Tak digubris pemkot, Unisba kelola PKL di jalur hijau
A
A
A
Sindonews.com - Universitas Islam Bandung (Unisba) mengaku tidak kunjung mendapat tanggapan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam mengatasi pedagang kaki lima (PKL). Keberadaan PKL di kampus tersebut pun ditata meski harus dibangun di lahan bekas taman.
Rektor Unisba, Thaufiq Boesoiri, mengaku sebelumnya sudah berkoordinasi dengan jajaran pemerintah mengenai hal ini. "Sebelum kami membangun sudah diundang Satpol PP, Diskamtam, unsur kecamatan dan kelurahan. Karena, adanya PKL membuat lingkungan kumuh tidak terkendali dan mengganggu kenyamanan hidup kami," kata Thaufiq, di Rektorat Unisba, Jalan Tamansari, Rabu (28/8/2013).
Pihak Unisba juga sudah memaparkan konsep dan rancangan bangunan penataan. Akan tetapi, berkali-kali rapat tidak ada realisasi. Unisba pun melakukan penataan dengan anggaran Rp458 juta.
Puluhan terpal yang mulanya berada di sepanjang jalan depan kampus Unisba ditertibkan, diganti dengan tiang besi dan atap fiber transparan. Setidaknya 48 pedagang kaki lima (PKL) sudah menempati lokasi dua minggu sebelum Lebaran kemarin.
Thaufiq mengaku, pihaknya terpaksa mendirikan tenda permanen di lahan bekas taman. "Karena ketidaktegasan Pemkot, akhirnya kami mengambilalih untuk mengatasi kekumuhan tadi. Kalau direlokasi bukan wewenang kami. Kalau mau dimasukkan ke dalam, kami kekurangan lahan bahkan untuk pendidikan," ujar dia.
Dia pun mengaku siap memfungsikan lagi taman jika ditindak oleh Pemkot Bandung. "Tapi syaratnya pemerintah bisa bersihkan PKL," kata Thaufiq.
Hingga saat ini dia menerangkan, para PKL berada di bawah koordinasi Paguyuban bersama istri pegawai Unisba. Sehingga, PKL dapat materi penyuluhan keagamaan, kebersihan dan kesehatan. PKL juga dibebankan sewa Rp15 ribu per hari untuk mengganti anggaran yang dikeluarkan kampus.
Rektor Unisba, Thaufiq Boesoiri, mengaku sebelumnya sudah berkoordinasi dengan jajaran pemerintah mengenai hal ini. "Sebelum kami membangun sudah diundang Satpol PP, Diskamtam, unsur kecamatan dan kelurahan. Karena, adanya PKL membuat lingkungan kumuh tidak terkendali dan mengganggu kenyamanan hidup kami," kata Thaufiq, di Rektorat Unisba, Jalan Tamansari, Rabu (28/8/2013).
Pihak Unisba juga sudah memaparkan konsep dan rancangan bangunan penataan. Akan tetapi, berkali-kali rapat tidak ada realisasi. Unisba pun melakukan penataan dengan anggaran Rp458 juta.
Puluhan terpal yang mulanya berada di sepanjang jalan depan kampus Unisba ditertibkan, diganti dengan tiang besi dan atap fiber transparan. Setidaknya 48 pedagang kaki lima (PKL) sudah menempati lokasi dua minggu sebelum Lebaran kemarin.
Thaufiq mengaku, pihaknya terpaksa mendirikan tenda permanen di lahan bekas taman. "Karena ketidaktegasan Pemkot, akhirnya kami mengambilalih untuk mengatasi kekumuhan tadi. Kalau direlokasi bukan wewenang kami. Kalau mau dimasukkan ke dalam, kami kekurangan lahan bahkan untuk pendidikan," ujar dia.
Dia pun mengaku siap memfungsikan lagi taman jika ditindak oleh Pemkot Bandung. "Tapi syaratnya pemerintah bisa bersihkan PKL," kata Thaufiq.
Hingga saat ini dia menerangkan, para PKL berada di bawah koordinasi Paguyuban bersama istri pegawai Unisba. Sehingga, PKL dapat materi penyuluhan keagamaan, kebersihan dan kesehatan. PKL juga dibebankan sewa Rp15 ribu per hari untuk mengganti anggaran yang dikeluarkan kampus.
(rsa)