Gubernur Sulsel sial gelontorkan dana kontigensi
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo siap menggelontorkan dana kontigensi (kejadian khusus) jika terjadi krisis bahan pokok di daerahnya. Dana tersebut diambil dari APBD 2013.
Meski tak menyebut angka pasti, tapi Pemprov tidak akan segan mengucurkan miliaran rupiah sebagai bentuk intervensi pemerintah jika terjadinya kelangkaan barang.
“Jumlah persisnya tidak usah saya sebut. Tapi kalau memang diperlukan maka saya tidak akan tanggung-tanggung untuk mengeluarkan itu untuk keperluan masyarakat Sulsel,” ungkap Syahrul seusai rapat pertangungjawaban APBD tahun 2012, Selasa (9/7/2013).
Dana kontigensi lanjut dia, bukan mengatasi lonjakan harga barang tapi khusus untuk mengatasi kelangkaan barang yang bisa berakibat munculnya kepanikan dan aksi borong warga.
Karena itu, warga diimbau tidak usah takut. Sebab sampai saat ini, Pemprov Sulsel menjamin ketersediaan stok sembilan bahan pangan.
Pemprov pun sudah melakukan beberapa skema pengendalian bahan pokok seperti terus berkoordinasi dengan distributor untuk mencegah spekulan harga.
Kalau pun kenaikan barang sudah terjadi di kisaran 10 persen hingga 15 persen, pihaknya siap menggelar operasi pasar.
“Yang jelas stok aman. Untuk sembilan bahan pokok yang terbagi atas 22 jenis variable mulai beras, daging, elpiji, bawang, minyak semua siap,” katanya.
Dari pemantauan SINDO di beberapa pasar tradisional seperti pasar daya dan pasar Pa’baeng-baeng terjadi lonjakan harga yang cukup drastis.
Untuk harga daging ayam di pasar daya misalnya dari Rp35 ribu per ekor naik menjadi Rp45 ribu. Harga daging sapi dari Rp70 ribu per kilogram naik menjadi Rp75 ribu. Sementara harga beras per 25 kg naik dari Rp185 ribu menjadi Rp190 ribu.
Sementara untuk bawang merah dari Rp30 ribu perkilogram naik menjadi Rp40 ribu perkilogram, serta cabai kecil dari Rp30 ribu perkilogram naik menjadi Rp50 ribu perkilogram.
Sementara di Pa’Beng-baeng harga daging sapi lebih mahal lagi mencapai Rp80 ribu per kg.
Begitu pula dengan bawang merah mencapai Rp45 ribu per kilogram. Harga bawang merah ini, ungkap Dg Ngasseng salah seorang penjual sudah mengalami kenaikan beberapa kali dalam sebulan.
Dua pekan lalu hanya Rp25 ribu per kg. kemudian melambung pada awal pekan lalu menjadi Rp35 kg, kemudian naik menjai Rp40 per kilogram. “Dan terakhir dua hari ini mencapai Rp45 per kilogram,” katanya.
Untuk bawang putih Rp 15 ribu per kilogram, gula pasir Rp13 ribu perkilogra,. Minyak goreng curah Rp10 ribu per liter, cabai besar Rp30 ribu per kilogram, dan telur ayam ras Rp33 ribu per satu rak.
Anggota Komisi C DPRD Sulsel Wawan Mattaliu mengatakan, selain menjamin ketersediaan stok, pemerintah daerah harus mampu mengorganisasi ketersediaan barang. Pemerintah harus memiliki manajemen stok bahan pangan.
“Meskipun pasokan cukup, distribusinya harus dijaga dengan baik. Selain itu, harus menjalin komunikasi dengan otoritas pelabuhan agar memprioritaskan bongkar muat barang kebutuhan pokok. Kalau ketersediaan cukup, stok banyak maka pedagang akan sulit berspekulasi,” katanya.
Pihaknya pun menyambut baik langkah operasi pasar yang akan dilakukan pemerintah jika terdapat komoditi yang melonjak drastic begitupula dengan penggunaan dana kontigensi untuk mem-backup ketersediaan bahan pokok murah.
“Kontigensi itu ada di APBD. Memang ini dana untuk kejadian khusus. Dan saya kira Dewan akan menyetujui permintaan tersebut kalau sekiranya memang diperlukan,” tandasnya.
Meski tak menyebut angka pasti, tapi Pemprov tidak akan segan mengucurkan miliaran rupiah sebagai bentuk intervensi pemerintah jika terjadinya kelangkaan barang.
“Jumlah persisnya tidak usah saya sebut. Tapi kalau memang diperlukan maka saya tidak akan tanggung-tanggung untuk mengeluarkan itu untuk keperluan masyarakat Sulsel,” ungkap Syahrul seusai rapat pertangungjawaban APBD tahun 2012, Selasa (9/7/2013).
Dana kontigensi lanjut dia, bukan mengatasi lonjakan harga barang tapi khusus untuk mengatasi kelangkaan barang yang bisa berakibat munculnya kepanikan dan aksi borong warga.
Karena itu, warga diimbau tidak usah takut. Sebab sampai saat ini, Pemprov Sulsel menjamin ketersediaan stok sembilan bahan pangan.
Pemprov pun sudah melakukan beberapa skema pengendalian bahan pokok seperti terus berkoordinasi dengan distributor untuk mencegah spekulan harga.
Kalau pun kenaikan barang sudah terjadi di kisaran 10 persen hingga 15 persen, pihaknya siap menggelar operasi pasar.
“Yang jelas stok aman. Untuk sembilan bahan pokok yang terbagi atas 22 jenis variable mulai beras, daging, elpiji, bawang, minyak semua siap,” katanya.
Dari pemantauan SINDO di beberapa pasar tradisional seperti pasar daya dan pasar Pa’baeng-baeng terjadi lonjakan harga yang cukup drastis.
Untuk harga daging ayam di pasar daya misalnya dari Rp35 ribu per ekor naik menjadi Rp45 ribu. Harga daging sapi dari Rp70 ribu per kilogram naik menjadi Rp75 ribu. Sementara harga beras per 25 kg naik dari Rp185 ribu menjadi Rp190 ribu.
Sementara untuk bawang merah dari Rp30 ribu perkilogram naik menjadi Rp40 ribu perkilogram, serta cabai kecil dari Rp30 ribu perkilogram naik menjadi Rp50 ribu perkilogram.
Sementara di Pa’Beng-baeng harga daging sapi lebih mahal lagi mencapai Rp80 ribu per kg.
Begitu pula dengan bawang merah mencapai Rp45 ribu per kilogram. Harga bawang merah ini, ungkap Dg Ngasseng salah seorang penjual sudah mengalami kenaikan beberapa kali dalam sebulan.
Dua pekan lalu hanya Rp25 ribu per kg. kemudian melambung pada awal pekan lalu menjadi Rp35 kg, kemudian naik menjai Rp40 per kilogram. “Dan terakhir dua hari ini mencapai Rp45 per kilogram,” katanya.
Untuk bawang putih Rp 15 ribu per kilogram, gula pasir Rp13 ribu perkilogra,. Minyak goreng curah Rp10 ribu per liter, cabai besar Rp30 ribu per kilogram, dan telur ayam ras Rp33 ribu per satu rak.
Anggota Komisi C DPRD Sulsel Wawan Mattaliu mengatakan, selain menjamin ketersediaan stok, pemerintah daerah harus mampu mengorganisasi ketersediaan barang. Pemerintah harus memiliki manajemen stok bahan pangan.
“Meskipun pasokan cukup, distribusinya harus dijaga dengan baik. Selain itu, harus menjalin komunikasi dengan otoritas pelabuhan agar memprioritaskan bongkar muat barang kebutuhan pokok. Kalau ketersediaan cukup, stok banyak maka pedagang akan sulit berspekulasi,” katanya.
Pihaknya pun menyambut baik langkah operasi pasar yang akan dilakukan pemerintah jika terdapat komoditi yang melonjak drastic begitupula dengan penggunaan dana kontigensi untuk mem-backup ketersediaan bahan pokok murah.
“Kontigensi itu ada di APBD. Memang ini dana untuk kejadian khusus. Dan saya kira Dewan akan menyetujui permintaan tersebut kalau sekiranya memang diperlukan,” tandasnya.
(lns)