Beras untuk korban bencana berkutu

Rabu, 16 Oktober 2013 - 18:36 WIB
Beras untuk korban bencana berkutu
Beras untuk korban bencana berkutu
A A A
Sindonews.com - Stok beras untuk bencana yang disimpan di gudang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus diketahui sudah mulai berkutu dan warnanya tidak lagi putih.

Kondisi gudang penyimpanan yang tidak memadai diperkirakan menjadi penyebab berubahnya kualitas beras yang di-stok untuk korban bencana di wilayah Kota Kretek tersebut.

Total jumlah stok beras bencana yang berubah kualitas tersebut sebanyak 2,250 ton. Rinciannya, beras dari pengadaan APBD Kudus 2012 sebanyak 250 kilogram. Dan beras bantuan dari Pemprov Jawa Tengah pada tahun 2012 sekitar 2 ton.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Kudus, Rudhy Maryanto mengatakan berubahnya kualitas stok beras bencana tersebut karena terlalu lama disimpan di gudang.

Sebab beras tersebut mulai masuk ke gudang BPBD Kudus pada April dan September tahun 2012.

Semula, beras hasil pengadaan dari APBD Kudus 2012 sebanyak 5,5 ton. Seiring terjadinya bencana banjir di Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus beberapa waktu lalu, beras tersebut akhirnya didistribusikan kepada para korban banjir.

Jumlah beras yang didistribusikan sebanyak 5,250 ton, atau masih sisa 250 kilogram. Untuk kepentingan yang sama, Pemprov Jawa Tengah juga mengedrop beras bantuan sebanyak 2 ton. Namun karena bencana banjir telah usai dan para korban juga sudah kembali ke rumahnya masing-masing beras tersebut belum keluar gudang.

“Jadi beras yang ada di gudang ini sisa pengadaan tahun lalu. Kualitasnya sudah berubah karena hampir sudah lebih dari satu tahun di simpan di gudang,” kata Rudhy di Kudus, Rabu (16/10/2013).

Rudhy menduga berubahnya kualitas beras tersebut juga dipercepat dengan kondisi gudang yang kurang memadai. Luas gudang BPBD Kudus hanya sekitar 6 x 7 meter. Selain beras, gudang tersebut juga merupakan lokasi penyimpanan berbagai barang lain yang juga untuk kepentingan stok bencana seperti mie kemasan, air minum kemasan, baju dan tas sumbangan warga dan lain sebagainya. Praktis, karena ruangan terbatas maka beras berikut karungnya ditaruh berhimpit-himpitan dengan berbagai barang lainnya.

“Lagi pula sirkulasi udara maupun kelembaban di gudang ini juga tidak seperti milik Bulog, makanya kualitas beras berubah. Mulai ada kutu dan warnanya juga tidak seputih saat pertama kali masuk gudang,” jelasnya.

Meski kualitas sudah berubah, namun Rudhy berani mengklaim jika beras tersebut masih bisa dikonsumsi. Meski tentu saja, kualitasnya sudah jauh menurun dibanding beras pada umumnya.

Terkait persoalan ini, menurut Rudhy ada dua langkah yang akan dilakukan jajarannya. Yakni beras tersebut akan didistribusikan untuk memback up berbagai kegiatan masyarakat yang ada kaitannya dengan penanggulangan bencana.

Ia mencontohkan beras tersebut bisa digunakan sebagai konsumsi warga yang bekerja bhakti membersihkan lingkungannya.

“Kalau langkah itu tidak bisa dilakukan maka kita akan minta agar beras yang masih ada di gudang dihapuskan. Jadi nanti gudang tidak ada beras sisa lagi,” ucapnya.

Langkah ini penting, sebab diperkirakan dalam beberapa pekan lagi wilayah Kudus dan sekitarnya diprediksi mulai memasuki musim penghujan. Dan biasanya saat musim penghujan ada sejumlah wilayah di Kota Kretek yang menjadi langganan banjir tiap tahunnya.

“Jadi nanti beras yang ada di gudang kualitasnya masih bagus. Tahun 2013 ini, ada jatah pengadaan 7,5 ton beras untuk stok bencana tapi belum dicairkan,” tandasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6786 seconds (0.1#10.140)