Penderita kanker di DIY tinggi

Jum'at, 05 Juli 2013 - 19:20 WIB
Penderita kanker di...
Penderita kanker di DIY tinggi
A A A
Sindonews.com - Penderita kanker di DIY tercatat paling banyak di Indonesia. Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas), tingkat prevalensi atau jumlah kasus penyakit di daerah tertentu, penderita kanker di DIY mencapai 9,6 per 1000 orang .

Jumlah ini juga lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata nasional, yaitu 4,3 per 1000 orang. Data badan kesehatan dunia (WHO) Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah kardiovaskuler dan menempati urutan ke-6 penyebab kematian terbesar di Indonesia.

Melihat realita tersebut, instansi terkait terus melakukan berbagai upaya guna menekan jumlah penderita kanker.

Satu di antaranya RSPAU Hardjolukita, yakni dengan mengelar workshop kemoterapi bedah onkologi bagi tenaga dan para medis se DIY di RSPAU setempat.

“Tingginya kasus kematian penderita kanker ini karena dalam penanggannannya sering terlambat, kebanyakan mereka datang setelah pada stadium IV,” kata konsultan onkologi/kanker RSPAU Hardjolukito Yogyakarta Mayor Kes Gede Haryanto yang menjadi pembicara dalam workshop ini, Jumat (5/7/2013).

Gede menjelaskan penderita kanker terlambat mendapatkan penangganan secara medis ini, karena mereka terlebih dahulu memilih cara alternatif dalam upaya penyembuhannya dan baru setelah tidak ada perkembangan, baru mencoba secara medis, hanya saja kebanyakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium IV, sehingga tim medis sudah tidak dapat berbuat banyak.

“Hal inilah yang menyebabkan penderita kanker, takut mendapatkan perawatan medis, terutama melalui kemoterapi untuk proses penyembuhan penyakitnya. Padahal jika ditanggani lebih awal, atau masih dalam stadium I kebanyakan masih dapat tertolong. Untuk itu, edukasi mengenai penyakit dan deteksi dini kanker sangat diperlukan,” terangnya.

Menurut Gede untuk masalah tersebut tentunya menjadi tugas pemerintah dan Puskesmas yang menjadi garda terdepan dalam penangganan kesehatan mempunyai andil besar.

Baik dalam melakukan pencegahan dan pengertian kepada masyarakat, terutama dalam menanggani penyakit kanker tersebut. Apakah melalui kemoterapi, operasi, radiasi atau kombinasi.

“Khusus untuk kemoterapi biasanya penderita takut, efek sampingnya, seperti rambut rontok. Padahal setelah proses selesai, nantinya akan pulih kembali. Sehingga edukasi untuk hal ini harus terus dilakukan,” paparnya.

Untuk itulah, maka untuk penangganan penyakit kanker tersebut perlu adanya tim yang menangganinya, dimana tim tersebut bukan hanya dari tenaga medis, namun juga para medis, seperti perawat, ahli gizi, dan psikologis.

“Penderita kanker rata-rata disebabkan pola hidup yang salah, seperti dalam mengkonsumsi makanan dan jarang berolahraga. Untuk itu, selain dengan pencegahan dini, juga harus mengubah perilaku hidup,” tandasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0163 seconds (0.1#10.140)