Wabah chikungunya di Cibeber terus meluas
A
A
A
Sindonews.com - Serangan wabah chikungunya di Kampung Tetelar, Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, makin meluas. Kini, sudah ada ratusan warga di tiga ke RT-an terserang lumpuh akibat gigitan nyamuk tersebut.
Namun, hingga saat ini belum adanya antisipasi dari pemerintah untuk dilakukan fogging (pengasapan) agar wabah tersebut tidak meluas.
Berdasarkan pantauan, warga yang terserang chikungunya, ada yang terserang dua kali. Mereka, mengalami demam, pusing, kaki dan tangan lemas tidak bisa digerakan karena sendi otot ngilu di sekujur tubuh. Penyakit tersebut bukan saja menyerang para orangtua, bahkan menyerang anak-anak dan balita.
“Abdi oge kaserang dua kali. Kamari tos damang, tapi ayeuna teh carangkeul deui teu tiasa gerak. (Saya sudah terserang sebanyak dua kali. Kemarin sudah sembuh, namun sekarang pegel lagi tidak bisa bergerak),” papar Emak Acoh (60), warga RT02/06, Kampung Tetelar, Selasa (16/7/2013).
Selain Emak Acoh yang terkena gigitan nyamuk tersebut, anak dan cucunya bahkan lumpuh selama tiga hari belakangan. “Hampir semua satu keluarga terkena, lumpuh, demam. Sudah sembuh, lalu timbul bintik-bintik dan gatal-gatal,” jelasnya.
Warga lainnya, Cucun (52), mengaku hampir tiga hari dia harus terbaring lemas di tempat tidur. Pasalnya, bukan saja kaki yang tidak bisa digerakan, bahkan tangan kanan Cucun kaku dan pegal.
“Telapak kaki kalau sudah kena lantai itu sakit. Semua sekeluarga di sini juga terserang. Bahkan, cucu saya Rendy (7), tidak sekolah karena sakit yang sama, pusing, demam, dan ngilu pada sendi-sendi otot,” sebutnya.
Seorang tokoh masyarakat sekitar, Deden Alam Purnama, menyebutkan dari hasil pendataan warga yang terjangkit penyakit yang ditimbulkan dari chikungunya itu lebih dari 200 orang di RW06 Kampung Tetelar. Rata-rata dalam satu rumah atau kepala keluarga (KK) terserang penyakit itu.
“Sebelumnya kita sudah melaporkan hal ini dua pekan lalu ke Puskesmas Cibeber, bahwa ada belasan warga yang terserang chikungunya. Pihak Puskesmas hanya mendata saja, tapi tidak ada tindak lanjut,” tuturnya.
Saat ini, lanjut dia, meluasnya penyakit chikungunya membuat warga Kampung Tetelar resah. Pasalnya, sampai ada dua kali warga yang terserang penyakit tersebut, hal ini diakibatkan karena tidak adanya tindak lanjut dari dinas terkait.
“Kita ingin adanya pengasapan (fogging). Sebab, wabah ini sudah meyerang beberapa warga di kampung sebelah,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Cibeber, Isep Karnaen menerangkan, pihaknya beberapa waktu lalu sudah menerima laporan terkait adanya warga yang terserang chikungunya. Lalu, petugas Puskesmas sudah mendata warga yang memang terserang wabah tersebut. “
Nanti kita pantau ke lapangan lagi, jika memang wabah ini sudah meluas,” terangnya.
Selain itu, lebih lanjut Isep, pihaknya akan melaporkan hal ini kepada Dinas Kesehatan agar segera dilakukan fogging di sekitar wilayah yang rawan chikungunya.
“Hidup sehat perlu dilakukan warga. Terutama dalam membuang sampah, karena di wilayah itu terdapat gundukan sampah dibeberapa kebun milik warga,” tandasnya.
Namun, hingga saat ini belum adanya antisipasi dari pemerintah untuk dilakukan fogging (pengasapan) agar wabah tersebut tidak meluas.
Berdasarkan pantauan, warga yang terserang chikungunya, ada yang terserang dua kali. Mereka, mengalami demam, pusing, kaki dan tangan lemas tidak bisa digerakan karena sendi otot ngilu di sekujur tubuh. Penyakit tersebut bukan saja menyerang para orangtua, bahkan menyerang anak-anak dan balita.
“Abdi oge kaserang dua kali. Kamari tos damang, tapi ayeuna teh carangkeul deui teu tiasa gerak. (Saya sudah terserang sebanyak dua kali. Kemarin sudah sembuh, namun sekarang pegel lagi tidak bisa bergerak),” papar Emak Acoh (60), warga RT02/06, Kampung Tetelar, Selasa (16/7/2013).
Selain Emak Acoh yang terkena gigitan nyamuk tersebut, anak dan cucunya bahkan lumpuh selama tiga hari belakangan. “Hampir semua satu keluarga terkena, lumpuh, demam. Sudah sembuh, lalu timbul bintik-bintik dan gatal-gatal,” jelasnya.
Warga lainnya, Cucun (52), mengaku hampir tiga hari dia harus terbaring lemas di tempat tidur. Pasalnya, bukan saja kaki yang tidak bisa digerakan, bahkan tangan kanan Cucun kaku dan pegal.
“Telapak kaki kalau sudah kena lantai itu sakit. Semua sekeluarga di sini juga terserang. Bahkan, cucu saya Rendy (7), tidak sekolah karena sakit yang sama, pusing, demam, dan ngilu pada sendi-sendi otot,” sebutnya.
Seorang tokoh masyarakat sekitar, Deden Alam Purnama, menyebutkan dari hasil pendataan warga yang terjangkit penyakit yang ditimbulkan dari chikungunya itu lebih dari 200 orang di RW06 Kampung Tetelar. Rata-rata dalam satu rumah atau kepala keluarga (KK) terserang penyakit itu.
“Sebelumnya kita sudah melaporkan hal ini dua pekan lalu ke Puskesmas Cibeber, bahwa ada belasan warga yang terserang chikungunya. Pihak Puskesmas hanya mendata saja, tapi tidak ada tindak lanjut,” tuturnya.
Saat ini, lanjut dia, meluasnya penyakit chikungunya membuat warga Kampung Tetelar resah. Pasalnya, sampai ada dua kali warga yang terserang penyakit tersebut, hal ini diakibatkan karena tidak adanya tindak lanjut dari dinas terkait.
“Kita ingin adanya pengasapan (fogging). Sebab, wabah ini sudah meyerang beberapa warga di kampung sebelah,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Cibeber, Isep Karnaen menerangkan, pihaknya beberapa waktu lalu sudah menerima laporan terkait adanya warga yang terserang chikungunya. Lalu, petugas Puskesmas sudah mendata warga yang memang terserang wabah tersebut. “
Nanti kita pantau ke lapangan lagi, jika memang wabah ini sudah meluas,” terangnya.
Selain itu, lebih lanjut Isep, pihaknya akan melaporkan hal ini kepada Dinas Kesehatan agar segera dilakukan fogging di sekitar wilayah yang rawan chikungunya.
“Hidup sehat perlu dilakukan warga. Terutama dalam membuang sampah, karena di wilayah itu terdapat gundukan sampah dibeberapa kebun milik warga,” tandasnya.
(rsa)