Warga tionghoa Solo kirab Dewa Bumi
A
A
A
Sindonews.com - Masyarakat Tiong Hoa Kota Solo akan menggelar Kirab Dewa Bumi untuk merayakan pertengahan musim gugur sesuai dengan kalender Imlek.
Staf Humas, Klenteng Tien Kok Sien Pasar Gede Solo, Lian Hong Siang menyebutkan, kirab tersebut nantinya bakal dilangsungkan Rabu 18 September sekitar pukul 13.00 WIB.
Rencananya acara itu akan diikuti oleh sebagian besar kaum etnis Tiong Hoa yang ada di kota Solo.
Dalam kirab tersebut nantinya bakal dikirab perwujudan rupa dari Dewa Bumi beserta beberapa penjaga dari Dewa Bumi.
“Kita akan kirab perwujudan Dewa Bumi pada Rabu siang, nantinya kirab itu akan melalui Jalan Ir Urip Sumoharjo-Ir Juanda-Kapten Mulyadi dan Kembali ke RE Martadinata,” terangnya Selasa (17/9/2013).
Ia menambahkan tradisi kirab tersebut sudah dilangsungkan oleh warga Tiong Hoa di Solo sejak beberapa tahun lalu. Akan tetapi tradisi tersebut sebenarnya sudah dilakukan oleh warga Tiong Hoa sejak ribuan tahun yang lalu.
Hanya saja tradisi perayaan yang dilangsungkan berbeda-beda di setiap tempat. Akan tetapi memiliki makna dan tujuan yang sama yakni memuja Dewa Bumi.
Pihaknya mengatakan yang dimaksud Dewa Bumi adalah dewa yang mengayomi suatu tempat atau daerah. Menurutnya dewa bumi di sertai tempat berbeda beda sesuai dengan kepercayaan masyarakat sekitar.
“Penggambaran dewa itu susah disebutkan seperti apa. Yang jelas kita memuja dewa itu untuk merayakan pertengahan musim gugur yang bertepatan dengan bulan purnama, sekaligus meminta harapan agar diberi kebaikan di masa yang akan datang,” ucapnya.
Staf Humas, Klenteng Tien Kok Sien Pasar Gede Solo, Lian Hong Siang menyebutkan, kirab tersebut nantinya bakal dilangsungkan Rabu 18 September sekitar pukul 13.00 WIB.
Rencananya acara itu akan diikuti oleh sebagian besar kaum etnis Tiong Hoa yang ada di kota Solo.
Dalam kirab tersebut nantinya bakal dikirab perwujudan rupa dari Dewa Bumi beserta beberapa penjaga dari Dewa Bumi.
“Kita akan kirab perwujudan Dewa Bumi pada Rabu siang, nantinya kirab itu akan melalui Jalan Ir Urip Sumoharjo-Ir Juanda-Kapten Mulyadi dan Kembali ke RE Martadinata,” terangnya Selasa (17/9/2013).
Ia menambahkan tradisi kirab tersebut sudah dilangsungkan oleh warga Tiong Hoa di Solo sejak beberapa tahun lalu. Akan tetapi tradisi tersebut sebenarnya sudah dilakukan oleh warga Tiong Hoa sejak ribuan tahun yang lalu.
Hanya saja tradisi perayaan yang dilangsungkan berbeda-beda di setiap tempat. Akan tetapi memiliki makna dan tujuan yang sama yakni memuja Dewa Bumi.
Pihaknya mengatakan yang dimaksud Dewa Bumi adalah dewa yang mengayomi suatu tempat atau daerah. Menurutnya dewa bumi di sertai tempat berbeda beda sesuai dengan kepercayaan masyarakat sekitar.
“Penggambaran dewa itu susah disebutkan seperti apa. Yang jelas kita memuja dewa itu untuk merayakan pertengahan musim gugur yang bertepatan dengan bulan purnama, sekaligus meminta harapan agar diberi kebaikan di masa yang akan datang,” ucapnya.
(lns)