Penghuni Lapas Magelang buat springbed
A
A
A
SIANG ini Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Magelang terlihat ramai. Para warga binaan berduyun-duyun menuju masjid untuk menjalankan salat juhur secara berjamaah.
Saat wartawan berkunjung, langsung disambut Kepala Lapas II A Magelang, I Made Darma Jaya untuk dipersilakan di ruang kantornya. I Made kemudian menceritakan sejumlah kegiatan para binaannya selama di dalam Lapas.
Selain kegiatan kerohanian, katanya, para penghuni Lapas juga dibekali keterampilan. Salah satunya adalah membuat kasur pegas. "Banyak kegiatan di sini. Namun, yang mungkin jarang ada di Lapas lain adalah membuat springbed," ujar I Made, kepada wartawan, Selasa (14/8/2013).
Usai menjalankan salat juhur, I Made menunjukkan lokasi pembuatan springbed itu. Sebuah ruang yang menyerupai gudang berukuran sekira 8X5 meter, terlihat empat orang mengenakan baju tahanan sedang merajut kasur pegas. Mereka pun menyambut ramah saat diajak berjabat tangan.
I Made mengatakan, membuat springbed bermacam ukuran dimulai sejak awal tahun 2013. Ada sekitar 10 orang yang menekuni pembuatan springbed ini. "Semua dilakukan di dalam Lapas," lanjutnya.
Dia menuturkan, aktivitas produksi springbed ini jadi salah satu program yang dikembangkan di dalam tahanan. Sejauh ini, hasil produksi springbed banyak mendapat pesanan, meskipun baru datang dari pegawai tahanan sendiri.
"Sudah banyak yang memesan, karena hasilnya tidak kalah dengan yang ada di toko dan harga juga terjangkau," paparnya.
Produk springbed kreasi tangan mereka cukup baik dan laik dijual secara umum. Ada berbagai ukuran yang bisa dibuat, seperti ukuran 160x200 cm dan 180x200 cm. Selain itu menerima ukuran sesuai pesanan konsumen. Harga pun cukup terjangkau, mulai Rp1.700.000 (ukuran 160x200 cm) dan Rp1.900.000 (ukuran 180x200 cm).
Untuk bahan yang digunakan, terangnya, semua diambil dari daerah Wonosobo, seperti kain, per (pegas), besi, kawat, dan lem. Proses pembuatan pun cukup sederhana, dimulai dari pemotongan kain, menjahit, pemasangan pegas, dan merangkainya menjadi kasur.
"Waktu pembuatan tergantung ukuran. Rata-rata satu buah springbed dibuat selama 4 hari atau paling lama seminggu. Sejauh ini mereka sudah menghasilkan lebih dari 20 buah," tuturnya.
Selain membuat springbed, tambah I Made, para napi diberi pelatihan atau kursus berbagai keahlian dari las, bengkel, hingga bangunan.
Hal ini dilakukan agar para warga binaan tetap memiliki skill yang bisa dikembangkan selepas mereka keluar dari tahanan. Program ini pun terbilang cukup berhasil, karena tidak sedikit eks warga binaan memiliki usaha mandiri di tempat tinggalnya masing-masing.
"Lagipula dari pada mereka jenuh tanpa ada kegiatan, lebih baik kita beri pelatihan dan usaha. Usaha springbed ini termasuk paling anyar yang dikembangkan setelah mereka mengikuti pelatihan," katanya.
Agus S (30), salah satu perajin mengaku, kegiatan pembuatan springbed ini sangat bermanfaat. Selain mengisi hari-hari di dalam Lapas, juga bisa jadi modal usaha selepas keluar dari tahanan.
"Sudah beberapa bulan ini saya ikut tim membuat springbed. Tentu sangat senang bisa membuat kasur pegas. Harapannya setelah keluar bisa mengembangkan usaha sendiri di rumah," katanya yang mengaku masuk Lapas baru satu tahun dari hukuman selama empat tahun.
Senada disampaikan Puji, perajin lainnya yang ikut membuat springbed. Laki-laki yang dihukum 4,5 tahun ini bangga bisa membuat springbed selama di dalam tahanan.
"Dari pada jenuh, lebih baik ikutan membuat kasur dan ternyata menyenangkan. Sebelum di tahan, malah saya tidak bisa membuat. Harapannya bisa buka usaha sendiri setelah keluar nanti," tandasnya.
Saat wartawan berkunjung, langsung disambut Kepala Lapas II A Magelang, I Made Darma Jaya untuk dipersilakan di ruang kantornya. I Made kemudian menceritakan sejumlah kegiatan para binaannya selama di dalam Lapas.
Selain kegiatan kerohanian, katanya, para penghuni Lapas juga dibekali keterampilan. Salah satunya adalah membuat kasur pegas. "Banyak kegiatan di sini. Namun, yang mungkin jarang ada di Lapas lain adalah membuat springbed," ujar I Made, kepada wartawan, Selasa (14/8/2013).
Usai menjalankan salat juhur, I Made menunjukkan lokasi pembuatan springbed itu. Sebuah ruang yang menyerupai gudang berukuran sekira 8X5 meter, terlihat empat orang mengenakan baju tahanan sedang merajut kasur pegas. Mereka pun menyambut ramah saat diajak berjabat tangan.
I Made mengatakan, membuat springbed bermacam ukuran dimulai sejak awal tahun 2013. Ada sekitar 10 orang yang menekuni pembuatan springbed ini. "Semua dilakukan di dalam Lapas," lanjutnya.
Dia menuturkan, aktivitas produksi springbed ini jadi salah satu program yang dikembangkan di dalam tahanan. Sejauh ini, hasil produksi springbed banyak mendapat pesanan, meskipun baru datang dari pegawai tahanan sendiri.
"Sudah banyak yang memesan, karena hasilnya tidak kalah dengan yang ada di toko dan harga juga terjangkau," paparnya.
Produk springbed kreasi tangan mereka cukup baik dan laik dijual secara umum. Ada berbagai ukuran yang bisa dibuat, seperti ukuran 160x200 cm dan 180x200 cm. Selain itu menerima ukuran sesuai pesanan konsumen. Harga pun cukup terjangkau, mulai Rp1.700.000 (ukuran 160x200 cm) dan Rp1.900.000 (ukuran 180x200 cm).
Untuk bahan yang digunakan, terangnya, semua diambil dari daerah Wonosobo, seperti kain, per (pegas), besi, kawat, dan lem. Proses pembuatan pun cukup sederhana, dimulai dari pemotongan kain, menjahit, pemasangan pegas, dan merangkainya menjadi kasur.
"Waktu pembuatan tergantung ukuran. Rata-rata satu buah springbed dibuat selama 4 hari atau paling lama seminggu. Sejauh ini mereka sudah menghasilkan lebih dari 20 buah," tuturnya.
Selain membuat springbed, tambah I Made, para napi diberi pelatihan atau kursus berbagai keahlian dari las, bengkel, hingga bangunan.
Hal ini dilakukan agar para warga binaan tetap memiliki skill yang bisa dikembangkan selepas mereka keluar dari tahanan. Program ini pun terbilang cukup berhasil, karena tidak sedikit eks warga binaan memiliki usaha mandiri di tempat tinggalnya masing-masing.
"Lagipula dari pada mereka jenuh tanpa ada kegiatan, lebih baik kita beri pelatihan dan usaha. Usaha springbed ini termasuk paling anyar yang dikembangkan setelah mereka mengikuti pelatihan," katanya.
Agus S (30), salah satu perajin mengaku, kegiatan pembuatan springbed ini sangat bermanfaat. Selain mengisi hari-hari di dalam Lapas, juga bisa jadi modal usaha selepas keluar dari tahanan.
"Sudah beberapa bulan ini saya ikut tim membuat springbed. Tentu sangat senang bisa membuat kasur pegas. Harapannya setelah keluar bisa mengembangkan usaha sendiri di rumah," katanya yang mengaku masuk Lapas baru satu tahun dari hukuman selama empat tahun.
Senada disampaikan Puji, perajin lainnya yang ikut membuat springbed. Laki-laki yang dihukum 4,5 tahun ini bangga bisa membuat springbed selama di dalam tahanan.
"Dari pada jenuh, lebih baik ikutan membuat kasur dan ternyata menyenangkan. Sebelum di tahan, malah saya tidak bisa membuat. Harapannya bisa buka usaha sendiri setelah keluar nanti," tandasnya.
(san)