Umat Konghucu peringati kedatangan Laksamana Cheng Ho
A
A
A
RIBUAN umat Konghuchu di Kota Semarang, tumpah ruah mengikuti acara kirab patung Laksamana Cheng Ho atau Kongco Sam Poo Tay Djien. Kegiatan itu dilakukan untuk memperingati kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Kota Semarang yang ke 608 tahun.
Kegiatan dimulai sejak pukul 05.00 WIB. Pesertanya membawa patung Laksamana Cheng Ho atau Kongco Sam Poo Tay Djien dengan berjalan kaki, dari klenteng Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok, menuju klenteng Sam Poo Kong Gedong Batu, Simongan.
Pawai ini juga dimeriahkan dengan iring-iringan berbagai kesenian tradisional China, seperti Ular Naga, Barongsai, Bekhun atau pengawal berkuda, dan berbagai kesenian lainnya.
Akibat kegiatan tersebut, banyak masyarakat yang menyaksikan arak-arakan yang menyusuri berbagai jalan protokol di Kota Semarang, mulai dari jalan Gang Warung, Kranggan, Depok, Pemuda, kawasan Tugu Muda, Bulu, hingga berakhir di klenteng Sam Poo Kong.
“Ini kegiatan rutin kami setiap tahun untuk memperingati kedatangan Kongco Sam Poo Tay Djien atau yang lebih dikenal dengan Laksamana Cheng Ho di Kota Semarang. Kegiatan ini diselenggarakan setiap bulan ke enam tanggal ke 29 tahun Imlek,” kata Wakil Ketua Kelenteng Tay Kak Sie Aris Pramadi, kepada wartawan, Selasa (6/8/2013).
Dia menambahkan, tujuan kirab adalah untuk melestarikan budaya warisan leluhur. Menurutnya, budaya bangsa yang telah tersebar ke mancanegara tersebut perlu dilestarikan keberadaannya agar tidak punah.
“Selain itu, kirab ini menjadi salah satu upaya untuk mendukung pariwisata di Kota Semarang, kami berharap banyak turis baik lokal maupun internasional yang tertarik datang ke kota ini. Salah satunya karena perayaan kirab seperti ini,” imbuhnya.
Kirab diawali dengan ritual penyalaan lilin raksasa berukuran 6,08 meter di Kelenteng Tay Kak Sie oleh Gubernur Jateng terpilih Ganjar Pranowo. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan bersembahyang bersama.
Tepat pukul 00.00 WIB, Cia Locu (abdi kelenteng) Tay Kak Sie, Yoe Yoe Hok dan Hu Locu (abdi) Yakob, membawa abu Kongco Sam Po Tay Djien menuju kelenteng Sam Poo Kong di Simongan Semarang Barat. Sesampainya di sana, ada sembahyang bersama dan ritual-ritual lainnya.
“Setelah di arak menuju Kelenteng Sam Poo Kong, patung Laksamana Cheng Ho atau Kongco Sam Poo Tay Djien akan dibawa kembali menuju Kelenteng Tay Kak Sie dengan menggunakan kendaraan. Sebelum sampai di Kelenteng Tay Kak Sie, Kongco Sam Po Tay Djien akan diarak dengan jalan kaki di kawasan Pecinan dengan masuk ke semua kelenteng yang ada di wilayah Pecinan Semarang,” pungkasnya.
Arak-arakan kirab patung Laksamana Cheng Ho disambut antusias oleh warga. Banyak masyarakat yang menyaksikan bahkan mengikuti arak-arakan itu.
“Saya sengaja menunggu di kawasan Tugu Muda ini, soalnya tahu kalau peserta kirab akan melintas di daerah ini, sekalian ajak anak dan keluarga refresing melihat peserta kirab dan kesenian lainnya yang menarik,” kata Oki,65, warga Pekundeng Semarang Tengah.
Oki menambahkan, kegiatan seperti itu sangatlah bagus dan harus terus dilestarikan. Hal tersebut dikarenakan untuk mencegah agar generasi penerus tidak lupa dan tetap mengingat serta melestarikan budaya warisan leluhur.
Kegiatan dimulai sejak pukul 05.00 WIB. Pesertanya membawa patung Laksamana Cheng Ho atau Kongco Sam Poo Tay Djien dengan berjalan kaki, dari klenteng Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok, menuju klenteng Sam Poo Kong Gedong Batu, Simongan.
Pawai ini juga dimeriahkan dengan iring-iringan berbagai kesenian tradisional China, seperti Ular Naga, Barongsai, Bekhun atau pengawal berkuda, dan berbagai kesenian lainnya.
Akibat kegiatan tersebut, banyak masyarakat yang menyaksikan arak-arakan yang menyusuri berbagai jalan protokol di Kota Semarang, mulai dari jalan Gang Warung, Kranggan, Depok, Pemuda, kawasan Tugu Muda, Bulu, hingga berakhir di klenteng Sam Poo Kong.
“Ini kegiatan rutin kami setiap tahun untuk memperingati kedatangan Kongco Sam Poo Tay Djien atau yang lebih dikenal dengan Laksamana Cheng Ho di Kota Semarang. Kegiatan ini diselenggarakan setiap bulan ke enam tanggal ke 29 tahun Imlek,” kata Wakil Ketua Kelenteng Tay Kak Sie Aris Pramadi, kepada wartawan, Selasa (6/8/2013).
Dia menambahkan, tujuan kirab adalah untuk melestarikan budaya warisan leluhur. Menurutnya, budaya bangsa yang telah tersebar ke mancanegara tersebut perlu dilestarikan keberadaannya agar tidak punah.
“Selain itu, kirab ini menjadi salah satu upaya untuk mendukung pariwisata di Kota Semarang, kami berharap banyak turis baik lokal maupun internasional yang tertarik datang ke kota ini. Salah satunya karena perayaan kirab seperti ini,” imbuhnya.
Kirab diawali dengan ritual penyalaan lilin raksasa berukuran 6,08 meter di Kelenteng Tay Kak Sie oleh Gubernur Jateng terpilih Ganjar Pranowo. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan bersembahyang bersama.
Tepat pukul 00.00 WIB, Cia Locu (abdi kelenteng) Tay Kak Sie, Yoe Yoe Hok dan Hu Locu (abdi) Yakob, membawa abu Kongco Sam Po Tay Djien menuju kelenteng Sam Poo Kong di Simongan Semarang Barat. Sesampainya di sana, ada sembahyang bersama dan ritual-ritual lainnya.
“Setelah di arak menuju Kelenteng Sam Poo Kong, patung Laksamana Cheng Ho atau Kongco Sam Poo Tay Djien akan dibawa kembali menuju Kelenteng Tay Kak Sie dengan menggunakan kendaraan. Sebelum sampai di Kelenteng Tay Kak Sie, Kongco Sam Po Tay Djien akan diarak dengan jalan kaki di kawasan Pecinan dengan masuk ke semua kelenteng yang ada di wilayah Pecinan Semarang,” pungkasnya.
Arak-arakan kirab patung Laksamana Cheng Ho disambut antusias oleh warga. Banyak masyarakat yang menyaksikan bahkan mengikuti arak-arakan itu.
“Saya sengaja menunggu di kawasan Tugu Muda ini, soalnya tahu kalau peserta kirab akan melintas di daerah ini, sekalian ajak anak dan keluarga refresing melihat peserta kirab dan kesenian lainnya yang menarik,” kata Oki,65, warga Pekundeng Semarang Tengah.
Oki menambahkan, kegiatan seperti itu sangatlah bagus dan harus terus dilestarikan. Hal tersebut dikarenakan untuk mencegah agar generasi penerus tidak lupa dan tetap mengingat serta melestarikan budaya warisan leluhur.
(san)