Polri: Mahasiswa ditembaki karena ingin duduki bandara
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Mabes Polri, Kombes Pol Agus Rianto mengatakan, pengamanan aksi yang dilakukan polisi di Ternate sudah sesuai dengan prosedur.
Menurutnya, aksi yang dilakukan sekira 2.000 mahasiswa tersebut dinyatakan sudah tidak kondusif. Diceritakan dia, aksi yang dilakukan dengan cara longmarch dan menutupi jalan tersebut disertai aksi lempar ketapel yang berisi batu dari kerumunan massa dan mengarah ke Polisi.
"Kegiatan tersebut, semula berlangsung dengan kondusif, namun karena melakukan aksi dengan cara longmarch dan mengganggu pengguna jalan lain, maka Polri melakukan pengamanan agar tidak berlarut-larut. Namun pada saat melakukan pengamanan, Polri dilempari dengan batu dan ketapel dari kerumunan massa aksi," tegas Agus, di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (17/6/2013).
Agus mengatakan, Polri di Ternate mendapatkan laporan bahwa massa akan menduduki Bandara Babullah Ternate. Oleh karena itu, Polri segera menghalau barikade massa agar tidak menduduki Bandara Babullah, Ternate.
"Massa diketahui berencana menuju Bandara Babullah dan massa bermaksud untuk menduduki bandara tersebut," ujar Agus.
Agus juga meyakini bahwa penggunaan senjata oleh Polri adalah upaya terakhir untuk mengamankan situasi aksi.
"Jadi kita penggunaan senjata maksimal, karena itu upaya terakhir polri untuk mengamankan situasi dengan cara melumpuhkan," tandas Agus.
Akibat kejadian pelemparan tersebut, diketahui dua anggota Polisi mengalami luka dan dilarikan ke UGS RS Ternate. Sementara dari pihak Demonstran, ada sekira 14 mahasiswa, dan 1 dari wartawan harian lokal.
"Dari data yang kita terima, mereka terkena peluru karet, tidak ada peluru tajam. Karena sesuai dengan protap, untuk mengamankan pendemo Polri dilarang menggunakan peluru tajam. Ini sudah sesuai SOP," tandas Agus.
"Dari enam orang itu, ada yang terkena di paha kanan, telapak kaki kiri, wartawan terkena pinggul kiri ada yang kena juga di paha kanan. Kalau dilihat dari SOP, itu tidak pada lokasi yg mematikan," sambungnya.
Menurutnya, aksi yang dilakukan sekira 2.000 mahasiswa tersebut dinyatakan sudah tidak kondusif. Diceritakan dia, aksi yang dilakukan dengan cara longmarch dan menutupi jalan tersebut disertai aksi lempar ketapel yang berisi batu dari kerumunan massa dan mengarah ke Polisi.
"Kegiatan tersebut, semula berlangsung dengan kondusif, namun karena melakukan aksi dengan cara longmarch dan mengganggu pengguna jalan lain, maka Polri melakukan pengamanan agar tidak berlarut-larut. Namun pada saat melakukan pengamanan, Polri dilempari dengan batu dan ketapel dari kerumunan massa aksi," tegas Agus, di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (17/6/2013).
Agus mengatakan, Polri di Ternate mendapatkan laporan bahwa massa akan menduduki Bandara Babullah Ternate. Oleh karena itu, Polri segera menghalau barikade massa agar tidak menduduki Bandara Babullah, Ternate.
"Massa diketahui berencana menuju Bandara Babullah dan massa bermaksud untuk menduduki bandara tersebut," ujar Agus.
Agus juga meyakini bahwa penggunaan senjata oleh Polri adalah upaya terakhir untuk mengamankan situasi aksi.
"Jadi kita penggunaan senjata maksimal, karena itu upaya terakhir polri untuk mengamankan situasi dengan cara melumpuhkan," tandas Agus.
Akibat kejadian pelemparan tersebut, diketahui dua anggota Polisi mengalami luka dan dilarikan ke UGS RS Ternate. Sementara dari pihak Demonstran, ada sekira 14 mahasiswa, dan 1 dari wartawan harian lokal.
"Dari data yang kita terima, mereka terkena peluru karet, tidak ada peluru tajam. Karena sesuai dengan protap, untuk mengamankan pendemo Polri dilarang menggunakan peluru tajam. Ini sudah sesuai SOP," tandas Agus.
"Dari enam orang itu, ada yang terkena di paha kanan, telapak kaki kiri, wartawan terkena pinggul kiri ada yang kena juga di paha kanan. Kalau dilihat dari SOP, itu tidak pada lokasi yg mematikan," sambungnya.
(rsa)