Rata-rata lulusan PT belum siap kerja
A
A
A
Sindonews.com - Salah satu faktor yang mengakibatkan masih tingginya angka pengangguran di DIY ialah banyaknya lulusan perguruan tinggi (PT) yang dinilai belum siap dan belum memiliki pengalaman kerja. Hal tersebut diperburuk lagi dengan belum adanya kesepahaman antara lembaga pendidikan dan dunia kerja.
"Tingginya pengangguran sarjana karena kesempatan pada sektor formal terbatas dan kurangnya link and match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja, sehingga pengguna tenaga kerja tidak mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas,” ungkap Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY Ir Budi Antono MSi di Sprotorium Selasa (8/10/2013).
Saat membuka Job Fair UMY 2013, Budi menuturkan, keterlibatan semua pihak baik pemerintah, lembaga pendidikan, pengguna tenaga kerja dan sektor swasta bisa menjadi solusi terbaik mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang bisa dilakukan ialah dengan mengefektifkan penyelenggaraan bursa kerja.
"Masalahnya, bursa kerja yang terselenggara selama ini dapat dikatakan belum efektif. Efektivitas bursa kerja itu dapat dilakukan dengan memaksimalkan informasi bursa kerja melalui Job Fair dimana mempertemukan langsung para pencari kerja dengan pengguna tenaga kerja dengan harapan mampu menempatkan pencari kerja yang tepat di tempat yang tepat," imbuhnya.
Tak hanya itu, menurut Budi, tingginya angka pengangguran sarjana di DIY disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja pada sektor formal. Hal tersebut terjadi dimana jumlah penduduk yang tinggi tidak diimbangi oleh jumlah ketersediaan lapangan kerja.
Dicontohkannya, kesempatan dalam penerimaan CPNS dengan kuota ratusan namun yang mendaftar mencapai puluhan ribu pelamar. "Perbandingan yang diterima dengan yang mengajukan lamaran bisa mencapai satu banding 200 orang," tuturnya.
Acara Job Fair yang diselenggarakan oleh UMY bekerja sama dengan Disnakertrans DIY tersebut merupakan yang pertama dilakukan. Diikuti oleh 51 perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang, diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran di DIY dan membantu para lulusan UMY memperoleh pekerjaan dengan lebih mudah.
Beberapa perusahaan yang ikut di antaranya PT Faros Indonesia, PT Sritex, Bank Bukopin, Bank BTPN, BPD DIY, PT Jideco dan Bank Syariah Mandiri.
Menurut Staf Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni UMY Muhammad Basuki, dalam Job Fair yang diadakan sejak 8-11 Oktober 2013 tersebut akan diadakan pula pelatihan yang tentu akan bermanfaat bagi para pencari kerja.
Pelatihan yang boleh diikuti siapapun ini akan memaparkan soal strategi mencari pekerjaan, tips berwirausaha dan cara mensiasati psikotes.
"Pelatihan ini tak hanya berguna bagi para pencari kerja yang datang tapi juga mampu menjadi daya tarik agar masyarakat umum mau mendatangi Job Fair kali ini. Job Fair ini kami buka untuk umum dan gratis baik bagi pengunjung maupun bagi perusahaan atau lembaga yang membuka stan. Kami targetkan satu harinya akan ada 1.000 pengunjung," ungkapnya.
Diungkapkan Basuki, masa tunggu bagi alumni UMY untuk memperoleh pekerjaan tidaklah terlalu lama. Rata-rata masa tunggu untuk semua prodi ialah 3-5 bulan. Bahkan untuk beberapa prodi seperti D3 Elektromedik masa tunggu justru dilakukan oleh pihak pengguna tenaga kerja.
"Lulusan Elektromedik memang masih jarang sehingga banyak mahasiswa kami yang belum lukus tapi sudah dipesan oleh perusahaan," ungkapnya.
"Tingginya pengangguran sarjana karena kesempatan pada sektor formal terbatas dan kurangnya link and match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja, sehingga pengguna tenaga kerja tidak mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas,” ungkap Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY Ir Budi Antono MSi di Sprotorium Selasa (8/10/2013).
Saat membuka Job Fair UMY 2013, Budi menuturkan, keterlibatan semua pihak baik pemerintah, lembaga pendidikan, pengguna tenaga kerja dan sektor swasta bisa menjadi solusi terbaik mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang bisa dilakukan ialah dengan mengefektifkan penyelenggaraan bursa kerja.
"Masalahnya, bursa kerja yang terselenggara selama ini dapat dikatakan belum efektif. Efektivitas bursa kerja itu dapat dilakukan dengan memaksimalkan informasi bursa kerja melalui Job Fair dimana mempertemukan langsung para pencari kerja dengan pengguna tenaga kerja dengan harapan mampu menempatkan pencari kerja yang tepat di tempat yang tepat," imbuhnya.
Tak hanya itu, menurut Budi, tingginya angka pengangguran sarjana di DIY disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja pada sektor formal. Hal tersebut terjadi dimana jumlah penduduk yang tinggi tidak diimbangi oleh jumlah ketersediaan lapangan kerja.
Dicontohkannya, kesempatan dalam penerimaan CPNS dengan kuota ratusan namun yang mendaftar mencapai puluhan ribu pelamar. "Perbandingan yang diterima dengan yang mengajukan lamaran bisa mencapai satu banding 200 orang," tuturnya.
Acara Job Fair yang diselenggarakan oleh UMY bekerja sama dengan Disnakertrans DIY tersebut merupakan yang pertama dilakukan. Diikuti oleh 51 perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang, diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran di DIY dan membantu para lulusan UMY memperoleh pekerjaan dengan lebih mudah.
Beberapa perusahaan yang ikut di antaranya PT Faros Indonesia, PT Sritex, Bank Bukopin, Bank BTPN, BPD DIY, PT Jideco dan Bank Syariah Mandiri.
Menurut Staf Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni UMY Muhammad Basuki, dalam Job Fair yang diadakan sejak 8-11 Oktober 2013 tersebut akan diadakan pula pelatihan yang tentu akan bermanfaat bagi para pencari kerja.
Pelatihan yang boleh diikuti siapapun ini akan memaparkan soal strategi mencari pekerjaan, tips berwirausaha dan cara mensiasati psikotes.
"Pelatihan ini tak hanya berguna bagi para pencari kerja yang datang tapi juga mampu menjadi daya tarik agar masyarakat umum mau mendatangi Job Fair kali ini. Job Fair ini kami buka untuk umum dan gratis baik bagi pengunjung maupun bagi perusahaan atau lembaga yang membuka stan. Kami targetkan satu harinya akan ada 1.000 pengunjung," ungkapnya.
Diungkapkan Basuki, masa tunggu bagi alumni UMY untuk memperoleh pekerjaan tidaklah terlalu lama. Rata-rata masa tunggu untuk semua prodi ialah 3-5 bulan. Bahkan untuk beberapa prodi seperti D3 Elektromedik masa tunggu justru dilakukan oleh pihak pengguna tenaga kerja.
"Lulusan Elektromedik memang masih jarang sehingga banyak mahasiswa kami yang belum lukus tapi sudah dipesan oleh perusahaan," ungkapnya.
(lns)