Pakde Karwo: Bentrok Puger bukan Sunni-Syiah

Jum'at, 13 September 2013 - 11:10 WIB
Pakde Karwo: Bentrok...
Pakde Karwo: Bentrok Puger bukan Sunni-Syiah
A A A
Sindonews.com - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo menyatakan akan mengutamakan proses dialog antar pihak terkait bentrok di Puger, Jember, beberapa hari lalu yang menimbulkan korban jiwa.

Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan adalah sikap kepala dingin semua pihak yang berseteru untuk segera menyelesaikan masalah dan tak berlarut-larut agar tak meluas dan tak seperti apa yang tak diharapkan.

"Akar masalah bermacam-macam, bukan hanya karnaval," kata Soekarwo, usai melantik Walikota dan Wakil Walikota Malang, Jumat (13/9/2013).

Soekarwo menegaskan jika konflik di Puger, Jember bukan masalah Syiah dan Sunni, tapi banyak faktor seperti masalah sosial, perikanan. "Isu seksinya Syiah-Sunni, padahal bukan itu," katanya.

Untuk menyelesaikan konflik ini, kata Soekarwo, akan memperlebar ruang publik, sementara saat ini kedua pihak masih menahan diri tapi belum ada kesepahaman.

Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan berdarah terjadi di wilayah Puger Kulon, Jember, Jawa Timur, antara dua kubu massa yang menewaskan satu orang, Rabu (11/9/2013) siang. Sebuah pondok pesantren, beberapa rumah warga dan puluhan unit sepeda motor rusak berat atau dibakar massa.

Satu korban tewas tersebut adalah Eko Mardi (27), warga Puger Kulon, Jember, Jatim. Menurut Ketua PCNU Kencong, Kabupaten Jember KH Hasyim Wafir, Eko Mardi merupakan salah satu anggota dari Kelompok pengajian Nurul Mustofa yang dipimpin oleh Ustaz Fauzi (Sunni). Ia diduga tewas karena dikeroyok oleh massa dari kelompok Pimpinan Ustaz Ali (Syiah)

"Ada korban tewas bernama Eko Mardi. Dia tewas karena dikeroyok massa yang diduga dari kalangan Ustaz Ali," kata Hasyim, Rabu (11/9/2013) malam.

Ia menjelaskan, pemicu bentrok ini karena Ponpes Riyadhus Sholihin pimpinan ustaz Ali mengadakan karnaval untuk untuk memperingati HUT RI.

Ustaz Ali memang sudah lama terindikasi sebagai penganut paham Islam Syiah. Bahkan, sebelum kejadian telah terjadi kerusuhan sekitar bulan Mei lalu.

Sehingga, sejumlah Muspika dan Muspida Kabupaten Jember, Organisasi Masyarakat (Ormas) setempat, bersama Ustaz Ali menggelar kesepakatan agar tidak terjadi kerusuhan lagi.

Kesepakatan itu, adalah tidak boleh ada kegiatan pengerahan massa di luar ponpes Riyadhus Sholihin. Pertimbangan kesepakatan itu adalah demi keamanan Puger.

"Rupanya kesepakatan itu diingkari oleh Ustaz Ali dengan menggelar kegiatan di luar ponpes. Padahal jika kegiatan itu digelar di dalam ponpes tidak ada masalah," jelasnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1517 seconds (0.1#10.140)