Peledakan piramida Gunung Padang rawan longsor
A
A
A
Sindonews.com - Juru Pelihara Situs Gunung Padang, Nanang membenarkan, jika adanya peledakan di kawasan situs megalitikum Gunung Padang yang dilakukan tim peneliti. Namun, pihaknya membantah jika peledakan tersebut menggunakan dinamit.
“Peledakannya hanya menggunakan petasan. Saya tidak mengetahui tujuan peledakan itu. Sudah ada peledakan, tapi karena ada protes dari masyarakat maka peledakan dihentikan dulu sementara,” kata Nanang saat dihubungi wartawan, Selasa (10/9/2013).
Dia menyebutkan, izin adanya peledakan tersebut dilakukan secara formal, hanya di tataran rukun tetangga (RT), dan belum tersosialisasikan ke masyarakat. “Saya juga tidak tahu berapa titik lubang yang dibuat. Yang saya tahu, tim peneliti itu membuat patok-patok, kemudian memasang tali rafia. Lalu ada kabel-kabel seperti itu. Kayaknya itu buat petasan. Tapi itu juga berdaya ledak rendah,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pemerhati Lingkungan dan Kehutanan Jawa Barat, Solihin GP mengatakan, pihaknya mencoba memfasilitasi peneliti dengan masyarakat mengenai peledakan di Situs Gunung Padang. Menurut dia, seharusnya ada sosialisasi dan pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat.
“Idealnya memang harus ada sosialisasi dan pemberitahuan kepada masyarakat jika memang akan dilakukan peledakan. Tapi saya akan coba fasilitasi antara peneliti dan masyarakat. Jangan sampai melakukan aksi penolakan penelitian dulu karena masyarakat sendiri masih penasaran dengan misteri Gunung Padang,” ujarnya.
Namun pihaknya juga menyayangkan dengan aksi peledakan tersebut. Apalagi Situs Gunung Padang tersebut berada di daerah rawan bencana longsor. “Cukup rentan juga jika meledakan dinamit di kawasan itu, karena secara geografis berada di kawasan rawan bencana longsor,” terangnya.
“Peledakannya hanya menggunakan petasan. Saya tidak mengetahui tujuan peledakan itu. Sudah ada peledakan, tapi karena ada protes dari masyarakat maka peledakan dihentikan dulu sementara,” kata Nanang saat dihubungi wartawan, Selasa (10/9/2013).
Dia menyebutkan, izin adanya peledakan tersebut dilakukan secara formal, hanya di tataran rukun tetangga (RT), dan belum tersosialisasikan ke masyarakat. “Saya juga tidak tahu berapa titik lubang yang dibuat. Yang saya tahu, tim peneliti itu membuat patok-patok, kemudian memasang tali rafia. Lalu ada kabel-kabel seperti itu. Kayaknya itu buat petasan. Tapi itu juga berdaya ledak rendah,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pemerhati Lingkungan dan Kehutanan Jawa Barat, Solihin GP mengatakan, pihaknya mencoba memfasilitasi peneliti dengan masyarakat mengenai peledakan di Situs Gunung Padang. Menurut dia, seharusnya ada sosialisasi dan pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat.
“Idealnya memang harus ada sosialisasi dan pemberitahuan kepada masyarakat jika memang akan dilakukan peledakan. Tapi saya akan coba fasilitasi antara peneliti dan masyarakat. Jangan sampai melakukan aksi penolakan penelitian dulu karena masyarakat sendiri masih penasaran dengan misteri Gunung Padang,” ujarnya.
Namun pihaknya juga menyayangkan dengan aksi peledakan tersebut. Apalagi Situs Gunung Padang tersebut berada di daerah rawan bencana longsor. “Cukup rentan juga jika meledakan dinamit di kawasan itu, karena secara geografis berada di kawasan rawan bencana longsor,” terangnya.
(kri)