Pengusaha tahu tempe blokir jalan Solo-Semarang
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan warga yang mengatasnamakan Pengusaha Tahu dan Tempe di wilayah Kartasura, Sukoharjo, melakukan aksi blokade Jalan Solo-Semarang. Aksi blokade jalan tersebut dilakukan untuk memprotes harga kedelai yang melambung tinggi.
Berdasarkan pantauan SINDO, ratusan pengusaha tahu dan tempe tersebut mulai melakukan aksi blokadi jalan sekitar pukul 09.00 WIB, di pertigaan Tugu Kartasura. Pengusaha tersebut melakukan aksi dengan membawa poster yang berisikan harapan dan ejekan kepada pemerintah akibat tingginya harga kedelai.
Semakin siang, jumlah pengusaha yang melakukan aksi terus bertambah hingga memadati bahu jalan. Selain itu para pengusaha juga melakukan orasi tepat di Pertigaan Kartasura. Aksi masa tersebut sempat memacetkan arus lalu lintas baik dari arah Solo ataupun dari arah Semarang.
Dalam orasinya, para pengusaha tahu dan tempe meminta pemerintah agar menyetabilkan harga kedelai yang semakin meningkat setiap harinya. Mereka menilai kenaikan harga kedelai iti terus membuat mereka kesulitan dalam melakukan produksi tahu maupun kedelai.
Ketua Paguyuban, Pengusaha Tahu dan Tempe wilayah Kartasura, Suradi Cokro Ismoyo, menyebutkan harga kedelai impor saat ini mencapai Rp9 ribu setiap kilogram. Hal itu sangat berpengaruh sekali terhadap produksi tahu dan tempe di kalangan pengusaha.
Menurutnya dengan harga sebesar itu, pengusaha banyak yang mengurangi jumlah produksi. Ia mencontohkan untuk sekali produksi 100 potong tahu, diperlukan biasanya diperlukan uang sebesar Rp43 ribu. Uang tersebut dipakai untuk membeli kedelai dan dipakai untuk biaya produksi.
Akan tetapi karena kedelai saat ini mahal, uang tersebut tidak mencukupi. Menurutnya untuk membeli bahan baku kedelai saja dengan uang sebesar itu tidak mencukupi.
"Uang Rp43 ribu untuk membeli kedelai saja kurang, belum lagi untuk biaya produksi lainnya. Paling tidak kita membutuhkan uang sebesar Rp53 ribu untuk produksi 100 potong tahu," ucapnya.
Pihaknya mengatakan naiknya biaya produksi itu, tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat. Menurutnya masyarakat enggan membeli tahu maupun tempe yang sudah dinaikkan harganya. Sehingga hal itu akan berdampak pada minimnya permintaan.
"Kita coba naikkan harga, akan tetapi pembeli tidak mau, kalau sudah begitu otomatis kita yang rugi. Kami harap pemerintah segera bertindak mengatasi harga kedelai ini," ucapnya.
Salah seorang pengusaha lain, Sumarno, menyebutkan pihknya dan beberapa pengusaha lain mengaku akan mogok produksi hingga tiga hari ke depan. Mogok itu terpaksa ia lakukan daripada menanggung rugi terus menerus.
Ia berharap setelah mogok produksi, harga kedelai akan kembali stabil seperti semula dan para pengusaha tidak mengalami kerugian. "Harga kedelai pada angka Rp7 ribu-Rp8 ribu setiap kilogram itu sudah aman bagi para pengusaha tahu tempe," ucapnya.
Berdasarkan pantauan SINDO, ratusan pengusaha tahu dan tempe tersebut mulai melakukan aksi blokadi jalan sekitar pukul 09.00 WIB, di pertigaan Tugu Kartasura. Pengusaha tersebut melakukan aksi dengan membawa poster yang berisikan harapan dan ejekan kepada pemerintah akibat tingginya harga kedelai.
Semakin siang, jumlah pengusaha yang melakukan aksi terus bertambah hingga memadati bahu jalan. Selain itu para pengusaha juga melakukan orasi tepat di Pertigaan Kartasura. Aksi masa tersebut sempat memacetkan arus lalu lintas baik dari arah Solo ataupun dari arah Semarang.
Dalam orasinya, para pengusaha tahu dan tempe meminta pemerintah agar menyetabilkan harga kedelai yang semakin meningkat setiap harinya. Mereka menilai kenaikan harga kedelai iti terus membuat mereka kesulitan dalam melakukan produksi tahu maupun kedelai.
Ketua Paguyuban, Pengusaha Tahu dan Tempe wilayah Kartasura, Suradi Cokro Ismoyo, menyebutkan harga kedelai impor saat ini mencapai Rp9 ribu setiap kilogram. Hal itu sangat berpengaruh sekali terhadap produksi tahu dan tempe di kalangan pengusaha.
Menurutnya dengan harga sebesar itu, pengusaha banyak yang mengurangi jumlah produksi. Ia mencontohkan untuk sekali produksi 100 potong tahu, diperlukan biasanya diperlukan uang sebesar Rp43 ribu. Uang tersebut dipakai untuk membeli kedelai dan dipakai untuk biaya produksi.
Akan tetapi karena kedelai saat ini mahal, uang tersebut tidak mencukupi. Menurutnya untuk membeli bahan baku kedelai saja dengan uang sebesar itu tidak mencukupi.
"Uang Rp43 ribu untuk membeli kedelai saja kurang, belum lagi untuk biaya produksi lainnya. Paling tidak kita membutuhkan uang sebesar Rp53 ribu untuk produksi 100 potong tahu," ucapnya.
Pihaknya mengatakan naiknya biaya produksi itu, tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat. Menurutnya masyarakat enggan membeli tahu maupun tempe yang sudah dinaikkan harganya. Sehingga hal itu akan berdampak pada minimnya permintaan.
"Kita coba naikkan harga, akan tetapi pembeli tidak mau, kalau sudah begitu otomatis kita yang rugi. Kami harap pemerintah segera bertindak mengatasi harga kedelai ini," ucapnya.
Salah seorang pengusaha lain, Sumarno, menyebutkan pihknya dan beberapa pengusaha lain mengaku akan mogok produksi hingga tiga hari ke depan. Mogok itu terpaksa ia lakukan daripada menanggung rugi terus menerus.
Ia berharap setelah mogok produksi, harga kedelai akan kembali stabil seperti semula dan para pengusaha tidak mengalami kerugian. "Harga kedelai pada angka Rp7 ribu-Rp8 ribu setiap kilogram itu sudah aman bagi para pengusaha tahu tempe," ucapnya.
(rsa)