Hujan, SBF Tetap Digelar
A
A
A
Sindonews.com - Guyuran hujan tidak mengendorkan minat warga Solo untuk menyaksikkan gelaran Solo Batik Fashion (SBF) 5 yang digelar di halaman Pendhapa Ageng Balaikota Solo. Meski hujan berkali-kali mengguyur, namun even terus digelar. Para peragawan dan peragawati ini dengan penuh semangat berlenggak-lenggok diatas catwalk meski air hujan membasahi tubuh mereka. Sedangkan sejumlah menonton tetap bertahan dibawah atap Pendhapa. Meski dari kejauhan mereka tetap menikmati sajian busana dari para desainer.
Hujan mengguyur kawasan Balaikota Solo sejak pukul 19.30, kejadian ini terjadi beberapa saat sebelum opening ceremony. Alhasil opening ceremony sempat tertunda 20 menit dari jadwal yang ditentukan. Opening ceremony ini ditandai dengan peragaan busana pakaian adat dari Pura Mangkunegaran kemudian dilanjutkan Keraton Kasunanan Surakarta. Sejumlah putra Sinuhun Pakubuwono XIII dan Cucu Pakubuwono XIII tampil dengan busana adat kebesaran Keraton. Hal serupa juga dipertontonkan keluarga dari Pura Mangkunegaran.
Namun sayang, saat giliran kerabat Keraton Kasunanan Surakarta tampil dengan mengenakan busana adat khas mereka, tiba-tiba lighting yang menjadi sumber penerangan utama mati. Akhirnya peragaan busana dilakukan dengan kondisi gelap gulita. Kondisi ini berlangsung selama 15 menit. Namun aneh, saat Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo bersama dengan Direktur Design dan Arsitektur Ir Zaraida Ibrahim, bermaksud membuka gelaran tersebut, tanpa diduga lampu kembali menyala.
Namun meski hujan sudah reda dan lampu kembali menyala, tidak membuat gelaran ini berlangsung dengan mulus. Selama lebih dari 2 kali hujan mengguyur arena. Meski acara tetap dilanjutkan, penonton dan penikmat fashion terpaksa bolak balik dari kursi penonton menuju lokasi aman untuk berteduh. Meski demikian, semangat dan apresiasi masyarakat sangat luar biasa. Kondisi hujan yang membuat tidak nyaman, tidak membuat mereka pulang dan meninggalkan arena.
Hal ini rasanya sejalan dengan spirit yang disampaikan Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo saat membuka gelaran tersebut. Ia mengatakan bahwa untuk mengembangkan batik yang merupakan warisan leluhur, harus dilalukan secara bersama-sama, dengan semua pihak, baik itu pemerintah, stakeholder dan masyarakat.
“Mari kita serukan bersama. Bersatu memajukan Batik Nusantara.” Katanya. Kebersamaan yang diserukan oleh Walikota yang akrab disapa Rudy ini layaknya terpatri dengan sikap apresiasi tinggi masyarakat terhadap peragaan batik kemarin.
Direktur Design dan Arsitektur Ir Zaraida Ibrahim, dalam pidatonya menjelaskan bahwa keberadaan even Solo Batik Fashion kali ini merupakan wujud untuk mengembangkan batik yang sudah dianggap sebagai warisan dunia yang intangible oleh organisasi dunia UNESCO. “Kami sangat mengapresiasi keberadaan even ini, harapannya semakin memajukan batik yang sudah mendapatkan hati oleh masyarakat dunia. Ini terbukti dengan dikukuhkannya batik sebagai masterpiece dunia oleh UNESCO,” jelasnya.
Public Relations SBF 5, Retno Wulandari menjelaskan, untuk kali ini SBF mengusung tema Bunga Rampai Indonesia. Yang mengharapkan para desainer dapat mengeksplorasi keragaman batik dari seluruh nusantara. Dalam SBF 5 kali ini juga akan menampilkan Fashion Cultural Heritage. Yakni suguhan koleksi busana tempo dulu dari Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran.
Di tahun kelimanya ini, SBF mencoba untuk lebih dekat dengan generasi muda melalui Fashion Cultural Heritage. Retno menjelaskan Fashion Cultural Heritage menampilkan koleksi busana tempo dulu dari Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran dimasudkan untuk menunjukkan nilai budaya yang adiluhung. Nilai budaya tersebut termasuk salah satunya yakni koleksi busana Keraton. Untuk itu, busana Keraton ini pun sangat sarat makna dan nilai filosofis tinggi. Ia berharap dengan ditampilkannya busana-busana Keraton di event SBF maka generasi akan lebih mengenal dan memahami kekayaan budayanya sendiri.
“Sebagai bagian dari masyarakat Solo kita ingin kenalkan kekayaan budaya kita kepada generasi muda. Kita punya Keraton baik Kasunanan maupun Mangkunegaran. Dua Keraton ini punya nilai adiluhung yang patut dilestarikan termasuk koleksi bajunya. Dengan mengenal busana-busana Keraton ini kita harap dapat menginspirasi generasi muda untuk mau mengenal, mencintai dan mempelajari budayanya sendiri karena nilai filosofis yang ada di dalamnya,” paparnya.
Pada hari perhelatan SBF, Jumat (30/8), SBF 5 menampilkan karya - karya perancang busana seperti Andreas Haris, Titi Meinawati, Ucok M Sirait, Ria Batik, Rendy Hapsanto, Ikatan Alumni Susan Budihardjo Semarang (IKASS), Batik Danar Hadi, Batik Keris, dan Ramadhani. “Ini special karena ada Fashion Cultural Heritage dan mini show koleksi Batik Keris serta desainer Ramadhani asal Yogyakarta,” jelas Retno, kemarin.
Ketua Umum SBF 5 Djongko Raharjo mengatakan bahwa tidak ada perbedaan mencolok antara penampilan biasa dari para desainer dengan konsep mini show. Dalam hal ini, jumlah koleksi lebih banyak ditampilkan dalam mini show dan lebih lengkap daripada slot pertunjukan biasa yang hanya tampilkan delapan koleksi busana untuk setiap desainernya. Mini show sekaligus menjadi ajang totalitas desainer dalam perkenalkan karya - karya busananya yang terbaik.
“Satu mini show satu orang, bedanya koleksi lebih banyak dan nggak saja. Tahun kemarin belum ada konsep mini show, ada konsep ini pertimbangannya karena desainer ingin persembahkan koleksi lebih lengkap. Diharapkan bisa presentasikan karya lebih bagus seperi tahun lalu sesuai dengan tema yang diberikan,” katanya.
Hujan mengguyur kawasan Balaikota Solo sejak pukul 19.30, kejadian ini terjadi beberapa saat sebelum opening ceremony. Alhasil opening ceremony sempat tertunda 20 menit dari jadwal yang ditentukan. Opening ceremony ini ditandai dengan peragaan busana pakaian adat dari Pura Mangkunegaran kemudian dilanjutkan Keraton Kasunanan Surakarta. Sejumlah putra Sinuhun Pakubuwono XIII dan Cucu Pakubuwono XIII tampil dengan busana adat kebesaran Keraton. Hal serupa juga dipertontonkan keluarga dari Pura Mangkunegaran.
Namun sayang, saat giliran kerabat Keraton Kasunanan Surakarta tampil dengan mengenakan busana adat khas mereka, tiba-tiba lighting yang menjadi sumber penerangan utama mati. Akhirnya peragaan busana dilakukan dengan kondisi gelap gulita. Kondisi ini berlangsung selama 15 menit. Namun aneh, saat Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo bersama dengan Direktur Design dan Arsitektur Ir Zaraida Ibrahim, bermaksud membuka gelaran tersebut, tanpa diduga lampu kembali menyala.
Namun meski hujan sudah reda dan lampu kembali menyala, tidak membuat gelaran ini berlangsung dengan mulus. Selama lebih dari 2 kali hujan mengguyur arena. Meski acara tetap dilanjutkan, penonton dan penikmat fashion terpaksa bolak balik dari kursi penonton menuju lokasi aman untuk berteduh. Meski demikian, semangat dan apresiasi masyarakat sangat luar biasa. Kondisi hujan yang membuat tidak nyaman, tidak membuat mereka pulang dan meninggalkan arena.
Hal ini rasanya sejalan dengan spirit yang disampaikan Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo saat membuka gelaran tersebut. Ia mengatakan bahwa untuk mengembangkan batik yang merupakan warisan leluhur, harus dilalukan secara bersama-sama, dengan semua pihak, baik itu pemerintah, stakeholder dan masyarakat.
“Mari kita serukan bersama. Bersatu memajukan Batik Nusantara.” Katanya. Kebersamaan yang diserukan oleh Walikota yang akrab disapa Rudy ini layaknya terpatri dengan sikap apresiasi tinggi masyarakat terhadap peragaan batik kemarin.
Direktur Design dan Arsitektur Ir Zaraida Ibrahim, dalam pidatonya menjelaskan bahwa keberadaan even Solo Batik Fashion kali ini merupakan wujud untuk mengembangkan batik yang sudah dianggap sebagai warisan dunia yang intangible oleh organisasi dunia UNESCO. “Kami sangat mengapresiasi keberadaan even ini, harapannya semakin memajukan batik yang sudah mendapatkan hati oleh masyarakat dunia. Ini terbukti dengan dikukuhkannya batik sebagai masterpiece dunia oleh UNESCO,” jelasnya.
Public Relations SBF 5, Retno Wulandari menjelaskan, untuk kali ini SBF mengusung tema Bunga Rampai Indonesia. Yang mengharapkan para desainer dapat mengeksplorasi keragaman batik dari seluruh nusantara. Dalam SBF 5 kali ini juga akan menampilkan Fashion Cultural Heritage. Yakni suguhan koleksi busana tempo dulu dari Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran.
Di tahun kelimanya ini, SBF mencoba untuk lebih dekat dengan generasi muda melalui Fashion Cultural Heritage. Retno menjelaskan Fashion Cultural Heritage menampilkan koleksi busana tempo dulu dari Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran dimasudkan untuk menunjukkan nilai budaya yang adiluhung. Nilai budaya tersebut termasuk salah satunya yakni koleksi busana Keraton. Untuk itu, busana Keraton ini pun sangat sarat makna dan nilai filosofis tinggi. Ia berharap dengan ditampilkannya busana-busana Keraton di event SBF maka generasi akan lebih mengenal dan memahami kekayaan budayanya sendiri.
“Sebagai bagian dari masyarakat Solo kita ingin kenalkan kekayaan budaya kita kepada generasi muda. Kita punya Keraton baik Kasunanan maupun Mangkunegaran. Dua Keraton ini punya nilai adiluhung yang patut dilestarikan termasuk koleksi bajunya. Dengan mengenal busana-busana Keraton ini kita harap dapat menginspirasi generasi muda untuk mau mengenal, mencintai dan mempelajari budayanya sendiri karena nilai filosofis yang ada di dalamnya,” paparnya.
Pada hari perhelatan SBF, Jumat (30/8), SBF 5 menampilkan karya - karya perancang busana seperti Andreas Haris, Titi Meinawati, Ucok M Sirait, Ria Batik, Rendy Hapsanto, Ikatan Alumni Susan Budihardjo Semarang (IKASS), Batik Danar Hadi, Batik Keris, dan Ramadhani. “Ini special karena ada Fashion Cultural Heritage dan mini show koleksi Batik Keris serta desainer Ramadhani asal Yogyakarta,” jelas Retno, kemarin.
Ketua Umum SBF 5 Djongko Raharjo mengatakan bahwa tidak ada perbedaan mencolok antara penampilan biasa dari para desainer dengan konsep mini show. Dalam hal ini, jumlah koleksi lebih banyak ditampilkan dalam mini show dan lebih lengkap daripada slot pertunjukan biasa yang hanya tampilkan delapan koleksi busana untuk setiap desainernya. Mini show sekaligus menjadi ajang totalitas desainer dalam perkenalkan karya - karya busananya yang terbaik.
“Satu mini show satu orang, bedanya koleksi lebih banyak dan nggak saja. Tahun kemarin belum ada konsep mini show, ada konsep ini pertimbangannya karena desainer ingin persembahkan koleksi lebih lengkap. Diharapkan bisa presentasikan karya lebih bagus seperi tahun lalu sesuai dengan tema yang diberikan,” katanya.
(lal)