Warga To Padang gelar ritual kesuburan & keselamatan
A
A
A
Sindonews.com - Masyarakat Kurungan Bassi atau To Padang yang mayoritas berdomisili di kawasan Anjoro Pitu Kabupaten Mamuju dan sekitarnya menggelar acara adat Malliha Tampo.
Ritual diawali prosesi menyembelih seekor kerbau itu sebagai simbol permohonan kesuburan dan keselamatan.
Bupati Mamuju Suhardi Duka, para tokoh masyarakat To Padang dan ratusan masyarakat menyaksikan langsung detik demi detik prosesi.
Tokoh adat To Padang Syamsuddin, mengatakan, acara adat Malliha Tampo adalah acara yang bertujuan sebagai media permohonan doa kepada sang pencipta untuk membersihkan tanah yang selama ini telah dikotori oleh tangan manusia.
"Sehingga nantinya diharapkan tanah yang menjadi pijakan tersebut dapat menjadi subur dan memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia," jelas Syamsuddin, Selasa (4/5/2013).
Selain itu, diharapkan dapat diberikan kesejahteraan dan kesehatan agar menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya.
Salah satu yang paling menonjol dari kegiatan ini adalah penyembelihan seekor kerbau. Dimana kepala dan salah satu kaki kerbau tersebut diletakkan di suatu tempat yang sama, namun dengan posisi berbeda.
Kepala kerbau diletakkan di atas, sementara kaki kerbau berada di bawah tempat kepala kerbau.
"Makna adalah kepala kerbau berada di atas sebagai simbol dan saksi doa kepada Allah SWT yang dipanjatkan ke langit tujuh susun. Sedangkan kaki kerbau yang menjuntai ke bawah melambangkan sebagai saksi doa yang dipanjatkan kepada pencipta disaksikan tanah tujuh lapis. Semua itu sekaligus menyimbolkan keistimewaan angka tujuh bagi masyarakat Mamuju," terangnya,
Di tengah ritual juga ditampilkan aneka kesenian tradisional yang dibawakan oleh warga To Padang, tanpa melibatkan sanggar atau kelompok kesenian lainnya. Seperti Tarian Sahuhang dan pencak silat khas daerah Manakarra (sebutan lain Mamuju).
Usai kegiatan, Bupati Mamuju Suhardi Duka berharap, tiap pelaksanaan acara adat serupa tidak hanya sebatas seremoni. Namun lebih diutamakan pada memperkenalkan filosofinya. Agar generasi muda memahami dan menghargai adat budaya sendiri.
"Jadi para orang tua kita harus memberikan pemahaman kepada anak muda tentang makna yang terkandung dalam kegiatan tersebut," katanya.
Kegiatan budaya yang dilakukan hendaknya juga tidak menggiring masyarakat menjadi syirik. Ritual kerbau itu hanya sebuah simbolik.
Ritual diawali prosesi menyembelih seekor kerbau itu sebagai simbol permohonan kesuburan dan keselamatan.
Bupati Mamuju Suhardi Duka, para tokoh masyarakat To Padang dan ratusan masyarakat menyaksikan langsung detik demi detik prosesi.
Tokoh adat To Padang Syamsuddin, mengatakan, acara adat Malliha Tampo adalah acara yang bertujuan sebagai media permohonan doa kepada sang pencipta untuk membersihkan tanah yang selama ini telah dikotori oleh tangan manusia.
"Sehingga nantinya diharapkan tanah yang menjadi pijakan tersebut dapat menjadi subur dan memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia," jelas Syamsuddin, Selasa (4/5/2013).
Selain itu, diharapkan dapat diberikan kesejahteraan dan kesehatan agar menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya.
Salah satu yang paling menonjol dari kegiatan ini adalah penyembelihan seekor kerbau. Dimana kepala dan salah satu kaki kerbau tersebut diletakkan di suatu tempat yang sama, namun dengan posisi berbeda.
Kepala kerbau diletakkan di atas, sementara kaki kerbau berada di bawah tempat kepala kerbau.
"Makna adalah kepala kerbau berada di atas sebagai simbol dan saksi doa kepada Allah SWT yang dipanjatkan ke langit tujuh susun. Sedangkan kaki kerbau yang menjuntai ke bawah melambangkan sebagai saksi doa yang dipanjatkan kepada pencipta disaksikan tanah tujuh lapis. Semua itu sekaligus menyimbolkan keistimewaan angka tujuh bagi masyarakat Mamuju," terangnya,
Di tengah ritual juga ditampilkan aneka kesenian tradisional yang dibawakan oleh warga To Padang, tanpa melibatkan sanggar atau kelompok kesenian lainnya. Seperti Tarian Sahuhang dan pencak silat khas daerah Manakarra (sebutan lain Mamuju).
Usai kegiatan, Bupati Mamuju Suhardi Duka berharap, tiap pelaksanaan acara adat serupa tidak hanya sebatas seremoni. Namun lebih diutamakan pada memperkenalkan filosofinya. Agar generasi muda memahami dan menghargai adat budaya sendiri.
"Jadi para orang tua kita harus memberikan pemahaman kepada anak muda tentang makna yang terkandung dalam kegiatan tersebut," katanya.
Kegiatan budaya yang dilakukan hendaknya juga tidak menggiring masyarakat menjadi syirik. Ritual kerbau itu hanya sebuah simbolik.
(lns)