Pesta miras, relawan pendidikan asal Jerman tewas

Pesta miras, relawan pendidikan asal Jerman tewas
A
A
A
Sindonews.com – Seorang pemuda berkewarganegaraan Jerman, Lukas Beckstett (19) tewas setelah pesta minuman keras bersama teman – temannya. Sebelumnya, Lukas sempat dirawat di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Rekan korban, Richo Vino Subangkit (23) mengatakan korban bersama teman – temannya memang sempat minum miras jenis Whisky di Hotel Pandanaran Semarang pada Selasa (20/8) malam.
“Sampai tertidur. Esoknya bangun dan sempat berenang bareng. Tapi malam harinya kejang – kejang,” katanya di kamar mayat RSUP Kariadi Semarang, Kamis (22/8/2013).
Richo mengetahui hal itu, karena korban menginap di rumah kontrakannya di Jalan Pamularsih, Kecamatan Semarang Barat. Korban sempat ditawari mie instan dan minuman teh panas, tetapi menolak. Korban sempat meminum es teh namun kembali kejang dan muntah.
“Akhirnya dibawa ke RSUP Kariadi Rabu 21 Agustus 2013 sekitar pukul 00.30, sempat dirawat. Tapi tidak lama, sekitar dua jam, meninggal,” jelasnya.
Korban diketahui sempat mengalami pendarahan di kepala dan hidung. Melihat kondisi itu, dokter setempat menginformasikan ke Polrestabes Semarang. Jenazah sendiri dilakukan visum.
Dokter spesialis forensik dan medicolegal RSUP Dr Kariadi Semarang, Gatot Suharto, belum bisa memastikan penyebab pasti kematian korban.
“Dugaannya karena serangan jantung,” timpalnya.
Kematian korban belum bisa dipastikan penyebabnya, pasalnya jenazah belum dilakukan autopsi yang memang harus mendapat persetujuan dari pihak keluarga.
Kapolda Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Dwi Priyatno dan Kapolrestabes Semarang, Komisaris Besar Elan Subilan, langsung menuju kamar mayat begitu menerima informasi itu. Dwi membenarkan adanya luka di kepala korban.
“Penyebabnya bisa saja jatuh, bisa juga terluka setelah meninggal. Penyebab pastinya belum bisa disimpulkan, proses autopsi harus seizin keluarga dan kedutaan besar, kami masih menunggu persetujuan itu,” kata Dwi.
Sejauh ini, kata dia, berbagai keterangan masih dikumpulkan pihaknya. Sejumlah saksi dimintai keterangan, di Polrestabes Semarang.
Informasi yang didapat, korban adalah relawan Dejavato Foundation. Seorang rekan korban sesama relawan yang dimintai keterangan di Polrestabes Semarang mengatakan masa tugas korban sudah berakhir sejak 2 Agustus 2013.
“Relawan jangka panjang di bidang pendidikan, sejak September tahun lalu. Informasinya saya belum tahu jelas. Tapi masa tugasnya selesai 2 Agustus lalu,” kata sumber yang enggan disebut namanya itu.
Menurutnya, pada 2 Agustus, korban sempat pamitan pergi ke Bali bertemu kakaknya. Tugas kerelawanan sudah selesai, tapi Dejavato biasanya tetap saling berkomunikasi.
“Saya diberi informasi oleh Vino, kalau Lukas meninggal. Vino teman Lukas, tapi Vino bukan relawan organsisasi, bukan relawan Dejavato. Di organsisasi ini (Dejavato) ada aturan khusus selama bertugas, relawan tidak boleh minum miras,” tandasnya.
Rekan korban, Richo Vino Subangkit (23) mengatakan korban bersama teman – temannya memang sempat minum miras jenis Whisky di Hotel Pandanaran Semarang pada Selasa (20/8) malam.
“Sampai tertidur. Esoknya bangun dan sempat berenang bareng. Tapi malam harinya kejang – kejang,” katanya di kamar mayat RSUP Kariadi Semarang, Kamis (22/8/2013).
Richo mengetahui hal itu, karena korban menginap di rumah kontrakannya di Jalan Pamularsih, Kecamatan Semarang Barat. Korban sempat ditawari mie instan dan minuman teh panas, tetapi menolak. Korban sempat meminum es teh namun kembali kejang dan muntah.
“Akhirnya dibawa ke RSUP Kariadi Rabu 21 Agustus 2013 sekitar pukul 00.30, sempat dirawat. Tapi tidak lama, sekitar dua jam, meninggal,” jelasnya.
Korban diketahui sempat mengalami pendarahan di kepala dan hidung. Melihat kondisi itu, dokter setempat menginformasikan ke Polrestabes Semarang. Jenazah sendiri dilakukan visum.
Dokter spesialis forensik dan medicolegal RSUP Dr Kariadi Semarang, Gatot Suharto, belum bisa memastikan penyebab pasti kematian korban.
“Dugaannya karena serangan jantung,” timpalnya.
Kematian korban belum bisa dipastikan penyebabnya, pasalnya jenazah belum dilakukan autopsi yang memang harus mendapat persetujuan dari pihak keluarga.
Kapolda Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Dwi Priyatno dan Kapolrestabes Semarang, Komisaris Besar Elan Subilan, langsung menuju kamar mayat begitu menerima informasi itu. Dwi membenarkan adanya luka di kepala korban.
“Penyebabnya bisa saja jatuh, bisa juga terluka setelah meninggal. Penyebab pastinya belum bisa disimpulkan, proses autopsi harus seizin keluarga dan kedutaan besar, kami masih menunggu persetujuan itu,” kata Dwi.
Sejauh ini, kata dia, berbagai keterangan masih dikumpulkan pihaknya. Sejumlah saksi dimintai keterangan, di Polrestabes Semarang.
Informasi yang didapat, korban adalah relawan Dejavato Foundation. Seorang rekan korban sesama relawan yang dimintai keterangan di Polrestabes Semarang mengatakan masa tugas korban sudah berakhir sejak 2 Agustus 2013.
“Relawan jangka panjang di bidang pendidikan, sejak September tahun lalu. Informasinya saya belum tahu jelas. Tapi masa tugasnya selesai 2 Agustus lalu,” kata sumber yang enggan disebut namanya itu.
Menurutnya, pada 2 Agustus, korban sempat pamitan pergi ke Bali bertemu kakaknya. Tugas kerelawanan sudah selesai, tapi Dejavato biasanya tetap saling berkomunikasi.
“Saya diberi informasi oleh Vino, kalau Lukas meninggal. Vino teman Lukas, tapi Vino bukan relawan organsisasi, bukan relawan Dejavato. Di organsisasi ini (Dejavato) ada aturan khusus selama bertugas, relawan tidak boleh minum miras,” tandasnya.
(lns)