Ini pesawat tanpa awak generasi ketiga buatan UGM
A
A
A
Sindonews.com - UGM telah menyelesaikan pembuatan pesawat tanpa awak generasi ketiga yang diberi nama Camar Biru. Pesawat hasil pengembangan teknologi sebelumnya ini dibuat sebagai prototipe untuk kepentingan sipil.
"Pengembangan pesawat tanpa awak ini sebenarnya sudah kami mulai sejak 2011 lalu. Dan segi teknologi dan kemanfaatannya, pesawat yang ini tentu lebih baik dari dua generasi sebelumnya," ujar Dosen Pembimbing Tim Force Teknik Mesin UGM, Dr Gesang Nugroho, Rabu (25/9/2013).
Ditemui di sela-sela Peluncuran Pesawat Tanpa Awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Camar Biru di lapangan GSP UGM, Gesang memaparkan, Camar Biru telah dilengkapi dengan micro controler dan empat macam sensor.
Keempatnya ialah GPS untuk tracking posisi pesawat, IMU untuk stabilisasi pesawat, Barometrik sebagai sensor ketinggian dan Air Speed Sensor untuk kecepatan.
"Untuk terbang, pesawat ini memang masih kami desain diterbangkan dengan manual. Namun setelah mengudara, kontrol berubah menjadi otomatis. Begitu juga saat mendarat. Ini untuk mengurangi risiko pesawat menabrak orang atau bangunan di sekitarnya. Pesawat ini memang sudah kami lengkapi dengan software yang membuatnya mampu terbang secara otomatis," jelasnya.
Kecepatan rata-rata pesawat Camar Biru mencapai 60km/jam. Pesawat juga dilengkapi dengan kamera video yang mampu merekam maupun mengirim gambar secara langsung (live video).
Jarak tempuh pesawat masih berkisar di 8km dengan durasi sekira 15 menit. Ketinggian maksimal yang bisa dicapai ialah 600meter.
"Selama ini kami hanya menerbangkannya sekira 200 meter karena untuk mencapai lebih dari itu kami harus meminta izin karena sudah mencapai zona penerbangan formal. Kelebihan lainnya ialah pesawat ini sudah bisa membangun peta dengan mozaik foto," tuturnya.
Untuk melengkapi kemanfaatannya bagi kepentingan sipil, Camar Biru telah memiliki kemampuan mampu membawa dan menjatuhkan benda pada posisi yang diinginkan. Dengan begitu, pesawat ini bisa dimanfaatkan untuk pemantauan lalu lintas, daerah bencana, lahan pertanian maupun gunung berapi.
Pesawat juga bisa untuk membantu tim SAR mencari korban di lautan atau sebagai pesawat patroli daerah perbatasan maupun laut.
"Pengembangan pesawat tanpa awak ini sebenarnya sudah kami mulai sejak 2011 lalu. Dan segi teknologi dan kemanfaatannya, pesawat yang ini tentu lebih baik dari dua generasi sebelumnya," ujar Dosen Pembimbing Tim Force Teknik Mesin UGM, Dr Gesang Nugroho, Rabu (25/9/2013).
Ditemui di sela-sela Peluncuran Pesawat Tanpa Awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Camar Biru di lapangan GSP UGM, Gesang memaparkan, Camar Biru telah dilengkapi dengan micro controler dan empat macam sensor.
Keempatnya ialah GPS untuk tracking posisi pesawat, IMU untuk stabilisasi pesawat, Barometrik sebagai sensor ketinggian dan Air Speed Sensor untuk kecepatan.
"Untuk terbang, pesawat ini memang masih kami desain diterbangkan dengan manual. Namun setelah mengudara, kontrol berubah menjadi otomatis. Begitu juga saat mendarat. Ini untuk mengurangi risiko pesawat menabrak orang atau bangunan di sekitarnya. Pesawat ini memang sudah kami lengkapi dengan software yang membuatnya mampu terbang secara otomatis," jelasnya.
Kecepatan rata-rata pesawat Camar Biru mencapai 60km/jam. Pesawat juga dilengkapi dengan kamera video yang mampu merekam maupun mengirim gambar secara langsung (live video).
Jarak tempuh pesawat masih berkisar di 8km dengan durasi sekira 15 menit. Ketinggian maksimal yang bisa dicapai ialah 600meter.
"Selama ini kami hanya menerbangkannya sekira 200 meter karena untuk mencapai lebih dari itu kami harus meminta izin karena sudah mencapai zona penerbangan formal. Kelebihan lainnya ialah pesawat ini sudah bisa membangun peta dengan mozaik foto," tuturnya.
Untuk melengkapi kemanfaatannya bagi kepentingan sipil, Camar Biru telah memiliki kemampuan mampu membawa dan menjatuhkan benda pada posisi yang diinginkan. Dengan begitu, pesawat ini bisa dimanfaatkan untuk pemantauan lalu lintas, daerah bencana, lahan pertanian maupun gunung berapi.
Pesawat juga bisa untuk membantu tim SAR mencari korban di lautan atau sebagai pesawat patroli daerah perbatasan maupun laut.
(rsa)