Gubernur Malut mengaku diancam akan dibunuh
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur Maluku Utara (Malut) Thaib Armayin mengaku dirinya sering mendapat sms ancaman akan dibunuh dari orang tak dikenal (OTK).
Pengakuan ini disampaikan Thaib dihadapan para kepala daerah dan unsur Muspida se Malut, saat menyampaikan sambutan pelaksanaan Rapat Koordinasi (Rakor) Pimpinan Daerah, di Hotel Bela Internasional Ternate, Rabu (04/9/2013) malam.
Gubernur dua periode ini, mengatakan sms tersebut berkaitan dengan adanya dukungan politiknya ke Bupati Kabupaten Sula Ahmad Hidayat Mus (AHM) di putaran kedua pilkada gubernur Malut. Tetapi baginya, ancaman itu merupakan sesuatu hal yang biasa ketika munculnya momen Pilgub.
Gubernur saat dikonfirmasi menjelaskan jika sms itu sudah terjadi berulang kali. Hanya saja baginya hal itu merupakan persoalan biasa dan tak mau diseriusinya.
“Biasa saja selama ini kan terjadi begitu. Saya selalu diteror lewat SMS, Telepon. Bahkan, saya di ancam akan dibunuh, tapi buat saya biasa kalau menjelang Pemilukada," ujarnya.
"Jadi tidak usah kita tanggap secara emosional karena mungkin itulah mekanisme hak orang yang mau menyampaikan keinginan atau mau mempengaruhi orang untuk memilih calonnya,” sambung dia.
Pengakuan ini disampaikan Thaib dihadapan para kepala daerah dan unsur Muspida se Malut, saat menyampaikan sambutan pelaksanaan Rapat Koordinasi (Rakor) Pimpinan Daerah, di Hotel Bela Internasional Ternate, Rabu (04/9/2013) malam.
Gubernur dua periode ini, mengatakan sms tersebut berkaitan dengan adanya dukungan politiknya ke Bupati Kabupaten Sula Ahmad Hidayat Mus (AHM) di putaran kedua pilkada gubernur Malut. Tetapi baginya, ancaman itu merupakan sesuatu hal yang biasa ketika munculnya momen Pilgub.
Gubernur saat dikonfirmasi menjelaskan jika sms itu sudah terjadi berulang kali. Hanya saja baginya hal itu merupakan persoalan biasa dan tak mau diseriusinya.
“Biasa saja selama ini kan terjadi begitu. Saya selalu diteror lewat SMS, Telepon. Bahkan, saya di ancam akan dibunuh, tapi buat saya biasa kalau menjelang Pemilukada," ujarnya.
"Jadi tidak usah kita tanggap secara emosional karena mungkin itulah mekanisme hak orang yang mau menyampaikan keinginan atau mau mempengaruhi orang untuk memilih calonnya,” sambung dia.
(rsa)