Art Summit Indonesia VII dihelat
A
A
A
Sindonews.com - Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menjadi tempat digelarnya ajang Art Summit Indonesia VII. Gelaran yang dilaksanakan bersama empat kota lainnya itu berujuan memberi ruang bagi seni pertunjukkan di tanah air.
Pembukaan perhelatan yang mengambil tema : "Contemporary Art and the Making of list Market" dilakukan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu, Selasa 8 Oktober 2013 malam.
Acara pembukaan dikaitkan momentum dengan penyelenggara APEC di Bali yang dihadiri para kepala negara kawasan Asia Pasifik.
Saat membuka acara, Marie mengatakan, kegiatan seperti itu akan meningkatkan apresiasi dan kreativitas seni kontemporer.
"Ini memberikan kesempatan kepada seniman dan pendidik untuk menunjukkan kreativitas seni kontemporer," tuturnya.
Lewat ajang ini dapat dilihat karya seniman dan pendidik atau dosen untuk menunjukkan kreativitas mereka.
Dengan melihat karya seniman pertunjukkan dunia kata Marie, maka ada proses pembelajaran yang bisa dikembangkan menjadi suatu pertunjukkan yang lebih memiliki nilai artistik.
Dalam kegiatan itu ditampilkan, lima karya tari dan musik kontemporer. Tiga karya seni seniman ISI Denpasar yakni "Tangkep" karya Wayan Sutirtha (koreogtrafer) dan Nyoman Kariasa (Komponis).
Juga "Ku Tak Sabar" karya Gus Teja dan "Jay Sita" karya Gede Oka Suryawan yang seorang koreografer.
Diketahui, ajang tahunan Art Summit Indonesia (ASI) ini selalu mengundang mitra dari dalam dan luar negeri sekaligus media untuk saling memberikan pemahaman dan komunikasi antar pelaku seni pertunjukkan.
ASI 2013 menampilkan karya seniman yang juga dosen atau pendidik di ISI Denpasar, ISI Surakarta, Isi Yogyakarta, ISI Padang Panjang, STSI Bandung dan Institut Kesenian Jakarta.
Sedangkan dari luar negeri turut tampil Ensamble Reconsil Vienna (Austria), Arco Renz (Belgia), Solid States (Jerman), Bulssang (Korean National Contempany- KOrea Selatan), Smashed Gandini Junggling (United Kongdom).
Selain ISI Denpasar yang menjadi tuan rumah ASI ketujuh tahun 2013 adalah Jakarta, Yogyakarta dan Solo.
Pembukaan perhelatan yang mengambil tema : "Contemporary Art and the Making of list Market" dilakukan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu, Selasa 8 Oktober 2013 malam.
Acara pembukaan dikaitkan momentum dengan penyelenggara APEC di Bali yang dihadiri para kepala negara kawasan Asia Pasifik.
Saat membuka acara, Marie mengatakan, kegiatan seperti itu akan meningkatkan apresiasi dan kreativitas seni kontemporer.
"Ini memberikan kesempatan kepada seniman dan pendidik untuk menunjukkan kreativitas seni kontemporer," tuturnya.
Lewat ajang ini dapat dilihat karya seniman dan pendidik atau dosen untuk menunjukkan kreativitas mereka.
Dengan melihat karya seniman pertunjukkan dunia kata Marie, maka ada proses pembelajaran yang bisa dikembangkan menjadi suatu pertunjukkan yang lebih memiliki nilai artistik.
Dalam kegiatan itu ditampilkan, lima karya tari dan musik kontemporer. Tiga karya seni seniman ISI Denpasar yakni "Tangkep" karya Wayan Sutirtha (koreogtrafer) dan Nyoman Kariasa (Komponis).
Juga "Ku Tak Sabar" karya Gus Teja dan "Jay Sita" karya Gede Oka Suryawan yang seorang koreografer.
Diketahui, ajang tahunan Art Summit Indonesia (ASI) ini selalu mengundang mitra dari dalam dan luar negeri sekaligus media untuk saling memberikan pemahaman dan komunikasi antar pelaku seni pertunjukkan.
ASI 2013 menampilkan karya seniman yang juga dosen atau pendidik di ISI Denpasar, ISI Surakarta, Isi Yogyakarta, ISI Padang Panjang, STSI Bandung dan Institut Kesenian Jakarta.
Sedangkan dari luar negeri turut tampil Ensamble Reconsil Vienna (Austria), Arco Renz (Belgia), Solid States (Jerman), Bulssang (Korean National Contempany- KOrea Selatan), Smashed Gandini Junggling (United Kongdom).
Selain ISI Denpasar yang menjadi tuan rumah ASI ketujuh tahun 2013 adalah Jakarta, Yogyakarta dan Solo.
(lns)