Pemkot beri uang saku ke pelajar Depok

Pemkot beri uang saku ke pelajar Depok
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah pelajar lulusan SMA di Depok memilih melanjutkan studi dengan terbang ke luar negeri. Kali ini negara yang dipilih yakni negara Jerman.
Mereka yakni Ayu Nurdininsi lulusan SMAN 2 Depok, Alifta Rizki P lulusan SMAN 2 Depok, Dyah Ayu K lulusan SMAN 2 Depok, Sherly Amelia Kana lulusan PSKD Depok, Annisa Nur Madjina lulusan SMAN 3 Depok, dan Stephany Monica lulusan PSKD Depok. Cita-cita mereka rata-rata yakni ingin menjadi pengusaha atau pebisnis handal.
"Kami pilih Jerman karena di sana juga biaya kuliah dari pemerintahnya nol persen, gratis, tetapi hanya biaya hidup Rp5 sampai Rp7 juta, dan kami akan kerja part time," kata salah satu siswa, Rizki di Depok, Kamis (31/10/2013).
Menurutnya, untuk kuliah di Jerman harus 13 tahun pendidikan dasar. Karena itu, mereka harus mengikuti pendidikan penyetaraan terlebih dahulu.
"Kalau di Jerman harus melewati kuliah penyetaraan. Satu tahun belajar Bahasa Jerman dan budaya, lalu kuliah enam semester paling cepat. Masing-masing dari kami inginnya pilih jurusan teknik industri dan arsitek, di Jerman lebih murah, pas untuk pelajar. Bisa pilih kampus di KIT atau Studgart atau RWTH university tempat kuliah Pak Habibie," katanya.
Mendengar hal itu, Dinas Pendidikan Kota Depok menyambut baik dengan memberikan dukungan moril kepada mereka.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Hery Pansila meminta seluruh generasi muda yang menempuh studi di negeri orang harus tetap cinta produk Indonesia dan menjaga nama baik bangsa.
"Harus jadi orang yang tangguh. Pantang menyerah, cerdas atau pintar saja tak cukup untuk hidup di luar negeri. Penjualan narkoba hati-hati menghadapi itu, karena bebas," jelas Hery.
Hery menambahkan, selain memberikan motivasi pihaknya juga memberikan uang saku kepada mereka. Pihaknya juga akan memfasilitasi kemudahan akomodasi bagi calon mahasiswa di Jerman jika kesulitan memilih tempat tinggal.
"Ini sekadar bentuk dukungan dengan uang saku, jika kesulitan kita akan coba buka jaringan ke sana. Kami sendiri ada jaringan ke Belanda, Jerman masih sama. Hamburg juga ada, kesulitan pertama itu di sana pasti bahasa," paparnya.
Mereka yakni Ayu Nurdininsi lulusan SMAN 2 Depok, Alifta Rizki P lulusan SMAN 2 Depok, Dyah Ayu K lulusan SMAN 2 Depok, Sherly Amelia Kana lulusan PSKD Depok, Annisa Nur Madjina lulusan SMAN 3 Depok, dan Stephany Monica lulusan PSKD Depok. Cita-cita mereka rata-rata yakni ingin menjadi pengusaha atau pebisnis handal.
"Kami pilih Jerman karena di sana juga biaya kuliah dari pemerintahnya nol persen, gratis, tetapi hanya biaya hidup Rp5 sampai Rp7 juta, dan kami akan kerja part time," kata salah satu siswa, Rizki di Depok, Kamis (31/10/2013).
Menurutnya, untuk kuliah di Jerman harus 13 tahun pendidikan dasar. Karena itu, mereka harus mengikuti pendidikan penyetaraan terlebih dahulu.
"Kalau di Jerman harus melewati kuliah penyetaraan. Satu tahun belajar Bahasa Jerman dan budaya, lalu kuliah enam semester paling cepat. Masing-masing dari kami inginnya pilih jurusan teknik industri dan arsitek, di Jerman lebih murah, pas untuk pelajar. Bisa pilih kampus di KIT atau Studgart atau RWTH university tempat kuliah Pak Habibie," katanya.
Mendengar hal itu, Dinas Pendidikan Kota Depok menyambut baik dengan memberikan dukungan moril kepada mereka.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Hery Pansila meminta seluruh generasi muda yang menempuh studi di negeri orang harus tetap cinta produk Indonesia dan menjaga nama baik bangsa.
"Harus jadi orang yang tangguh. Pantang menyerah, cerdas atau pintar saja tak cukup untuk hidup di luar negeri. Penjualan narkoba hati-hati menghadapi itu, karena bebas," jelas Hery.
Hery menambahkan, selain memberikan motivasi pihaknya juga memberikan uang saku kepada mereka. Pihaknya juga akan memfasilitasi kemudahan akomodasi bagi calon mahasiswa di Jerman jika kesulitan memilih tempat tinggal.
"Ini sekadar bentuk dukungan dengan uang saku, jika kesulitan kita akan coba buka jaringan ke sana. Kami sendiri ada jaringan ke Belanda, Jerman masih sama. Hamburg juga ada, kesulitan pertama itu di sana pasti bahasa," paparnya.
(mhd)