Nyaris korban peluru nyasar TNI AU, balita histeris
A
A
A
Sindonews.com - Peristiwa peluru nyasar tidak hanya membuat para orang tua warga Desa Gading, Kecamatan Playen, resah dan dihantui rasa takut. Namun, rasa trauma juga dialami Muzaki, bocah berusia 2,5 tahun.
Anak dari Mindarwati (32), warga Dusun Gading III, Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul, ini pun terus menangis dan meminta gendong ibunya lantaran merasa ketakutan. Tangisan bocah laki-laki inipun tidak berhenti hingga berjam-jam pasca dirinya hampir terkena peluru nyasar dari siswa Wanita Angkatan Udara (WARA) ini.
Kepada SINDO, Mindarwati mengaku kaget begitu ada suara keras dan disertai batu pecah tepat berada di samping kiri anaknya yang sedang bermain di belakang rumahnya.
”Dia langsung menangis keras, dan saya langsung menghampiri dan menggendongnya. Anehnya kok nangisnya tidak berhenti-berhenti dan tidak mau diturunkan dari gendongan,” ungkapnya, Senin (1/7/2013).
Tidak hanya itu, dia semakin kalut ketika anaknya menjadi muntah-muntah tanpa sebab. ”Anak saya trauma karena dia menjadi takut bermain sendiri dan selalu mengajak saya,” lanjut Wati sapaan akrabnya.
Dia berharap ada perhatian dari pihak TNI AU dengan trauma yang dialami anaknya tersebut. Menurutnya, kejadian ini terjadi sekira pukul 10.00 WIB siang tadi. Dia membiarkan anaknya bermain di halaman belakang rumahnya.
”Tiba-tiba ada suara keras batu pecah mak Dhas tapi keras sekali. Anak saya langsung menangis keras karena takut,” kata dia.
Anak dari Mindarwati (32), warga Dusun Gading III, Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul, ini pun terus menangis dan meminta gendong ibunya lantaran merasa ketakutan. Tangisan bocah laki-laki inipun tidak berhenti hingga berjam-jam pasca dirinya hampir terkena peluru nyasar dari siswa Wanita Angkatan Udara (WARA) ini.
Kepada SINDO, Mindarwati mengaku kaget begitu ada suara keras dan disertai batu pecah tepat berada di samping kiri anaknya yang sedang bermain di belakang rumahnya.
”Dia langsung menangis keras, dan saya langsung menghampiri dan menggendongnya. Anehnya kok nangisnya tidak berhenti-berhenti dan tidak mau diturunkan dari gendongan,” ungkapnya, Senin (1/7/2013).
Tidak hanya itu, dia semakin kalut ketika anaknya menjadi muntah-muntah tanpa sebab. ”Anak saya trauma karena dia menjadi takut bermain sendiri dan selalu mengajak saya,” lanjut Wati sapaan akrabnya.
Dia berharap ada perhatian dari pihak TNI AU dengan trauma yang dialami anaknya tersebut. Menurutnya, kejadian ini terjadi sekira pukul 10.00 WIB siang tadi. Dia membiarkan anaknya bermain di halaman belakang rumahnya.
”Tiba-tiba ada suara keras batu pecah mak Dhas tapi keras sekali. Anak saya langsung menangis keras karena takut,” kata dia.
(rsa)