Kekeringan, 500 hektar padi di Cirebon terancam puso

Senin, 09 September 2013 - 13:26 WIB
Kekeringan, 500 hektar padi di Cirebon terancam puso
Kekeringan, 500 hektar padi di Cirebon terancam puso
A A A
Sindonews.com - Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (Distanbunnakhut) Kabupaten Cirebon mewaspadai ancaman puso sekira 500 hektar tanaman padi, menyusul musim kemarau yang melanda belakangan ini.

Kepala Distanbunnakhut Kabupaten Cirebon, Ali Efendi menyebutkan, ke-500 hektar lahan yang terancam puso tersebut terutama berada di bagian timur Kabupaten Cirebon, seperti Losari, Pangenan dan lainnya. Tanaman yang terancam puso merupakan padi yang ditanam petani saat kemarau basah sekarang ini.

"Sekarang sedang berlangsung kemarau basah, airnya ada sehingga petani melakukan tanam. Meski kemarau dan kekeringan, ancaman puso belum ada sejauh ini," papar dia, Senin (9/9/2013).

Namun dia tak mengelak, tanda-tanda akan terjadinya puso sudah ada sehingga patut diwaspadai. Pihaknya sendiri telah mendistribusikan pompa untuk sumur pantek maupun traktor sebagai upaya pengamanan terhadap lahan yang terancam puso.

Ancaman itu diharapkan tak terjadi apabila hujan mulai turun Oktober nanti. Sementara itu, suhu udara tinggi terus melanda wilayah Cirebon, terutama Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon.

"Saat ini tengah berlangsung musim kemarau yang panas," terang Forecaster Cuaca pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cirebon Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn.

Suhu udara di wilayah Cirebon saat ini mencapai sekira 34–35 derajat celcius dan membuat masyarakat harus merasakan panas menyengat. Keadaan itu juga dipengaruhi posisi matahari yang tepat berada di atas ekuator (Indonesia).

Dia menyebutkan, sesungguhnya kemarau di wilayah Cirebon sudah terjadi sejak Juni lalu. Namun, akibat adanya anomali suhu muka laut, musim kemarau kerap diiringi hujan berintensitas cukup tinggi.

Pertengahan Agustus, lanjut dia, barulah hujan mulai tak turun. Musim kemarau yang panas diprediksi akan berlangsung sepanjang September hingga pertengahan Oktober. Pada pertengahan Oktober inilah mulai memasuki musim pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.

Terkait musim kemarau, pihaknya meminta kalangan petani mewaspadai ancaman kekeringan. Begitu juga bagi masyarakat umum, yang harus mewaspadai ancaman dehidrasi pada tubuh maupun debu yang beterbangan di udara yang dapat berdampak pada pernapasan.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4194 seconds (0.1#10.140)