Pesan Romo Maryo sehari sebelum mangkat
A
A
A
Sindonews.com - Rektor Seminari Menengah St Petrus Kanisius Mertoyudan Ignatius Sumarya SJ dikatahui telah menulis sebuah renungan, sehari sebelum dia meninggal. Renungan tersebut, dikirim ke yahoomail Seminari setempat, dan ke-20 subyek lainnya.
Inilah kutipan renungan yang ditulis Romo Maryo:
Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada Hari Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
T Sukarman, Staff Tata Usaha Seminari Menengah Mertoyudan mengatakan, renungan tersebut dikirim satu hari sebelum peristiwa kematiannya, yakni Sabtu 26 Oktober 2013, sekira pukul 12.54 WIB.
“Entah apakah itu menjadi firasat Romo Maryo atau tidak, saya kurang tahu. Namun, begitu mencermati tulisannya, beliau seolah tahu tentang kematiannya. Ini yang menjadi pertanyaan bagi saya,” ujarnya, kepada wartawan, Selasa (29/10/2013).
Romo Maryo, selama ini memang dikenal sebagai penulis renungan harian yang diedarkan kepada umat. Cuplikan tersebut, kemudian dituliskan Sukarman, di teks misa requiem yang diselenggarakan di kapel Seminari Menengah Mertoyudan kemarin.
Sukarman menyampaikan, Romo Maryo merupakan pribadi yang sederhana, sejak menjadi rektor di Seminari tanggal 15 April 2011 lalu. "Beliau juga menjalankan tugas sebagai rektor dengan tidak terlalu kaku. Bisa mengenal antar person di lingkup Seminari Mertoyudan,” ungkapnya.
Sementara Yohanes Setyawan, Sekretaris Romo Maryo mengaku, masih mengenang pertemuan terakhir saat Romo Maryo berpamitan dengannya dan staff lainnya. Saat itu, menurutnya Romo Maryo hanya pamitan akan pulang kampung di Klaten.
“Padahal, saat saya mendengar pamitnya Romo (Maryo), dia hanya bilang akan pulang ke kampung halamannya di Klaten. Ternyata, dia ke Jakarta. Memang ada yang dipamiti ke Jakarta,” katanya.
Disampaikannya, Romo Ignatius Sumarya lahir di Klaten 9 November 1952. Lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara tahun 1978 ini, pernah bertugas sebagai ekonom Keuskupan Agung Semarang (KAS) pada tahun 1986-1996.
Dia juga lama menjabat sebagai Direktur Perkumpulan Strada dan Pater Unit Kampung Ambon (1984-1996), dan menjadi Rektor Kanisius Jakarta (2002-2011), dan Ia juga bertugas di KWI Jakarta.
Inilah kutipan renungan yang ditulis Romo Maryo:
Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada Hari Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
T Sukarman, Staff Tata Usaha Seminari Menengah Mertoyudan mengatakan, renungan tersebut dikirim satu hari sebelum peristiwa kematiannya, yakni Sabtu 26 Oktober 2013, sekira pukul 12.54 WIB.
“Entah apakah itu menjadi firasat Romo Maryo atau tidak, saya kurang tahu. Namun, begitu mencermati tulisannya, beliau seolah tahu tentang kematiannya. Ini yang menjadi pertanyaan bagi saya,” ujarnya, kepada wartawan, Selasa (29/10/2013).
Romo Maryo, selama ini memang dikenal sebagai penulis renungan harian yang diedarkan kepada umat. Cuplikan tersebut, kemudian dituliskan Sukarman, di teks misa requiem yang diselenggarakan di kapel Seminari Menengah Mertoyudan kemarin.
Sukarman menyampaikan, Romo Maryo merupakan pribadi yang sederhana, sejak menjadi rektor di Seminari tanggal 15 April 2011 lalu. "Beliau juga menjalankan tugas sebagai rektor dengan tidak terlalu kaku. Bisa mengenal antar person di lingkup Seminari Mertoyudan,” ungkapnya.
Sementara Yohanes Setyawan, Sekretaris Romo Maryo mengaku, masih mengenang pertemuan terakhir saat Romo Maryo berpamitan dengannya dan staff lainnya. Saat itu, menurutnya Romo Maryo hanya pamitan akan pulang kampung di Klaten.
“Padahal, saat saya mendengar pamitnya Romo (Maryo), dia hanya bilang akan pulang ke kampung halamannya di Klaten. Ternyata, dia ke Jakarta. Memang ada yang dipamiti ke Jakarta,” katanya.
Disampaikannya, Romo Ignatius Sumarya lahir di Klaten 9 November 1952. Lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara tahun 1978 ini, pernah bertugas sebagai ekonom Keuskupan Agung Semarang (KAS) pada tahun 1986-1996.
Dia juga lama menjabat sebagai Direktur Perkumpulan Strada dan Pater Unit Kampung Ambon (1984-1996), dan menjadi Rektor Kanisius Jakarta (2002-2011), dan Ia juga bertugas di KWI Jakarta.
(san)