Petasan marak, warga Polman resah
A
A
A
Sindoneews.com - Awal pekan bulan Ramadan 1434 Hijriah, aksi pembakaran petasan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), mulai marak terjadi. Tak hanya di jalan-jalan, tapi juga disekitaran pemukiman warga.
Maraknya suara petasan itu cukup dirasakan mengganggu ketenangan warga lainnya. Tak hanya pada malam hari, tapi aksi itu mereka lakukan mulai sore menjelang buka.
Parahnya lagi, aksi pembakaran petasan ini tak hanya dilakukan oleh kalangan anak-anak, tapi juga orang tua. Bahkan, diantara mereka yang senang bermain petasan, seorang anak bersama orangtuanya sedang asyik bermain petasan.
Pantauan langsung wartawan, aksi pembakaran petasan itu mulai terjadi sejak dua hari menjelang Ramadan. Aksi tersebut semakin gencar saat memasuki Ramadan. Mulai pukul 15.00 WITA, suara petasan sudah terdengar di pinggiran jalan.
Nurjannah, salah satu warga Jalan Kemakmuran, Kecamatan Polewali, mengaku resah dengan maraknya ledakan petasan yang terjadi sejak dua hari terakhir.
Dia menuturkan, bagi dirinya pribadi tidak terlalu menjadi soal, tetapi kasihan anak kecil yang baru dilahirkan setiap saat diancam dengan rasa kaget akibat ledakan petasan.
“Mereka tidak berfikir ada anak kecil, sampai-sampai tidak sadar diri dan dengan leluasa melucutkan petasan,” ujar Nurjannah, kepada wartawan, Kamis (11/7/2013).
Hal senada disampaikan Muh Tahir, salah satu jemaah Mesjid Al Muttaqim Polewali. Aksi tersebut memang sangat mengganggu ketenangan masyarakat. Terutama saat pelaksanaan salat tarawih.
Sebab, aksi yang dilakukan tidak hanya berentetan, tapi juga tak mengenal waktu pagi, siang, sore, dan malam, hingga menjelang sahur. Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dia berharap adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat. Khususnya kepada orang tua yang seharusnya bisa memberikan pelajaran kepada anak-anak.
Selain itu, dia juga meminta kepada aparat kepolisian selaku penegak hukum untuk bisa turun tangan mengatasi persoalan tersebut. “Jika untuk menghentikan aksi petasan tidak bisa, paling tidak bisa meminimalisir dengan melakukan razia petasan,” ujar Tahir.
Sementara itu, salah seorang anak-anak yang gemar meledakkan petasan Junaedi mengaku, jika barang-barang yang dapat mengganggu orang banyak itu sangat mudah didapatkan dan ditemukan di toko-toko.
“Banyak dijual dan berbagai macam jenis. Ada petasan air mancur, petasan kentut, hingga petasan banting,” ujar Junaedi senada mengaku aksi itu dia lakukan, karena rasa kegembiraan di bulan Ramadan.
Maraknya suara petasan itu cukup dirasakan mengganggu ketenangan warga lainnya. Tak hanya pada malam hari, tapi aksi itu mereka lakukan mulai sore menjelang buka.
Parahnya lagi, aksi pembakaran petasan ini tak hanya dilakukan oleh kalangan anak-anak, tapi juga orang tua. Bahkan, diantara mereka yang senang bermain petasan, seorang anak bersama orangtuanya sedang asyik bermain petasan.
Pantauan langsung wartawan, aksi pembakaran petasan itu mulai terjadi sejak dua hari menjelang Ramadan. Aksi tersebut semakin gencar saat memasuki Ramadan. Mulai pukul 15.00 WITA, suara petasan sudah terdengar di pinggiran jalan.
Nurjannah, salah satu warga Jalan Kemakmuran, Kecamatan Polewali, mengaku resah dengan maraknya ledakan petasan yang terjadi sejak dua hari terakhir.
Dia menuturkan, bagi dirinya pribadi tidak terlalu menjadi soal, tetapi kasihan anak kecil yang baru dilahirkan setiap saat diancam dengan rasa kaget akibat ledakan petasan.
“Mereka tidak berfikir ada anak kecil, sampai-sampai tidak sadar diri dan dengan leluasa melucutkan petasan,” ujar Nurjannah, kepada wartawan, Kamis (11/7/2013).
Hal senada disampaikan Muh Tahir, salah satu jemaah Mesjid Al Muttaqim Polewali. Aksi tersebut memang sangat mengganggu ketenangan masyarakat. Terutama saat pelaksanaan salat tarawih.
Sebab, aksi yang dilakukan tidak hanya berentetan, tapi juga tak mengenal waktu pagi, siang, sore, dan malam, hingga menjelang sahur. Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dia berharap adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat. Khususnya kepada orang tua yang seharusnya bisa memberikan pelajaran kepada anak-anak.
Selain itu, dia juga meminta kepada aparat kepolisian selaku penegak hukum untuk bisa turun tangan mengatasi persoalan tersebut. “Jika untuk menghentikan aksi petasan tidak bisa, paling tidak bisa meminimalisir dengan melakukan razia petasan,” ujar Tahir.
Sementara itu, salah seorang anak-anak yang gemar meledakkan petasan Junaedi mengaku, jika barang-barang yang dapat mengganggu orang banyak itu sangat mudah didapatkan dan ditemukan di toko-toko.
“Banyak dijual dan berbagai macam jenis. Ada petasan air mancur, petasan kentut, hingga petasan banting,” ujar Junaedi senada mengaku aksi itu dia lakukan, karena rasa kegembiraan di bulan Ramadan.
(san)