Warga 4 dusun di Kulonprogo kesulitan air bersih
A
A
A
Sindonews.com - Musim kemarau mulai dirasakan warga Kulonprogo. Warga empat dusun dari dua desa, Kalirejo dan Hargotirto, Kecamatan Kokap, mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Akibatnya, merekapun kini terpaksa mengandalkan air dari beberapa mata air kecil untuk keperluan sehari-hari.
Salah satu warga Dusun Plampang II, Kalirejo, Narko (45) mengatakan, debit aliran air dari sumber mata air besar yang disalurkan ke bak penampungan di rumahnya dengan selang panjang sudah semakin kecil.
Bahkan, air beberapa kali tidak mengalir lagi. Dia terpaksa mengambil air dari sumber mata air kecil, yang berjarak 500 meter dari rumah.
“Air yang ada di sana juga tidak terlalu banyak. Untuk mengisi penampung di rumah saya harus bolak-balik lima kali dengan jeriken berisi 10 liter. Airnya untuk keperluan sehari-hari,” kata Narko, Rabu (21/8/2013).
Narko tidak sendirian. Warga lain di dusunnya melakukan hal serupa setelah air bersih semakin jarang didapatkan seminggu terakhir. Saat ini sebagian warga sudah mulai beralih ke beberapa belik atau sumber air untuk kebutuhan air bersih untuk keperluan minum, masak dan mandi.
Sedangkan untuk keperluan mencuci, warga memanfaatkan aliraan air sungai yang berjarak sekitar satu kilometer dari desa. Dari pengalaman tahun sebelumnya, bulan-bulan puncak musim kemarau ini air semakin sulit didapatkan. Dia juga memperkirrakan beberapa belik dan mata air kecil di dusunnya akan mengering bila tak ada hujan dalam 10 hari ke depan.
“Sekarang sudah mulai asat (surut) airnya. Kalau tidak ada hujan, kurang dari dua minggu lagi mungkin air sudah benar-benar susut. Mencari air bersih untuk keperluan sehari-hari akan semakin sulit,” imbuhnya.
Mujiyono (51) warga Dusun Sebatang, Hargotirto menambahkan, sebagian warga dusun bagian atas di wilayahnya juga mulai kesulitan air. Debit air pada selang dari mata air sudah tak banyak lagi. Warga kini mengambil air dengan jeriken di sumber air terdekat.
Salah satu warga Dusun Plampang II, Kalirejo, Narko (45) mengatakan, debit aliran air dari sumber mata air besar yang disalurkan ke bak penampungan di rumahnya dengan selang panjang sudah semakin kecil.
Bahkan, air beberapa kali tidak mengalir lagi. Dia terpaksa mengambil air dari sumber mata air kecil, yang berjarak 500 meter dari rumah.
“Air yang ada di sana juga tidak terlalu banyak. Untuk mengisi penampung di rumah saya harus bolak-balik lima kali dengan jeriken berisi 10 liter. Airnya untuk keperluan sehari-hari,” kata Narko, Rabu (21/8/2013).
Narko tidak sendirian. Warga lain di dusunnya melakukan hal serupa setelah air bersih semakin jarang didapatkan seminggu terakhir. Saat ini sebagian warga sudah mulai beralih ke beberapa belik atau sumber air untuk kebutuhan air bersih untuk keperluan minum, masak dan mandi.
Sedangkan untuk keperluan mencuci, warga memanfaatkan aliraan air sungai yang berjarak sekitar satu kilometer dari desa. Dari pengalaman tahun sebelumnya, bulan-bulan puncak musim kemarau ini air semakin sulit didapatkan. Dia juga memperkirrakan beberapa belik dan mata air kecil di dusunnya akan mengering bila tak ada hujan dalam 10 hari ke depan.
“Sekarang sudah mulai asat (surut) airnya. Kalau tidak ada hujan, kurang dari dua minggu lagi mungkin air sudah benar-benar susut. Mencari air bersih untuk keperluan sehari-hari akan semakin sulit,” imbuhnya.
Mujiyono (51) warga Dusun Sebatang, Hargotirto menambahkan, sebagian warga dusun bagian atas di wilayahnya juga mulai kesulitan air. Debit air pada selang dari mata air sudah tak banyak lagi. Warga kini mengambil air dengan jeriken di sumber air terdekat.
(rsa)