Banjir bandang terjang Ambon, 8 orang tewas

Selasa, 30 Juli 2013 - 12:19 WIB
Banjir bandang terjang...
Banjir bandang terjang Ambon, 8 orang tewas
A A A
Sindonews.com - Bencana kembali melanda kawasan Maluku. Jika sebelumnya tanggap darurat banjir bandang diberlakukan di kawasan Bendungan Way Ela, pascajebolnya bendungan, pada Kamis 25 Juli 2013. Kini, banjir dan longsor menimpa Kota Ambon, Maluku.

Hujan deras yang terjadi sejak Senin 29 Juli 2013 malam hingga Selasa 30 Juli 2013 siang, menimbulkan banjir dan longsor di beberapa tempat. Akibatnya, permukiman warga yang berada di bantaran sungai, dan lereng perbukitan terkena banjir, dan tanah longsor.

"Wilayah yang terkena banjir dan longsor antara lain, di Galala, Batu Merah, Lapangan Polres Kota, depan Masjid Alfatta, Jalan Diponegoro, Jalan Baru, Soa Bali, dan Jalan Kebon Cengkeh, menuju Asrama Brimob," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam pesan elektroniknya, Selasa (30/7/2013).

Ditambahkan dia, Sungai Moa-Moa menuju Negeri Lima juga terjadi bencana yang sama. Pada tahun lalu, sungai ini juga terjadi banjir bandang yang mengakibatkan sejumlah rumah warga hancur.

"Data sementara dari Dandim 1504/Ambon, banjir dan longsor menyebabkan delapan orang meninggal dunia, dengan rincian dua orang di Ahuru, satu orang di Galunggung, dua orang di Batu Gajah, satu orang di Eri, dua orang di Tanah Tinggi (tanpa identitas)," terangnya.

Selain korban meninggal, bencana tersebut juga mengakibatkan lima orang hilang dan 10 orang menderita luka-luka. Korban hilang terdiri dari satu orang di Ahuru, satu orang di Batu Gajah, dan tiga orang di Batu Meja.

"Banjir dan longsor juga mengakibatkan delapan rumah warga hanyut, satu rumah tertimbun, sekitar 30 rumah rusak," sambungnya.

Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan, tipe hujan Maluku adalah tipe lokal. Artinya tidak dipengaruhi oleh angin muson dari Australia dan Asia, sehingga memiliki musim hujan seperti kebanyakan wilayah Indonesia yang pada November-April. Musim hujan di kawasan ini dipengaruhi oleh sea surface temperatur di perairan Maluku.

"Saat ini SST lebih hanya 2 derajat celcius dari normalnya. Puncak hujan di Maluku adalah Juli-Agustus. Jadi kalender bencana di Maluku dan Malut, berbeda dengan daerah lain di Indonesia," pungkasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6429 seconds (0.1#10.140)