Sakit, sopir Nissan Juke maut berstatus tahanan kota

Sakit, sopir Nissan Juke maut berstatus tahanan kota
A
A
A
Sindonews.com - Sopir Nissan Juke maut, Muhammad Dwigusta Cahya (18), ternyata sudah jadi tahanan kota sejak 28 Mei. Pihak keluarga menjamin Dwigusta tidak akan melarikan diri.
"Dari awal kita memang sudah mengajukan (Dwigusta) jadi tahanan kota," kata Kuasa Hukum Dwigusta, Subet Siregar, di Pengadilan Negeri Bale Bandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/6/2013).
Dalam proses pengajuan Dwigusta jadi tahanan kota, Subet mengatakan pihaknya menyerahkan surat perdamaian antara keluarga Dwigusta dan keluarga korban.
"Isi surat perdamaiannya, pihak keluarga korban menyatakan tidak akan menuntut apa-apa soal berapa vonis majelis hakim terhadap klien saya," jelasnya.
Dwigusta sempat ditahan di Mapolres Bandung sekira sebulan. Setelah itu, ia ditahan di Lapas Jelekong sekira dua pekan. "Setelah berkas dari kejaksaan dilimpahkan ke pengadilan, kita juga mengajukan penangguhan penahanan dan dikabulkan majelis hakim," papar Subet.
Tapi baru pada 28 Mei permohonan itu dikabulkan majelis hakim. Dwigusta dan pihak keluarga menyambut baik keputusan itu. Sejak jadi tahanan kota, Dwigusta tinggal di daerah Cimahi bersama kedua orangtuanya.
Tapi setelah jadi tahanan kota, Dwigusta justru malah sakit dan harus dirawat di RS Dustira (Cimahi) sejak Sabtu (31/5/2013). Dwigusta mengeluhkan sakit di bagian dada dan kepala.
"Kepalanya masih sering pusing, dadanya juga masih sakit karena terbentur saat tabrakan," ucap Subet.
Sebelum jadi tahanan kota, Dwigusta menurutnya memang sering mengeluhkan sakitnya itu. Bahkan saat pengajuan penangguhan penahanan, pihaknya memberikan surat keterangan dari dokter yang menyatakan Dwigusta masih sakit.
"Sekarang klien saya masih dirawat di RS Dustira," tandas Subet.
Sementara itu, hingga pukul 11.40 WIB, belum ada tanda-tanda sidang akan dimulai. Padahal Dwigusta dijadwalkan menjalani sidang hari ini dengan agenda mendengar keterangan saksi.
"Dari awal kita memang sudah mengajukan (Dwigusta) jadi tahanan kota," kata Kuasa Hukum Dwigusta, Subet Siregar, di Pengadilan Negeri Bale Bandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/6/2013).
Dalam proses pengajuan Dwigusta jadi tahanan kota, Subet mengatakan pihaknya menyerahkan surat perdamaian antara keluarga Dwigusta dan keluarga korban.
"Isi surat perdamaiannya, pihak keluarga korban menyatakan tidak akan menuntut apa-apa soal berapa vonis majelis hakim terhadap klien saya," jelasnya.
Dwigusta sempat ditahan di Mapolres Bandung sekira sebulan. Setelah itu, ia ditahan di Lapas Jelekong sekira dua pekan. "Setelah berkas dari kejaksaan dilimpahkan ke pengadilan, kita juga mengajukan penangguhan penahanan dan dikabulkan majelis hakim," papar Subet.
Tapi baru pada 28 Mei permohonan itu dikabulkan majelis hakim. Dwigusta dan pihak keluarga menyambut baik keputusan itu. Sejak jadi tahanan kota, Dwigusta tinggal di daerah Cimahi bersama kedua orangtuanya.
Tapi setelah jadi tahanan kota, Dwigusta justru malah sakit dan harus dirawat di RS Dustira (Cimahi) sejak Sabtu (31/5/2013). Dwigusta mengeluhkan sakit di bagian dada dan kepala.
"Kepalanya masih sering pusing, dadanya juga masih sakit karena terbentur saat tabrakan," ucap Subet.
Sebelum jadi tahanan kota, Dwigusta menurutnya memang sering mengeluhkan sakitnya itu. Bahkan saat pengajuan penangguhan penahanan, pihaknya memberikan surat keterangan dari dokter yang menyatakan Dwigusta masih sakit.
"Sekarang klien saya masih dirawat di RS Dustira," tandas Subet.
Sementara itu, hingga pukul 11.40 WIB, belum ada tanda-tanda sidang akan dimulai. Padahal Dwigusta dijadwalkan menjalani sidang hari ini dengan agenda mendengar keterangan saksi.
(kri)