Tawuran mahasiswa, hapus budaya intelektual jadi rimba

Sabtu, 26 Oktober 2013 - 07:44 WIB
Tawuran mahasiswa, hapus budaya intelektual jadi rimba
Tawuran mahasiswa, hapus budaya intelektual jadi rimba
A A A
Sindonews.com - Kekerasan dalam dunia pendidikan terasa sangat memprihatinkan. Tidak hanya di kalangan pelajar, tawuran tetapi juga terjadi ditingkat mahasiswa. Ketika budaya kaum Bar-bar itu menyelimuti kaum terpelajar, yang ada tinggalah budaya rimba.

Fenomena ini sering ditemui di Kota Makassar. Seperti di Universitas Hasanuddin Makassar misalnya. Hanya karena saling ejek, kelompok elit pelajar yang biasa menyebut dirinya intelektual ini kehilangan akal sehat, dan terlibat tawuran.

Kampus Hasanuddin Makassar merupakan salah satu "laboraturium" yang banyak mencetak intelektual dan memiliki prestasi di tingkat nasional, dan internasional. Namun budaya kekerasan pada mahasiswa di kampus ini juga cukup parah.

Di luar prestasinya yang gemilang, kampus ini juga menyimpan sisi kelam. Para mahasiswanya banyak yang memiliki mental orang hutan dan suka terlibat tawuran. Pemicunya, kebanyakan hal sepele dan tidak prinsipil.

Berdasarkan catatan wartawan, mahasiswa kampus Universitas Hasanuddin Makassar, pada periode 2012-2013, ada empat kali tawuran berskala besar di kampus ini. Beruntung, peristiwa itu tidak memakan korban jiwa.

Namun, pihak kampus harus menanggung kerugian yang cukup besar akibat rusaknya sejumlah fasilitas. Selain Universitas Hasanuddin Makassar, kampus lain yang mahasiswanya hobi tawuran adalah Universitas Negeri Makassar.

Tercatat, beberapa kali tawuran sepanjang tahun 2012-2013 melibatkan mahasiswa kampus plat merah ini. Lebih buruk, tawuran mahasiswa di kampus ini menyebabkan tiga orang korban jiwa.

Bagi sebagian mahasiswa yang berpikir, tawuran mahasiswa sangat tidak lazim terjadi. Kelompok ini menduga, tawuran di kalangan mahasiswa sengaja diciptakan oleh oknum-oknum mahasiswa yang telah disusupi kepentingan politik.

Setelah budaya rimba itu terbentuk, kelompok yang diduga memiliki kepentingan politis ini berharap kelompok mahasiswa terpecah belah, dan budaya kritis mahasiswa pun hilang. Sasaran utama kepentingan ini adalah, menghapus budaya pergerakan mahasiswa.

Secara umum, saat ini pemilik kepentingan itu telah berhasil melahirkan budaya baru di kampus-kampus, dari budaya ilmiah, menjadi budaya rimba. Akibatnya, isu-isu kebangsaan, dan kontrol mahasiswa terhadap pemerintah pun hilang.

Lebih buruk, kepercayaan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa pun menurun drastis. Dalam praktiknya, kelompok yang memiliki kepentingan ini juga banyak menggunakan konflik internal organisasi mahasiswa, dan etnis sebagai pemicu bentrokan.

Selain kedua kampus tersebut, beberapa kampus di Makassar yang mahasiswanya bermental orang hutan adalah Universitas Veteran Indonesia, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Islam Makassar, dan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Padahal, secara historis kampus-kampus ini pernah memiliki peranan penting dalam era Reformasi 1998. Namun kini, seiring dengan lahirnya budaya rimba mahasiswa, peranan itu hilang.

Diharapkan, mahasiswa Indonesia tidak mudah terprovokasi, dan dapat menghidupkan kembali budaya intelektual yang mulai hilang menyusul redupnya semangat Reformasi 1998.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8690 seconds (0.1#10.140)