Siswa SD trauma, polisi diminta tak obral gas air mata
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan siswa SDN 1 Sesetan, Denpasar, banyak yang mengalami trauma dengan kejadian bentrokan yang terjadi di samping sekolah mereka saat pengeksekusian Swalayan Karya Sari, yang terletak di Jalan Pulau Saelus, Denpasar, Bali, Selasa (2/8/2013) siang tadi.
Trauma yang dialami siswa SDN I Sesetan Denpasar itu terjadi setelah mereka menjadi korban gas air mata saat pengeksekusian lahan tersebut.
Selain warga dan orang tua siswa keprihatinan disampaikan Wakil Ketua DPRD Bali I Gusti Bagus Alit Putra yang mengaku tersentak dengan insiden tersebut.
"Kalau sampai anak-anak sekolah ikut terkena gas air mata tentu sangat disesalkan, mereka tentu akan merasakan trauma berkepanjangan dengan kejadian ini," kata Alit Putra, Selasa (20/8/2013).
Karenanya, dia meminta pihak kepolisian segera melakukan evaluasi terkait penggunaan gas air mata saat eksekusi lahan yang ditempati ahli waris Nyoman Handris dan keluarganya itu.
"Yang kita khawatirkan anak-anak itu bisa trauma berkepanjangan. Saya saja teringat sampai sekarang kalau dengar ada ledakan keras atau dengar, suara tembakan," sesal politikus Partai Demokrat tersebut.
Menurutnya, sebelum melakukan eksekusi kepolisian mestinya sudah memetakan situasi di lokasi, apalagi berada dekat lingkungan sekolah yakin SD Negeri I Sesetan dan SMP K Harapan dan SMAK Harapan.
"Polisi mestinya melokalisir, mensterilkan areal yang dianggap berbahaya dan rawan ketika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti saat eksekusi lahan oleh PN Denpasar itu. Karena lokasinya berdekatan dengan sengketa, tidak ada salahnya berkoordinasi dengan pihak sekolah jika perlu anak-anak sekolah diliburkan dahulu mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," tegasnya.
Diketahui, tembakan gas air mata petugas tidak hanya mengakibatkan trauma warga di sekitar lokasi namun juga menimbulkan ratusan anak-anak SD Negeri 1 Sesetan histeris ketakutan.
Sementara, Wakapolresta Denpasar AKBP I Gusti Kadek Hari Arsana berdalih tembakan gas air mata terpaksa guna membubarkan massa karena situasi menjadi tak terkendali.
"Massa terus memprovokasi petugas dengan lemparan batu sehingga terpaksa gas air mata ditembakkan. Kita menembakkan gas air mata sudah sesuai SOP. Kalau mengenai anak-anak SD kita sudah mengimbau sebelumnya tentang rencana eksekusi. Kebetulan angin berhembus keras sehingga sampai ke mana mana," dalihnya.
Trauma yang dialami siswa SDN I Sesetan Denpasar itu terjadi setelah mereka menjadi korban gas air mata saat pengeksekusian lahan tersebut.
Selain warga dan orang tua siswa keprihatinan disampaikan Wakil Ketua DPRD Bali I Gusti Bagus Alit Putra yang mengaku tersentak dengan insiden tersebut.
"Kalau sampai anak-anak sekolah ikut terkena gas air mata tentu sangat disesalkan, mereka tentu akan merasakan trauma berkepanjangan dengan kejadian ini," kata Alit Putra, Selasa (20/8/2013).
Karenanya, dia meminta pihak kepolisian segera melakukan evaluasi terkait penggunaan gas air mata saat eksekusi lahan yang ditempati ahli waris Nyoman Handris dan keluarganya itu.
"Yang kita khawatirkan anak-anak itu bisa trauma berkepanjangan. Saya saja teringat sampai sekarang kalau dengar ada ledakan keras atau dengar, suara tembakan," sesal politikus Partai Demokrat tersebut.
Menurutnya, sebelum melakukan eksekusi kepolisian mestinya sudah memetakan situasi di lokasi, apalagi berada dekat lingkungan sekolah yakin SD Negeri I Sesetan dan SMP K Harapan dan SMAK Harapan.
"Polisi mestinya melokalisir, mensterilkan areal yang dianggap berbahaya dan rawan ketika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti saat eksekusi lahan oleh PN Denpasar itu. Karena lokasinya berdekatan dengan sengketa, tidak ada salahnya berkoordinasi dengan pihak sekolah jika perlu anak-anak sekolah diliburkan dahulu mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," tegasnya.
Diketahui, tembakan gas air mata petugas tidak hanya mengakibatkan trauma warga di sekitar lokasi namun juga menimbulkan ratusan anak-anak SD Negeri 1 Sesetan histeris ketakutan.
Sementara, Wakapolresta Denpasar AKBP I Gusti Kadek Hari Arsana berdalih tembakan gas air mata terpaksa guna membubarkan massa karena situasi menjadi tak terkendali.
"Massa terus memprovokasi petugas dengan lemparan batu sehingga terpaksa gas air mata ditembakkan. Kita menembakkan gas air mata sudah sesuai SOP. Kalau mengenai anak-anak SD kita sudah mengimbau sebelumnya tentang rencana eksekusi. Kebetulan angin berhembus keras sehingga sampai ke mana mana," dalihnya.
(rsa)