Revitalisasi pasar gagal, bangunan mangkrak
A
A
A
Sindonews.com – Upaya Pemerintah Kota Semarang merevitalisasi pasar-pasar tradisional dinilai gagal. Sebab, sampai sekarang banyak kios di pasar yang memiliki bangunan megah tersebut mangkrak tak berfungsi.
Pasar Sampangan misalnya, pasar yang baru digunakan oleh pedagang pada 27 Februari 2012 lalu, kini kondisinya memprihatinkan. Dari pantauan KORAN SINDO kemarin, bangunan pasar megah berlantai tiga tersebut, hanya dua lantai yang digunakan oleh pedagang untuk aktivitas jual beli.
Sementara, kondisi lengang terlihat di lantai tiga pasar tersebut. Tempat paling atas yang awalnya difungsikan sebagai lokasi berjualan bagi pedagang makanan itu, kondisinya lengang tak berpenghuni.
Puluhan kios yang ada di lantai tersebut hingga kini kosong. Tak ada satupun aktivitas pedagang di tempat itu.
“Pedagang tidak mau disuruh berjualan di atas, soalnya dulu pernah berjualan di sana, kondisinya sepi pembeli. Lagi pula siapa yang mau ke lantai atas, orang sudah capek karena harus naik tangga cukup tinggi untuk mencapainya,” kata Muntamah, 62, pedagang sembako di pasar Sampangan, Selasa (20/8/2013).
Hal tersebut dibenarkan Ny Eni,51, salah satu pembeli di pasar tersebut.
Menurut dia, konsep design pasar Sampangan tidak sesuai dengan pasar tradisional. Lokasinya yang bertingkat dan hanya memiliki akses tangga, membuat pembeli enggan menuju tempat itu.
“Malas ke lantai atas, sudah capek dan tidak kuat kalau harus menaiki tangga ke lantai itu,” kata dia.
Tidak hanya di pasar Sampangan, kondisi serupa juga terlihat di pasar Mrican Kota Semarang. Lantai dua pasar tersebut yang sebetulnya diperuntukkan bagi pedagang buah, kosong tak berpenghuni.
Para pedagang lebih memilih berjualan buah di pinggir jalan yang terletak di depan pasar. Mereka membangun lapak-lapak di sepanjang jalan, sehingga menambah semerawutnya kemacetan di kawasan itu.
“Dulu setelah pasar ini jadi, kami memang disuruh berjualan di sana, tapi kondisinya sepi karena pembeli tidak mau ke atas, akhirnya kami memilih berjualan di pinggir jalan daripada menempati lokasi pasar,” kata Ponimah,55, pedagang buah di pasar Mrican yang sudah berjualan selama 12 tahun.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pasar Kota Semarang, Nugroho saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya mengaku tidak turut andil dalam perencanaan revitalisasi pasar tradisional di Kota Semarang.
Menurutnya, ia hanya melanjutkan apa yang telah dikonsep pendahulunya sejak dulu.
“Mengenai konsep design pasar tradisional, saya tidak tahu, sebab saya hanya meneruskan saja. Saya rasa pembangunan tersebut sudah melalui perencanaan yang matang,” jawabnya.
Meski begitu, Nugroho berjanji akan terus melakukan evaluasi pembenahan pasar tradisional di Kota Semarang. Ia akan memerintahkan jajaran kepala pasar, untuk terus bekerja ekstra untuk mengatasi permasalahan itu.
Mengenai pedagang yang memilih berjualan di pinggir jalan dibanding di dalam pasar, Nugroho mengatakan pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menertibkannya.
“Mestinya tidak boleh berjualan di pinggir jalan, kita sudah memfasilitasi dengan membuatkan tempat di dalam pasar, kami akan terus berupaya mengajak mereka memanfaatkan lokasi yang ada. Jika tetap membandel, kami akan melakukan penertiban bersama petugas terkait (Satpol PP),” pungkasnya.
Pasar Sampangan misalnya, pasar yang baru digunakan oleh pedagang pada 27 Februari 2012 lalu, kini kondisinya memprihatinkan. Dari pantauan KORAN SINDO kemarin, bangunan pasar megah berlantai tiga tersebut, hanya dua lantai yang digunakan oleh pedagang untuk aktivitas jual beli.
Sementara, kondisi lengang terlihat di lantai tiga pasar tersebut. Tempat paling atas yang awalnya difungsikan sebagai lokasi berjualan bagi pedagang makanan itu, kondisinya lengang tak berpenghuni.
Puluhan kios yang ada di lantai tersebut hingga kini kosong. Tak ada satupun aktivitas pedagang di tempat itu.
“Pedagang tidak mau disuruh berjualan di atas, soalnya dulu pernah berjualan di sana, kondisinya sepi pembeli. Lagi pula siapa yang mau ke lantai atas, orang sudah capek karena harus naik tangga cukup tinggi untuk mencapainya,” kata Muntamah, 62, pedagang sembako di pasar Sampangan, Selasa (20/8/2013).
Hal tersebut dibenarkan Ny Eni,51, salah satu pembeli di pasar tersebut.
Menurut dia, konsep design pasar Sampangan tidak sesuai dengan pasar tradisional. Lokasinya yang bertingkat dan hanya memiliki akses tangga, membuat pembeli enggan menuju tempat itu.
“Malas ke lantai atas, sudah capek dan tidak kuat kalau harus menaiki tangga ke lantai itu,” kata dia.
Tidak hanya di pasar Sampangan, kondisi serupa juga terlihat di pasar Mrican Kota Semarang. Lantai dua pasar tersebut yang sebetulnya diperuntukkan bagi pedagang buah, kosong tak berpenghuni.
Para pedagang lebih memilih berjualan buah di pinggir jalan yang terletak di depan pasar. Mereka membangun lapak-lapak di sepanjang jalan, sehingga menambah semerawutnya kemacetan di kawasan itu.
“Dulu setelah pasar ini jadi, kami memang disuruh berjualan di sana, tapi kondisinya sepi karena pembeli tidak mau ke atas, akhirnya kami memilih berjualan di pinggir jalan daripada menempati lokasi pasar,” kata Ponimah,55, pedagang buah di pasar Mrican yang sudah berjualan selama 12 tahun.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pasar Kota Semarang, Nugroho saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya mengaku tidak turut andil dalam perencanaan revitalisasi pasar tradisional di Kota Semarang.
Menurutnya, ia hanya melanjutkan apa yang telah dikonsep pendahulunya sejak dulu.
“Mengenai konsep design pasar tradisional, saya tidak tahu, sebab saya hanya meneruskan saja. Saya rasa pembangunan tersebut sudah melalui perencanaan yang matang,” jawabnya.
Meski begitu, Nugroho berjanji akan terus melakukan evaluasi pembenahan pasar tradisional di Kota Semarang. Ia akan memerintahkan jajaran kepala pasar, untuk terus bekerja ekstra untuk mengatasi permasalahan itu.
Mengenai pedagang yang memilih berjualan di pinggir jalan dibanding di dalam pasar, Nugroho mengatakan pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk menertibkannya.
“Mestinya tidak boleh berjualan di pinggir jalan, kita sudah memfasilitasi dengan membuatkan tempat di dalam pasar, kami akan terus berupaya mengajak mereka memanfaatkan lokasi yang ada. Jika tetap membandel, kami akan melakukan penertiban bersama petugas terkait (Satpol PP),” pungkasnya.
(lns)