Jantung koroner mulai serang wanita produktif

Kamis, 10 Oktober 2013 - 15:02 WIB
Jantung koroner mulai...
Jantung koroner mulai serang wanita produktif
A A A
Sindonews.com - Meski penyakit jantung koroner lebih banyak diidap oleh laki-laki dibandingkan perempuan, kenyataannya saat ini penderita jantung koroner wanita meningkat 5 persen pertahun.

Bahkan, penyakit berbahaya yang biasanya diderita wanita jelang atau memasuki masa menopause ini justru banyak dialami oleh wanita usia produktif.

"Rata-rata usia penderita jantung koroner kaum laki-laki saat 40-an dan wanita biasanya pada usia 50-an. Hal inilah sebab jumlah pasien laki-laki lebih banyak dari perempuan. Namun kenyataannya saat ini, seiring dengan perubahan gaya hidup, pasien jantung koroner wanita justru meningkat mencapai sepertiga dari total kasus jantung koroner," ujar Dokter Ahli Kardiologi RSUP Dr Sardjito, dr Hariadi SPPD SPJP(K), Kamis (10/10/2013).

Menurut Hariadi, awalnya wanita yang masih mengalami menstruasi dapat dikatakan tertolong dengan adanya produksi hormon estrogen, sehingga lebih terlindungi. Namun, makin kemari terjadi pergeseran karena gaya hidup wanita yang juga tidak sehat, bahkan oleh wanita pada usia produktif.

Untuk pemicu penyakit jantung koroner antara perempuan dan laki-laki sama yakni penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, merokok dan keturunan.

"Pada akhirnya, jantung koroner juga menyerang wanita usia produktif. Sayangnya, meski kasusnya cukup tinggi, belum banyak masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang jantung koroner. Padahal kematian yang tiba-tiba atau angin duduk disebabkan oleh serangan jantung koroner. Karenanya sosialisasi tentang penyakit ini perlu lebih digalakkan," tegasnya.

Sementara itu, Dokter Ahli Jantung RSUP Dr Sardjito lainnya, Dr Erika Maharani SpJP(K), mengungkapkan faktor penyerta seperti merokok dan gaya hidup tidak sehat seringkali memperburuk terjadinya penyakit jantung koroner. Karenanya deteksi dini bisa menjadi salah upaya mengantisipasi penyakit tersebut, termasuk mengevaluasi faktor resiko kolesterol dan gula darah.

"Sekali melakukan check up untuk risiko jantung koroner tidaklah cukup meskipun hasilnya normal. Pengujian selanjutnya perlu dilakukan uji latih jantung dengan trademail yang akurasinya bisa mencapai 80 persen," jelasnya.

Dikatakan Erika, sampai saat ini penyakit diabetes dan faktor keturunan cukup memegang peranan dalam memicu munculnya jantung koroner. Bahkan, Diabetes Melitus dikatakan sama dengan jantung koroner karena kebanyakan penderita Diabetes Melitus pasti mengidap jantung koroner.

"Secara keseluruhan, tren penderita penyakit jantung koroner saat ini memang mengalami perubahan yakni menyerang pada usia relatif muda. Tren ini dirasakan dalam 10 tahun terakhir. Penyebab perubahan tren usia penderita jantung koroner sendiri dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat dan juga tingkat stres masyarakat cukup tinggi," imbuhnya.

Menurut Erika, penderita serangan jantung di RSUP Dr Sardjito antara 500-540 tiap tahunnya. Dan dari keseluruhan penderita serangan jantung, yang terlambat mendapat penanganan yakni ditangani di atas 24 jam setelah serangan sebanyak 82 persen. Sehingga perlu edukasi pemeriksaan dini jika terjadi nyeri dada dalam jangka waktu cukup lama dan kontinyu.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0792 seconds (0.1#10.140)