Diserang hama tikus ribuan petani Karanganyar menjerit
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan petani di Kabupaten Karanganyar, Jawa tengah menjerit karena gagal panen setelah diserang hama tikus selama dua musim tanam terakhir.
Jumlah kerugian akibat gagal panen itu ditaksir mencapai rata-rata Rp6 juta per hektar sawah.
Bahkan akibat masifnya serangan hama tikus itu sekitar 75 hektar sawah di Desa Blorong, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar gagal panen dan petani pun merugi selama dua kali musim tanam.
Tak pelak warga pun menjerit dan akhirnya nekat lakukan aksi gropyokan tikus yang diikuti hampir 500 warga desa Sabtu siang.
Suwardi, Kades Blorong, Kecamatan Jumantono mengatakan aksi gropyokan tikus terpaksa dilakukan dan menghasilkan sekitar 300 tikus yang ditangkap warga.
“Sudah dua misim tanam ini petani merugi jutaan rupiah per hektar baik biaya tanam serta tanaman yang tidak bisa dipanen, sehingga petani marah dan lakukan gropyokan tikus,” ujarnya.
Menurut Suwardi, jika kondisi lancar setiap hektare sawah mampu menghasilkan sekitar ton gabah, namun semenjak diserang hama tikus ini padi tidak bisa dipanen sama sekali, sehingga menjerit sampai terpaksa pindah profesi menjadi buruh.
Apalagi sampai sekarang Dinas Pertanian Karanganyar juga belum berikan bantuan terhadap hama tersebut.
“Hama ini terjadi hampir di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar, sehingga butuh perhatian serius dari Pemkab,” tukasnya.
Sementara itu Suharno Kabid Penyuluhan dari Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP4K Pemkab Karanganyar mengakui sudah mengidentifikasi serangan hama tikus yang masif kurun waktu 2 musim tanam ini.
“Kita sudah berkordinasi dengan kelompok tani dan selalu terlibat untuk pemberantasan hama tikus termasuk gropyokan di sawah,” ujarnya.
Jumlah kerugian akibat gagal panen itu ditaksir mencapai rata-rata Rp6 juta per hektar sawah.
Bahkan akibat masifnya serangan hama tikus itu sekitar 75 hektar sawah di Desa Blorong, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar gagal panen dan petani pun merugi selama dua kali musim tanam.
Tak pelak warga pun menjerit dan akhirnya nekat lakukan aksi gropyokan tikus yang diikuti hampir 500 warga desa Sabtu siang.
Suwardi, Kades Blorong, Kecamatan Jumantono mengatakan aksi gropyokan tikus terpaksa dilakukan dan menghasilkan sekitar 300 tikus yang ditangkap warga.
“Sudah dua misim tanam ini petani merugi jutaan rupiah per hektar baik biaya tanam serta tanaman yang tidak bisa dipanen, sehingga petani marah dan lakukan gropyokan tikus,” ujarnya.
Menurut Suwardi, jika kondisi lancar setiap hektare sawah mampu menghasilkan sekitar ton gabah, namun semenjak diserang hama tikus ini padi tidak bisa dipanen sama sekali, sehingga menjerit sampai terpaksa pindah profesi menjadi buruh.
Apalagi sampai sekarang Dinas Pertanian Karanganyar juga belum berikan bantuan terhadap hama tersebut.
“Hama ini terjadi hampir di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar, sehingga butuh perhatian serius dari Pemkab,” tukasnya.
Sementara itu Suharno Kabid Penyuluhan dari Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP4K Pemkab Karanganyar mengakui sudah mengidentifikasi serangan hama tikus yang masif kurun waktu 2 musim tanam ini.
“Kita sudah berkordinasi dengan kelompok tani dan selalu terlibat untuk pemberantasan hama tikus termasuk gropyokan di sawah,” ujarnya.
(lns)