Kemarau basah berkah bagi petani
A
A
A
Sindonews.com - Cuaca kemarau basah dan masih sering turunnya hujan tahun ini, menjadi berkah tersendiri bagi petani padi. Sebab, musim tanam padi tahun ini dipastikan akan berlangsung tiga kali.
Pantauan SINDO di area persawahan Semarang Barat, tepatnya di sepanjang lokasi Bandara Ahmad Yani Kota Semarang, Selasa (20/8/2013), para petani memulai aktivitas tanam padi setelah panen selesai. Mereka mengaku senang karena musim tanam ketigakalinya tahun ini, air masih berlimpah karena hujan masih sering turun.
"Di sini memang biasanya tanam tiga kali setahun, tapi tahun ini beda, karena air masih berlimpah dan hujan juga masih sesekali turun," kata Suprihatin (39), seorang pemilik sawah asal Salaman Mulyo Kecamatan Semarang Barat.
Suprihatin menambahkan, tahun lalu petani kesulitan saat musim tanam ke tiga seperti sekarang ini. Sebab, mereka terpaksa mengeluarkan biaya lebih besar untuk proses pengairan dengan cara menyedot air dari sungai dan mengalirkannya ke sawah dengan menggunakan mesin.
"Untuk keperluan itu, kami terpaksa mengeluarkan biayanya lumayan besar, kami terpaksa melakukannya, jika tidak padi akan kekeringan dan gagal panen," imbuhnya.
Hal senada juga dikatakan Slamet (74), pemilik sawah lainnya. Slamet optimis hasil panen dari musim tanam yang ketigakalinya tahun ini akan berhasil.
"Melihat cuaca seperti ini, saya optimis hasil panen lebih baik dibanding tahun lalu," kata dia.
Meski begitu, cuaca kemarau basah juga menyebabkan petani mengalami puso saat panen kemarin. Hal ini disebabkan curah hujan yang tinggi diikuti terpaan angin yang cukup kencang. Hujan dan angin yang terjadi beberapa bulan lalu tersebut menyebabkan bunga padi berjatuhan. Selain itu, wabah walangsangit juga menyebabkan petani merugi.
"Sepertinya musim tanam ini cuaca lebih bersahabat, kami harap hasil panen terakhir tahun ini berlimpah," pungkas Slamet.
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng, Reni Kraningtyas membenarkan bahwa saat ini cuaca yang terjadi adalah kemarau basah. Meski kemarau, curah hujan akan diprediksikan tetap turun.
“Seharusnya, saat ini sudah musim kemarau, namun karena adanya peningkatan anomali suhu permukaan air laut sekitar satu hingga dua derajat, membuat adanya penumpukan udara kawasan Jateng, hal inilah yang menyebabkan hujan masih berpotensi terjadi,” kata dia.
Meski begitu, pola cuaca saat musim kemarau basah tersebut ujar Reni tidak menentu dan terkesan sporadic. Hujan lebat besarta angin kencang dan petir menyambar bisa saja terjadi meskipun cuaca terik.
“Meski hujan masih berpotensi turun, namun juga diikuti petir dan angin kencang, hal ini dapat mengancam sector pertanian. Para petani harus memperlakukan tanamannya secara ekstra agar mereka tidak mengalami gagal panen,” pungkasnya.
Pantauan SINDO di area persawahan Semarang Barat, tepatnya di sepanjang lokasi Bandara Ahmad Yani Kota Semarang, Selasa (20/8/2013), para petani memulai aktivitas tanam padi setelah panen selesai. Mereka mengaku senang karena musim tanam ketigakalinya tahun ini, air masih berlimpah karena hujan masih sering turun.
"Di sini memang biasanya tanam tiga kali setahun, tapi tahun ini beda, karena air masih berlimpah dan hujan juga masih sesekali turun," kata Suprihatin (39), seorang pemilik sawah asal Salaman Mulyo Kecamatan Semarang Barat.
Suprihatin menambahkan, tahun lalu petani kesulitan saat musim tanam ke tiga seperti sekarang ini. Sebab, mereka terpaksa mengeluarkan biaya lebih besar untuk proses pengairan dengan cara menyedot air dari sungai dan mengalirkannya ke sawah dengan menggunakan mesin.
"Untuk keperluan itu, kami terpaksa mengeluarkan biayanya lumayan besar, kami terpaksa melakukannya, jika tidak padi akan kekeringan dan gagal panen," imbuhnya.
Hal senada juga dikatakan Slamet (74), pemilik sawah lainnya. Slamet optimis hasil panen dari musim tanam yang ketigakalinya tahun ini akan berhasil.
"Melihat cuaca seperti ini, saya optimis hasil panen lebih baik dibanding tahun lalu," kata dia.
Meski begitu, cuaca kemarau basah juga menyebabkan petani mengalami puso saat panen kemarin. Hal ini disebabkan curah hujan yang tinggi diikuti terpaan angin yang cukup kencang. Hujan dan angin yang terjadi beberapa bulan lalu tersebut menyebabkan bunga padi berjatuhan. Selain itu, wabah walangsangit juga menyebabkan petani merugi.
"Sepertinya musim tanam ini cuaca lebih bersahabat, kami harap hasil panen terakhir tahun ini berlimpah," pungkas Slamet.
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng, Reni Kraningtyas membenarkan bahwa saat ini cuaca yang terjadi adalah kemarau basah. Meski kemarau, curah hujan akan diprediksikan tetap turun.
“Seharusnya, saat ini sudah musim kemarau, namun karena adanya peningkatan anomali suhu permukaan air laut sekitar satu hingga dua derajat, membuat adanya penumpukan udara kawasan Jateng, hal inilah yang menyebabkan hujan masih berpotensi terjadi,” kata dia.
Meski begitu, pola cuaca saat musim kemarau basah tersebut ujar Reni tidak menentu dan terkesan sporadic. Hujan lebat besarta angin kencang dan petir menyambar bisa saja terjadi meskipun cuaca terik.
“Meski hujan masih berpotensi turun, namun juga diikuti petir dan angin kencang, hal ini dapat mengancam sector pertanian. Para petani harus memperlakukan tanamannya secara ekstra agar mereka tidak mengalami gagal panen,” pungkasnya.
(rsa)